33

1K 51 12
                                    

"Bang." panggil Nindy kepada Farhan yang sedang duduk dipinggir kolam renang yang ada dibelakang rumahnya.

Tatapan Farhan kosong. Memang saat ini Farhan sedang banyak masalah dikantornya. Perusahaan milik Mamanya yang kini diteruskan olehnya hampir mendekati kebangkrutan. Banyak masalah yang sedang menimpa perusahannya. Ditambah lagi skripsi nya yang selalu ditolak oleh Dosennya. Itu juga salah satu yang menambah beban pikirannya Farhan. Ingin sekali ia segera menyelesaikan pendidikan S2 nya ini.

Nindy mendekati abangnya itu, ia mengambil duduk disebelah Farhan.

Farhan menyadari kedatangan Nindy, ia segera menunjukan wajah bahagianya. Ia tak ingin adiknya ini mengetahui masalah yang sedang dihadapi olehnya. Ia tak ingin membuat Nindy terlibat dari masalahnya ini. Biar saja ia yang menyelesaikannya sendiri.

Farhan menoleh ke arah Nindy, ia tersenyum. Farhan kembali menatap keaarah depan.

"Bang." panggil Nindy.

"Iya." balasnya singkat.

"Bang Farhan lagi ada masalah,?" tanya Nindy.

Farhan menggelengkan kepalanya, "nggak kok, semua baik baik aja." ucap Farhan berbohong.

Nindy bisa membaca raut wajah abangnya ini, ia yakin pasti ada sesuatu yang disembunyikannya.

Nindy menghela nafasnya, "Bang, sekarang Nindy udah dewasa." jelasnya.

Farhan memutar kepalanya menatap adiknya, dan mengacak acak rambut adiknya itu. "Kamu udah dewasa yahh dek." ujarnya sambil memamerkan senyumnya.

Nindy merapihkan rambutnya, "Abangg." kesal Nindy.

"Nindy, Abang masih bisa menyelesaikan masalah abang. Kamu fokus aja sama urusan kamu." jelas Farhan.

"Nindy udah gede bang." kekeuh Nindy.

"Tapi, abang gak mau melibatkan kamu dalam masalah ini." ucap Farhan.

Nindy membuang nafasnya, memang keras sekali abangnya ini. Padahal Nindy sudah mengetahui masalah yang sedang dihadapi oleh kakaknya ini.

"Nindy udah tau semuanya." pekik Nindy.

Farhan membulatkan matanya, apa yang Nindy ketahui tentang masalah yang sedang menimpanya. Farhan belum pernah sama sekali menceritakan masalah nya kepada siapapun kecuali Hana tantenya.

"Kamu tau apa?" tanya Farhan.

Nindy beranjak, "Tau semuanya." jelas anak itu.

Farez menatap heran adiknya itu.

"Nindy tau, perusahaan Mama sedang ada masalah kan?"

Farhan membuang nafasnya, bagaimana bisa adiknya ini mengetahui masalahnya. Tapi, mau dikatakan apalagi ia tak bisa mengelak, memang benar yang dikatakan Nindy adik satu satunya.

"Waktu itu Nindy denger pembicaraan Bang Farhan sama Tante Hana." Nindy mendekati abangnya, 

"Bang, kalo ada masalah cerita aja sama Nindy. Ya Nindy tau, kalo Nindy gak bisa bantu untuk nyelesain masalah abang. Tapi, seenggaknya dengan cara itu bisa membuat beban bang Farhan sedikit hilang mungkin. Jangan dipendem aja sendiri kaya sekarang." jelas Nindy.

Farhan menatap Nindy,  ia mengacak acak rambut adiknya itu. "Iya iya, Maafin abang. Abang gak mau ngelibatin kamu dalam masalah abang." jelas Farhan.

"Janji ya, mulai sekarang gak boleh ada yang ditutupin dari Nindy!" ujar Nindy.

Farhan mengangguk, sambil memamerkan senyum manis nya.

"Termasuk, masalah tentang hubungan Abang sama Kak Rianty!" Nindy menyambung ucapannya.

LEBIH INDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang