26. Going to New Zealand

1.7K 225 26
                                    

Jihoon duduk terdiam di pinggir kasur mengenakan piyama bergaris-garis vertikal berwarna putih dan abu-abu. Ia hanya melamun tanpa tau ingin memikirkan apa. Karena jika ia tersadar dari lamunannya wajahnya yang sudah merah akan bertambah memerah menjalar sampai ke telinga, ia jadi kelimpungan sendiri mengipasi wajahnya yang terasa panas seperti terbakar sembari menggigit bibirnya agar tidak tersenyum dari telinga ke telinga. Jika sudah seperti itu ia akan menunduk dalam enggan menatap sekitar jika tidak ingin wajahnya bertambah merah saja menyadari kini ia sedang berada di mansion keluarga Kang.

Diluar dugaannya, keluarga Kang baik sekali untuk ukuran orang kelewat kaya dengan kekayaan yang tidak akan habis tujuh turunan. Kecerewetan Mina benar-benar diluar nalarnya, gadis cantik yang lebih mudah 2 tahun darinya itu terus mengoceh membeberkan bagaimana tingkah Daniel yang bagaikan pangeran berkuda putih sehingga ia sangat populer di kalangan keluarganya sendiri. Nyonya Kang selalu menunjukkan senyum anggunnya dan tidak terlalu banyak berbicara, aura pendiam namun menarik yang dimiliki Dongho ternyata berasal dari wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usia senjanya itu. Sedang tuan Kang terasa lebih tegas seperti Sora, berjalan dengan dagu terangkat seakan menunjukkan status sosialnya yang tinggi namun tidak memandang rendah orang lain, dan caranya berbicara benar-benar seperti seorang Kang Daniel yang lembut namun tegas. Pantas saja Daniel sesempurna itu jika keluarganya saja tidak ada yang memiliki celah seperti ini —kecuali kecerewetan Mina yang tidak dapat ditolong lagi. Mereka menerima Jihoon dengan hangat, memikirkannya membuat Jihoon merasa terharu. Ia merasa bukan apa-apa jika dibandingkan dengan keluarga Kang. Dari cara mereka makan saat makan siang dan makan malam bersama tadi saja jelas terlihat bahwa mereka mendapatkan pembelajaran manner tertinggi, jauh sekali dari Jihoon.

Selama ini Jihoon selalu berpikir kebaikan apa yang dilakukan kedua orang tuanya sampai-sampai anak nakal mereka dicintai oleh seorang Kang Daniel. Namun kejadian hari-hari membuat pemikirannya semakin bertambah parah saja. Apa ia pantas berdampingan dengan Daniel dan menjadi bagian di keluarga Kang?

Suara pintu yang dibuka perlahan mengaburkan lamunan Jihoon. Jihoon menoleh ke arah pintu untuk melihat siapa yang masuk. Saat mata cantiknya menemukan nyonya Kang berjalan memasuki ruangan langsung saja Jihoon berdiri lalu membungkukkan sedikit tubuhnya. Otot-otot tubuhnya seketika kaku dan ia menjadi kikuk sendiri.

"Tidak apa, duduklah."

Nyonya Kang menarik lembut tangan Jihoon, menuntun pria manis itu untuk kembali duduk di tepian ranjang bersebelahan dengannya. Setelahnya ia menyerahkan secangkir susu yang dibawanya ke arah Jihoon yang langsung menerima cangkir itu gugup. Tawa lembut mengalun dari belah bibir nyonya Kang melihat bagaimana Jihoon terlihat sangat gugup dan canggung sejak tadi siang. Pria manis itu terus menunduk sambil memilin ujung bajunya jika berhadapan anggota keluarga Kang.

"Daniel bilang kau selalu minum susu sebelum tidur supaya tumbuh tinggi hahahahaha."

Sial, kenapa Kang Daniel menyebarkan rahasia tubuh tingginya? Jihoon pasti akan dikira pendek jika ketahuan masih mengkonsumsi susu di usia segini.

Jihoon ikut tertawa meski tawanya terdengar aneh karena rasa gugup yang menelan suaranya. Melihat hal itu membuat nyonya Kang tidak mampu lagi menahan rasa gemasnya. Aura tegas namun anggunnya lenyap begitu saja ketika ia mencubiti pipi Jihoon sambil memekik tertahan.

"Astaga menggemaskan sekali. Kenapa bisa anak nakal itu mendapatkan pasangan semanis ini?"

Sebenarnya Jihoon ingin membenarkan ucapan nyonya Kang, bahwa ia tampan, bukan menggemaskan. Tapi biarlah. Jadi begini rasanya dipuji oleh calon mertua eh— ups!

"Jika Daniel sibuk, datang lah kemari, mom dan Mina selalu kesepian di rumah karena semua sibuk bekerja." Ujar nyonya Kang sembari merapikan anak rambut Jihoon ke belakang telinga selagi Jihoon menenggak habis susunya.

De Onze | NielWink [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang