Semua murid sibuk mempersiapkan diri guna mengikuti ujian kenaikan kelas yang akan datang. Minggu depan. Sekolah ini memang tak pernah mengadakan ujian seperti ulangan harian, uas, uts, dan lain sebagainya. Siap atau tidak, pasti dalam waktu dekat kurang dari beberapa hari, akan diumumkan bahwa ujian kenaikan kelas akan tiba. Dan siapapun yang bisa naik kekelas selanjutnya akan diadakan perkemahan dua minggu.
Jangan tanya pada Dhean ia harus apa. Laki laki itu cukup tahu, tak perlu mempelajari semuanya dalam semalam karena itu hanya akan menambah nervous. Dhean memiliki trik sendiri untuk mempelajari rumus rumus. Yakni, dengan mendengarkan lagu sambil membaca rumus yang ia catat dalam bentuk sangat sederhana.
Gerhana Selatan, teman sekelas Dhean yang super duper susah diatur. Namun, otaknya setara dengan Dhean. Entah anak itu menggunakan ilmu atau tenaga dalam macam apa.
Semuanya sibuk dengan kertas soal masing masing dan lebih mengejutkan lagi, pihak sekolah memberikan soal yang berbeda pada tiap anak. Jadi, tak mungkin ada anak yang mau mencontek saat ujian.
Jika ada satu anak yang keluar menyelesaikan ujian dengan cepat, bisa diperkirakan dia akan mendapat pertanyaan bertubi tubi dari anak sekelas.
Ketika pembagian rapor telah tiba, seperti biasa. Tak ada yang mengambilkan rapor milik Dhean. Hingga akhirnya Ardhan datang untuk menggantikan orang tuanya.
"Om tidak perlu begini. Saya sendiri sudah biasa," ujar Dhean membuat penolakan halus. Sebenarnya, Ardhan sangat bangga jika memiliki anak laki laki seperti Dhean. Ia tak kaget. Melihat nilai Dhean yang selalu berada di atas rata rata. Sudah bisa dipastikan, ia naik kekelas 11 ipa-1 dengan membawa kategori siswa tercerdas di SMA.
Siapa yang tahu jika ternyata seluruh murid tak diacak tempatnya. Sama seperti saat kelas 10 dulu.
"Nggak kerasa ya? Tiba tiba udah kelas 11 aja kita. Eh, Dhe, lo rencana mau kemana kalo udah lulus?" Tanya Devian.
"Pulang,"
"Lah, kemana?" Sahut Yann.
"Ke London. Aku sudah mendaftarkan diri untuk kuliah di sana. Dan aku dapat jalur undangan. Jadi, aku menyelesaikan sekolah di sini dulu,"
Baik Devian maupun Yann, keduanya sama terkejutnya. Angel terlihat menyembunyikan wajah sedihnya.
"Kau kenapa? Sedih karena aku akan pulang?" Tanya Dhean. Angel mengangguk pelan. Reaksi menggemaskan itu membuat Dhean tertawa dan refleks saja mengacak rambutnya. "Jangan sedih, jika ada waktu, aku pasti akan pulang kok. Mana mungkin aku benar benar meninggalkan kalian semua?"
"Yaelah nyari kesempatan aja ya lo mentang mentang lagi di sebelah Ghissell," ujar Yann tak terima seraya memukul bahu Dhean. Yang dipukul hanya terkekeh sambil menampik pukulan Yann lagi.
Mereka masih bercanda. Di kantin yang penuh sekarang ini. Tak ada kursi kosong lagi dan mereka tak kunjung pergi meskipun makanan yang mereka pesan sudah habis sedari tadi.
-oOo-
Penerimaan peserta didik baru sudah dua hari yang lalu dilaksanakan. Entah ada alasan apa, Dhean tiba tiba saja ditunjuk sebagai anggota osis. Awalnya ia menolak karena mengurus hak seperti ini sangat merepotkan. Karena tak kuat mendengar terus menerus bujukan kepala sekolah, ia akhirnya menurut begitu saja.Sepasang mata itu memperhatikan dirinya dengan sangat lekat. Dhean tak mempedulikannya. Ia hanya duduk diam, memperhatikan Rani yang kebetulan menjadi pendampingnya saat menjadi pemandu dikelas 10 saat ini.
"Nah, apa yang ada kalian tanyakan? Mungkin tentang saya atau Kak Dhean?" Tanya Rani. Dhean mendelik. Menarik pelan jas osis yang dikenakannya.
"Adaaaa!" Serentak anak perempuan yang menjawab. Dhean menatap datar. Sementara Rani, ia hanya terkekeh kecil sambil meminta maaf. "Fans mu banyak loh. Kamu bakal makin terkenal,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaleidoskop
Teen Fiction"Katanya, Tuhan itu Adil. Tapi, kenapa nasib yang Tuhan gariskan untukku terlalu berliku? Bahkan aku tak diberi kesempatan untuk bahagia. Apa aku salah, jika aku ingin bahagia? Kenapa hanya aku yang merasa sangat menderita? Kenapa harus aku yang ber...