3. A Day With You (pt. 1)

2.9K 337 11
                                    

Hyungseob tidak menaruh curiga sedikitpun saat mendapati Jihoon yang dengan santainya membiarkannya pergi untuk berkencang dengan Woojin. Ia pikir pria mungil itu hanya sedang berbaik hati pada dirinya dan Woojin yang sebentar lagi akan susah untuk bertemu karena kesibukan Woojin.

Hyungseob pergi begitu saja dengan perasaan senang yang membuncah tanpa mempedulikan Jihoon yang sebenarnya bertingkah aneh pagi itu. Bahkan si model melewatkan sarapan dari pihak hotel dan terus berkutat dengan ponselnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 pagi, berarti masih ada waktu satu jam bagi Jihoon untuk memoles diri sebelum ehem— waktu janjiannya dengan si tampan Kang Daniel.

Mungkin ini terdengar gila, mereka baru mulai mengobrol kemarin malam di pertemuan kedua mereka yang tidak kalah singkatnya dengan pertemuan pertama mereka tapi sudah memutuskan untuk menghabiskan hari bersama. Well, jangan menyalahkan Jihoon untuk itu, memangnya siapa yang bisa menolak pesona seorang Kang Daniel? Pria tampan dengan karir cemerlang dan latar belakang keluarga yang bagus pula. Pasti akan menyenangkan menghabiskan waktu seharian bersama pria sesempurna itu kan?

Jihoon bangkit dari posisi telentang di kasurnya dan menuju lemari tempat ia menyimpan pakaian yang dibawanya. Sial, ia tidak membawa banyak baju karena berniat akan membeli kebutuhannya disini. Hanya ada beberapa kemeja dan kaos juga beberapa potong celana jeans. Mungkin kaos berlengan panjang dengan motif garis-garis horizontal berwarna hitam putih akan cocok untuk Jihoon kenakan, ia tidak ingin tampak sangat mencolok tapi juga tidak ingin tampil seadanya.

Setelah bersiap-siap hampir 40 menit —waktu yang lama untuk ukuran 'tidak ingin tampil mencolok'— Jihoon keluar dari kamar hotelnya. Tadi malam Daniel sudah memberitahu nomor kamarnya yang berada satu lantai di atas lantai unit kamar Jihoon dan Hyungseob.

Saat pintu lift terbuka menandakan bahwa Jihoon telah sampai di lantai tujuannya, tiba-tiba ia dapat merasakan jantungnya yang berdetak dengan begitu cepat. Jihoon terkekeh kecil menertawakan reaksi gugupnya yang berlebihan, padahal ia sudah sering menghampiri kamar pria dewasa seperti apa yang ia lakukan sekarang.

Jihoon sampai di depan kamar dengan nomor 1012, ia lantas memencet bel dengan jarinya yang mulai terasa dingin. Astaga, Jihoon membenci tangannya yang berubah dingin jika ia merasa gugup.

Tak lama pintu terbuka, menampilkan sosok pria berambut coklat terang dengan kemeja eksentrik berwarna mustard. Pria itu meneliti Jihoon dari ujung kaki sampai rambut Jihoon yang ditata dengan poni yang turun. Alisnya mengernyit bingung saat menyadari untuk apa seorang pemuda kemari?

"Kau siapa?" Tanya pria itu tidak mengendurkan raut waspada dan menelitinya.

"A-aku Jihoon, Park Jihoon. Apakah benar ini kamar Kang Daniel?"

Apakah mencolok mata seseorang itu tindakan yang sopan? Karena Jihoon rasanya ingin sekali mencolok kedua mata pria di depannya dengan jarinya, ia sungguh risih dan semakin gugup ditatap seperti itu.

Pria itu baru saja hendak membuka suaranya saat suara lain dari dalam menginterupsi.

"Jisung hyung, kau berbicara dengan siapa?"

Suara langkah kaki terdengar mendekat sampai sosok Kang Daniel yang hanya mengenakan bathrobe muncul dan berdiri tepat di belakang seseorang yang dipanggil dengan Jisung. Jisung menoleh ke belakang, bergantian menatap Daniel dengan raut bertanya dan keheranan. Sedangkan Jihoon hanya bisa meremas ujung kaosnya yang kebesaran karena tangannya yang dingin mulai memproduksi semakin banyak keringat.

"Ah, kau, maaf aku masih membicarakan beberapa urusan dengan manajerku jadi belum bersiap-siap."

Bibir Jihoon kelu hanya untuk menjawab, ia sudah tidak sanggup berdiri hanya karena melihat dada berotot Daniel yang terekspos. Kenapa Jihoon jadi bertingkah seperti seorang gadis remaja begini?

De Onze | NielWink [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang