[Bab 24] It's A Good Time for Say 'Goodbye' isn't?

34 6 0
                                    

"Dhean Anggara?"

"Oh?"

Bocah dengan lutut memar dan juga luka lebam di sekujur lengannya itu berdiri kaget. Menatap takut sosok gadis pirang yang mendekatinya.

"Aku Angel! Kukira kamu akan pergi ke London,"

"Iya, tapi nanti. Kalau aku sudah berusia 14 tahun. Kenapa?" Bocah laki laki itu menyembunyikan kedua lengannya lantaran si pirang terlihat sangat ingin tahu.

"Kamu jatuh lagi, ya? Ayo, kuobati!" Angel menarik lengannya paksa. Membuat Dhean hampir terjerembab jika saja tak menjaga keseimbangan saat tangan kecil itu menariknya terus menerus. Dhean menatap sosok pria paruhbaya dihadapannya. Ada sedikit ingatan kecil saat menatapnya.

"Angga 'kan? Kamu ingat saya?" Tanyanya. Dhean menggeleng kecil. Membuat pria itu kecewa. Namun, saat ia ingat apa yang terjadi pada bocah tak berdosa ini, membuatnya ingin mengadopsinya.

"Angga, kamu mau nggak janji sama om?" Tanyanya lagi. Dhean menatap bingung. Tak sadar juga ia menganggukkan kepalanya.

"Jika sudah dewasa nanti, om minta tolong. Jaga Angel ya? Dia gampang sekali sakit apalagi setelah lari larian. Bisa pingsan kalau dipaksakan. Nah, saya ingin kamu menasehatinya. Dia keras kepala jika bukan kamu yang menasehati. Kamu bisa 'kan?" Tanya pria itu. Dhean mengangguk mantap atas permintaan sederhana dari pria tersebut.

***

"Ghissell Angelina Polland!" Suara barito itu mengejutkan sang pasien yang sedang menatap kosong ke arah jendela.

"Kamu ngangetin! Kok tumben datangnya pagi?" Tanya si gadis seraya tersenyum hangat menyambut kedatangan kekasihnya.

"Karena aku sayang kamu, jadi, aku datang lebih pagi ha-"

"Oh, kemarin berarti nggak?" Potong Angel cepat. Dhean terperangah bingung. Nampaknya, ia salah berkata . Dengan cepat tangannya menggenggam tangan Angel.

"Bukan begitu. Sayangku hari ini lebih besar daripada yang ke-"

"Kemarin nggak sayang juga? Kok kamu gitu sih," Angel menarik kasar tangannya. Ia membuang muka seraya mengatupkan bibirnya rapat rapat. Dhean dengan segala kesabaran yang masih dalam dirinya pun menatap lembut gadis itu.

"Jangan ngambek, dong. Lucu," Dhean mencolek dagu kekasihnya. Berharap ia tak akan merajuk lagi dan benar saja. Gadis itu justru tertawa.

Entah sudah berapa lama Dhean hanya duduk menemani Angel seharian ini. Lagipula, gadis itu sangat suka. "Kamu nggak basket?" Celetuknya.

Dhean menopang dagu. Menatap lekat manik mata Angel, "nggak tuh. Aku kan punya yang lebih indah disini,"

"MESUM!" Hardik Angel seketika membuat Dhean terperanjat. Tentu saja ia bingung lantaran dituduh mesum.

"Loh?"

"Kamu lihat apa, hah? Mata kamu jelalatan banget!"

"Mata kamu indah, sayang. Mana mungkin aku berani begitu, hm? Aku nggak bakal merusak kamu. Dengan mencuri first kiss mu sekalipun. Kamu istirahat ya? Aku mau pulang, makan sekalian mandi. Nanti, aku belikan coklat deh. See you,"

Sebelum Dhean benar benar pergi, sejenak Angel meminta satu pelukan hangat. Merasakan bagaimana tubuh jangkung itu memeluknya. Menghirup dalam dalam aroma parfum seolah tak hilang.

"Kamu mau berjanji padaku?" Tanya Angel. Gadis itu masih tak mau melepaskan pelukannya. Dhean hanya berdehem pertanda jika ia setuju.

"Berjanjilah, kamu harus mencari perempuan yang lebih dari diriku. Tanpa penyakit. Berjanjilah, jika kamu akan mencintainya sama seperti kamu mencintai aku. Jangan membuatnya kecewa. Berjanjilah, selama jantungmu masih terus berdetak, kamu harus bisa menemukan orang itu sebelum menyusulku. Atau aku akan membencimu."

KaleidoskopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang