31

1.1K 44 8
                                    


Tepatnya jam 2 pagi Nindy terbangun dari tidurnya. Ia langsung menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil.  Setelah keluar dari kamar mandi, ia merasa sangat lega. Karena sedari tadi ia tahan untuk tidak ke kamar mandi.

Nindy menyalakan lampu kamarnya, Ia menatap Billa yang tengah tertidur dikasurnya. Sudah hampir seminggu saat Rico meninggal, Nindy mengajak Billa untuk menginap dirumahnya. Karena Orang tua Billa berada di luar tepatnya Australia. Nindy tak tega bila, membiarkan Billa untuk tidur dirumahnya sendirian. Ditambah dengan keadaan Billa yang semakin hari semakin down.

Awalnya Billa menolak untuk menginap dirumah Nindy. Namun beruntungnya Sahabat sahabatnya berhasil untuk membujuknya.

Nindy menghampiri Billa, Ia rasa Billa belum tidur. Setelah dilihat, benar saja Billa tidak tidur. Nindy melihat mata Billa membengkak, karena mungkin daritadi ia terus menangis.

"Billa." ucap Nindy sambil memegang lengannya.

Billa menatap Nindy, ia beranjak dan langsung duduk disebelah Nindy. Ia menghapus air matanya.

Nindy menghela nafasnya, "Billa, lo jangan nangis terus kaya gini. Lo harus kuat, lo bisa ngelewatin ini semua. Gue tau, ini memang berat tapi gue yakin lo bisa ngelewatin ini." Ujar Nindy pada sahabatnya itu.

Hampir setiap malam Billa terus menangis, ia masih terus teringat dengan Rico.

"Gue gak bisa Nindy." Ujar Billa masih terus menangis.

Nindy memegangi tangan Billa, "Billa, Disana pasti Rico sedih ngeliat lo kaya gini." ujar Nindy.

Billa tak membalas ucapan Nindy, ia masih menunduk da terus menagis.

"Bill, liat gue." titah Nindy kepada Billa yang masih menunduk.

Billa mengangkat kepalanya dan menatap Nindy, "Bill, lo inget dulu saat Mama gue meninggal. Keadaan gue sama seperti lo sekarang, bahkan lebih buruk dari ini. Saat itu Lo selalu nyemangatin gue untuk bangkit, Dan lo juga selalu bilang sama gue. Kalo kita harus kuat, harus bisa menerima semua ini, Lo juga bilang setelah hujan pasti ada pelangi dan setelah kesedihan pasti ada kebahagian." jelas Nindy.

"Lo masih ingat itu Bill, jadi lo harus bisa ikhlas menerima semua ini."

Billa mengangguk. "Gue gak bisa ngadepin ini semua Nindy. Lebih baik gue mati, gak ada gunanya juga gue terus bertahan-"

"Billa, lo gak boleh ngomong kaya gitu. Kita hadapin ini sama sama, Dulu gue juga berpikiran kaya lo. Tapi, lo juga yang terus nasehatin gue kan. Berkat lo juga kan gue bisa bangkit lagi kaya gini."

Billa menutup wajahnya dengan kedua tangannya, tangisannya kembali pecah.

Nindy sangat tidak tega melihat Billa saat ini. Harus dengan  cara apalagi ia menasehati Billa yang sangat keras ini. Tak dirasa, airmatanya pun ikut menetes.

"Billa," ujar Nindy.

"Bill, gue mohon sama lo. Lo jangan kaya gini terus. Rico minta sama gue kalo lo gak boleh sedih kalau Rico udah gak ada. Gue udah janji sama dia akan buat lo gak sedih lagi. Gue mohon sama lo." lirih Nindy, dengan diikuti airmatanya.

Billa tak mengubris ucapan Nindy, ia masih tertunduk menangis. Ntah sudah berapa banyak air mata yang sudah ia keluarkan.

Nindy merangkul Billa, mencoba untuk menenangkannya.

"Rico lo jahatt."

"Lo jahat Rico, gue sayang sama lo tapi lo tinggalin gue."

"Ricoo lo janji sama gue kalo lo akan hidup bersama selamanya sama gue, tapi lo ngingkarin janji lo. Lo jahat Rico."

LEBIH INDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang