9. Hambar ✔

11.7K 1.9K 112
                                    

"Anak kita mana, Ma?" Tanya Johan yang menarik kursi dan duduk untuk makan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anak kita mana, Ma?" Tanya Johan yang menarik kursi dan duduk untuk makan malam.

Jinan yang masih kesal itu membelas dengan singkat. "Kabur."

"Kabur?"

"Anak kamu itu kabur. Cuma dimarahin doang aja kabur."

Johan mengernyit bingung, tapi tahu ada sesuatu yang baru saja terjadi antara Kean dan Jinan.

"Mama marahin dia? Kenapa?"

"Emang pantes anak kayak dia dimarahin. Masa nilainya turun? Dasar bodoh. Aku nggak didik dia untuk jadi bodoh."

"Ma..."

Kalimat Johan terhenti saat pintu terbuka dan Kean masuk dengan wajah datar. Tidak, wajah itu tidak dengan sendirinya muncul. Justru sebenarnya sebelum masuk, Kean itu senyum-senyum setelah apa yang terjadi antara dia dan Johnny. Tapi sebelum masuk, Kean berusaha memasang wajah sedatar mungkin.

"Nak, udah pulang? Dari mana?" tanya Johan tersenyum, sementara Jinan hanya menatap Kean malas.

"Pa, ini dari Kak Johnny." Kean menyerahkan dokumen dari Johnny. "Katanya semua udah clear."

"Oh, iya." Johan meraih dokumen itu dan meletakkannya di atas meja makan. "Kamu tadi ketemu Johnny? Bonekanya juga dari dia, ya?"

"Hmm."

"Ngapain kalian? Berduaan? Ini nih, makanya nilai turun. Mikirin cowok mulu."

"Ma, udah." Johan mencoba menengahi.

"Enggak bisa, Pa. Dia itu emang harus sesekali dikerasin. Biar tahu usaha orangtuanya kayak apa buat sekolahin dia tinggi-tinggi. Tapi apa? Nilai dia turun. Bodoh keturunan siapa sih?"

"Ma!" Seru Johan mulai tidak sabar. "Udah. Nanti biar Papa yang ngomong."

"Apa kamu lihat-lihat? Mau ngelawan?"

Kean yang memang sejak tadi menatap Jinan sedikit sinis langsung menunduk takut.

"Kamu udah makan?" Tanya Johan lembut, sedikit membuat perasaan Kean menghangat.

"Udah."

"Kalau gitu masuk kamar, ya. Istirahat."

Kean mengangguk lalu berjalan menuju kamar.

"Jangan lupa cuci piring."

Kean langsung menutup pintu setelah mendengar perintah itu. Lalu berbaring di atas kasur dengan lemas. Benar-benar hari yang tidak jelas. Rasanya perasaan Kean seperti diombang-ambing. Mood-nya tadi membaik, tapi setelah tiba di rumah jadi kacau lagi karena omelan Jinan.

Kean menghembuskan napas kasar dan memeluk boneka yang diberikan Johnny erat-erat. Perasaan senang tadi hilang, dan terus saja perasaan sedih yang muncul. Tidak, Kean tidak akan menangis. Percuma.

How to Love (3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang