Bel pulang pun berbunyi, menandakan jam pelajaran hari ini sudah habis. Semua murid kelas XII mipa 2 membereskan barang barangnya dan memasukannya kedalam tas masing masing dan bersiap siap untuk pulang.
Gue menghampiri Billa, Hari ini Billa sekolah karena sudah beberapa hari dia izin. Billa masih jadi pendiam sejak Rico dirumah sakit, sikap periangnya Billa hilang seketika.
"Bill, lo pulang sama Syifa?" tanya gue.
Billa hanya menganggukan kepalanya, tak membalas ucapan gue.
Gue menatap Syifa, "Fa, lo pulang naek apa?" tanya gue.
Karena keadaan Billa yang menjadi pendiam, seolah olah Syifa tertular menjadi pendiam seperti Billa. Syifa yang biasanya selalu menjadi pemecah keheningan, kini sama seperti Billa.
"Gue naek taxi aja Nin." Ucap Syifa.
"lo langsung pulang kerumah?" tanya gue.
"Kita langsung ke rumah sakit Nin." Sahut Billa.
Gue mengangguk, mencoba mengerti keadaan mereka.
Gue mengedarkan pandangan gue mencari keberadaan Fahmi, dan untungnya Fahmi masih berada dikelas bersama Riyan yang tengah sibuk bermain game online yang tengah marak akhir akhir ini.
"Fahmi." teriak gue.
Fahmi menghentikan aktivitasnya dan langsung menghampiri gue.
"ada apa Nin?" tanya Fahmi.
"Lo bawa mobil kan?" tanya gue.
Fahmi menganggukan kepalanya. Tadi malam gue menyuruh Fahmi untuk membawa mobil kesekolah, tak disangka Fahmi menuruti ucapan gue.
"Anterin Billa sama Syifa." ujar gue.
Awalnya Fahmi menolak untuk mengantarkan Billa bersama Syifa, namun gue terus memaksanya untuk mengantarkan mereka ke rumah sakit dengan alasan yang sangat kuat, gue bisa membujuk Fahmi. Fahmi mau mengantarkan Billa dan Syifa.
"kalian pulang sama Fahmi ya." ucap gue.
"nggak usah Nin, gue sama Syifa bisa sendiri." tolak Billa.
"Udah gak usah nolak, gue lagi baik nih. Gue anterin kalian." Sahut Fahmi.
Tak berkata apapun lagi, Syifa dan Billa akhirnya menerima ajakan Fahmi untuk mengantarnya. Mereka pun langsung pergi keluar kelas.
Kini dikelas hanya ada beberapa orang saja, tinggal Riyan bersama teman kelas laki laki gue yang tengah sibuk mabar atau main bareng game online yang tengah hits terutama di kalangan remaja seperti teman teman laki laki gue ini.
Gue menghampiri Riyan, "Riyan" panggil gue.
Riyan masih sibuk dengan game yang ada dihpnya. "iya." ucapnya yang masih fokus ke layar hp.
"Riyan."tegas gue.
Riyan menghentikan aktivitasnya, mengangkat kepalanya dan langsung menatap gue.
"Anterin gue." ucap gue singkat.
Riyan langsung membuang mukanya, dan melanjutkan gamenya. Namun gue menarik hp riyan.
"Nindyyy, lo gak boleh ngambil hp orang ganteng ntar kena Azab lo." ujar Riyan sambil berusaha mengambil lagi hpnya.
"Riyan, lo gak boleh nolak permintaan orang cantik ntar lo kena Azab." jelas gue balik.
Tak mau banyak berdebat, Riyan langsung mengangguk mengiyakan ucapan gue. Ntah ada angin apa makhluk seperti Riyan ini langsung menuruti perkataan gue. Tak seperti biasanya jika gue minta tolong kepadanya pasti ada saja alasannya untuk menolak. Tapi tidak untuk kali ini Riyan langsung mengangguk pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEBIH INDAH
Teen FictionBAHAGIA, Itulah yang aku inginkan, aku pernah merasakannya tapi itu hanya sesaat. Aku ingin kembali merasakannya untuk selamanya. Akankah ada seseorang yang membuat hidupku menjadi bahagia dan menjadi LEBIH INDAH untuk selamanyaa.? Dan aku menemuka...