Dhean mendatangi Faren dan juga Nathan kali ini. Tangannya gemetar hebat. Tak mengerti harus berbuat apa. Nathan menyambutnya begitu tahu Dhean yang datang.
"Bagaimana perkembanganmu sejauh ini?" Tanya Nathan.
Dhean tertawa remeh. Ia seperti tak mengharapkan benar benar sembuh. Seolah lebih merasakan menderita lebih dalam lagi.
"So far so good, aku tak memiliki masalah. Hanya saja, keinginan suicide itu belum benar benar bisa kusingkirkan. Aku belum menemukan bahagiaku. Jangan mencegahku lagi. Biarkan saja," jawab Dhean. Tatapannya berbeda. Nampak ada kesedihan tersirat. Nathan ingin menghibur, tetapi, Dhean seakan menolaknya. Nathan tahu, Dhean memang masih memiliki niat untuk bunuh diri.
Bukan apa. Semakin hari, Dhean hanya semakin lelah saja. Malah ingin segera mengakhiri semuanya. Mereka hanya menganggap ini lelucon dan mungkin akan benar benar ia lakukan agar mereka juga percaya padanya.
"Itu tekanan batin. Kau tak mengerti apa yang terjadi pada dirimu, bukan? Kau bukan hanya butuh istirahat secara fisik. Tetapi, secara batin juga. Kau perlu itu. Jika saja terus kau paksakan, emosimu bisa meledak seketika dan membuat kondisimu drop tiba tiba,"
Keadaan emosi Dhean kembali tak stabil. Ia nyaris saja menghajar Faren jika Nathan tak memeganginya. Ia mengamuk, dengan mimisan yang tak juga berhenti menetes dari hidung mancungnya.
"Dia perlu dibius!" Teriak Nathan.
"Jangan. Sebentar lagi juga pingsan. Wajahnya sedikit pucat. Biarkan dulu," sahut Faren nampak tenang. Nathan menatap rekan dokternya dengan nyalang.
"Maaf," Dhean ambruk sedetik kemudian.
-oOo-
Dhean terbangun di kamarnya sekarang. Sedikit mengingat kejadian semalam, apa yang membuat keadaannya tiba tiba drop seperti ini. Berita yang ditunjukkan oleh Selatan membuatnya tersentak. Di mana nama Aileen tertera dalam Daftar Pencarian Orang. Sakit rasanya, hal itu membuatnya penasaran. Mengapa nama Aileen bisa masuk ke sana? Lantas, ia mencoba menghubungi tunangannya. Berharap ia mau menjelaskan apa yang terjadi.
"Ada yang mau kamu jelaskan, apa yang terjadi tadi?" Dhean berusaha tenang. Meski dalam relung hatinya merasa sakit hati. Ia seperti telah dibohongi oleh Aileen. Di seberang sana, tunangannya masih membisu. Hanya beberapa kali helaan nafas serta isakan yang tertahan begitu samar.
"Sayang? Kumohon, aku perlu tahu semuanya. Aku tak akan marah jika kamu jujur. Jujur itu tidak salah kan?" Suara Dhean masih lembut. Ia berusaha untuk tidak emosi.
"Maaf, maafkan aku. Aku tak bisa mengatakannya. Kita batalkan saja per-"
"Apanya yang dibatalkan?" Nada bicara Dhean sedikit naik satu oktaf. Dadanya bergemuruh. Merasakan emosi mulai naik sedikit demi sedikit. Perlahan tapi pasti, tangannya menghantam tembok sekeras mungkin.
"Maaaaff, aku nggak bisa jawab. Aku harus pergi."
Sambungan terputus sepihak. Dhean mencoba menghubungi kembali, tetapi, tak bisa. Jaringan ponsel Aileen berada di luar jangkauan. Dhean mendecakkan lidah. Rasanya ingin membanting ponselnya saja.
"Bang, aku harus pergi. Ada yang mau kuurus." Dhean bergegas tanpa mempedulikan jawaban Danu. Tentu saja sang kakak tak membiarkannya begitu saja. Dengan cekatan ia meraih lengan Dhean. "Lepas! Aileen dalam bahaya!" Dhean berontak, berusaha melepaskan diri dari cengkaraman kakaknya. Danu sendiri tak tega jika harus seperti ini. Mengingat jika kondisi Dhean juga kembali drop karena terlalu banyak memikirkan Aileen.
"Aileen masih dalam pengejaran polisi. Gue belum tahu persis kasusnya apa sampai dia masuk daftar pencarian orang. Yang jelas, dia masih berusaha kabur. Cegah Dhean kalau dia ingin menyelamatkan Aileen. Jangan sampai dia berkorban pada orang yang salah." Selatan memberitahu lebih cepat dari dugaan. Danu sedikit terbantu karenanya meski terkadang Selatan tak pernah memikirkan hal yang akan terjadi jika ia emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaleidoskop
Teen Fiction"Katanya, Tuhan itu Adil. Tapi, kenapa nasib yang Tuhan gariskan untukku terlalu berliku? Bahkan aku tak diberi kesempatan untuk bahagia. Apa aku salah, jika aku ingin bahagia? Kenapa hanya aku yang merasa sangat menderita? Kenapa harus aku yang ber...