11. Family

2.3K 235 19
                                    

Matahari sudah menyingsing sejak tadi, arah jarum jam sudah menunjuk ke angka 11, tetapi dua manusia yang saling berpelukan itu masih asyik bergelung di bawah selimut dengan nyawa yang melayang-layang di alam mimpi. Bahkan saat ada seorang pria yang memasuki apartemen luas itu dengan langkah yang lebar dan terkesan terburu-buru, dua insan itu tidak terusik sama sekali sampai pintu kamar dibuka secara kasar dan selimut yang menutupi tubuh telanjang mereka ditarik kasar pula.

Jisung memekik setelah tanpa sengaja melihat pemandangan di balik selimut yang ia tarik. Sambil memalingkan wajahnya ia melempar kembali selimut tebal itu secara asal ke tubuh Jihoon dan Daniel yang mulai mengumpulkan nyawa agar sadar sepenuhnya.

"KANG DANIEL BODOH!" Jisung memutari ranjang besar itu untuk berdiri di sebelah tubuh Daniel yang terduduk di kasur sambil mengucek matanya dan menjitak kepala pria tampan itu tanpa perasaan.

Daniel mengerang kasar, ia melemparkan tatapan sengit ke arah Jisung yang seperti tengah kebakaran jenggot. "What's wrong with you, dude?! Shit it's still morning!"

"Morning? Astaga Kang Daniel ini sudah lewat jam 11, kau saja yang baru bangun, bodoh! Oh Tuhan, apa kepalamu itu isinya hanya kebodohan?!"

Jisung sibuk dengan gerutuan dan segala umpatannya untuk Daniel yang sama sekali tidak mendengarkan. Daniel justru sibuk membenarkan letak selimut Jihoon yang melorot hingga ke perut akibat si manis itu bangun duduk sembari menggaruk-garuk rambut kecoklatannya. Mulut manis itu menguap dan melirik Jisung sekilas setelahnya.

"KANG DANIEL DENGARKAN AKU! Ya ampun ku rasa tekanan darahku naik."

Jisung mendorong sedikit tubuh Daniel agar bergeser dan duduk di tepi ranjang sambil mengelus dadanya yang masih bergemuruh karena emosinya yang meluap-luap.

"Dasar merepotkan! Sudah ku bilangkan berpikir dulu sebelum melakukan sesuatu." Jisung kembali mengomel dan menjitak kepala Daniel sekali lagi.

"Apa salahku?" Tanya Daniel tampak marah karena tidur nyamannya diganggu oleh sang asisten.

"Apa salahmu? Kau menanyakan salahmu?" Jisung balik bertanya dengan nada gusar dan raut tidak percaya. "Kau tau bahwa hubungan kalian sedang menjadi buah bibir di kalangan media dan masyarakat belakangan ini, lalu kenapa malah berkencan di tengah malam? Dan— astaga apa otakmu di selangkangan? Kenapa berciuman begitu panas di taman?! Demi Tuhan kau pasti tau sendiri itu akan menjadi sasaran empuk media untuk melakukan media play terhadap hubungan kalian. Dan lagi... arghh! Sudahlah aku lelah! Pikirkan saja sendiri!"

Jihoon mengerjapkan matanya dengan begitu polosnya menatap ke arah Jisung yang masih mendidih. Selimut yang menutupi hingga lehernya membuatnya tampak seperti bocah yang terbangun dari tidurnya dan bertanya sudah jam berapa ini. Jisung menutup matanya erat sembari membuat gestur tanda menyilang dengan kedua tangannya di depan dada.

"Oh tidak tidak, jangan tatap aku seperti itu. Aku akan tetap marah pada kalian. Kang Daniel, jauhkan dia dariku." Jisung berujar panik seraya bersembunyi di balik tubuh Daniel dari Jihoon yang masih menatapnya dengan pandangan demikian.

Daniel tertawa puas. Tangannya mengelus lembut kepala Jihoon, membenarkan letak rambut Jihoon yang mencuat berantakan, dan mengedipkan sebelah matanya seakan mengatakan 'good job' pada Jihoon yang menyambutnya dengan senyuman cerah.

"Sudahlah. Hyung, bisa tolong siapkan makanan untuk kami selagi kami mandi dan bersiap?" Tanya Daniel meminta secara sopan pada Jisung.

Jisung memukul keras lengan berotot Daniel, "Jangan mandi bersama! Aku bersumpah akan memukulimu jika kalian berbuat hal yang tidak-tidak!"

Daniel hanya tertawa menanggapi ancaman dari Jisung tanpa sedikitpun merasa terancam. Jisung mendelik kesal padanya sebelum melangkah keluar dari kamar. Sebelum Jisung benar-benar menutup pintu, ia sekali lagi melemparkan tatapan tajam pada Daniel dan jisung dan menggerakkan dua jari telunjuk dan tengahnya di arahkan ke matanya kemudian digerakkan berbalik ke arah Daniel seolah mengatakan 'aku mengawasi kalian'.

De Onze | NielWink [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang