15. Back To New York

1.5K 223 14
                                    

Semuanya berubah. Bukan hanya Jihoon yang menjadi lebih pendiam, tapi Daniel pun juga demikian. Ada perasaan menggelayar di benak Daniel ketika melihat reaksi Jihoon. Sedikit rasa kecewa muncul karena Jihoon masih sebegitu besar bereaksi terhadap mantan kekasihnya sedang sekarang pria mungil itu sudah memiliki Daniel.

Jihoon yang nampak sekali terlihat bahwa merasa terganggu dan tidak tenang bertemu dengan Guanlin membuat Daniel ragu akan perasaan prianya itu. Ada banyak hal yang ingin Daniel tanyakan pada Jihoon, tapi emosi masih mengambil alih kendali diri Daniel. Donghan terlihat kentara sekali marah padanya karena reaksinya yang malah mendiamkan Jihoon dan seakan membatasi dirinya dengan Jihoon. Daniel rasa ia berhak untuk bersikap seperti itu.

Ketika kapal pesiar telah merapat ke pelabuhan di London, ketiganya memutuskan untuk langsung kembali ke New York menggunakan pesawat dengan penerbangan tercepat. Sudah tidak ada gunanya melanjutkan liburan ini karena semuanya telah kacau.

Daniel dan Jihoon bersama-sama pulang ke apartemen Daniel. Mereka hanya tinggal di bawah satu atap yang sama namun seakan berada di dunia yang berbeda. Tidak saling bicara, tidak saling bertukar sapa, tidak makan bersama, bahkan tidur dengan saling memunggungi.

Jihoon pikir mungkin ada baiknya jika ia kembali ke apartemennya sendiri setelah 3 hari tinggal bersama namun tetap saling mendiamkan. Jihoon bingung dan merasa sedikit marah melihat Daniel yang bersikap seperti itu. Ia membutuhkan seseorang untuk membuatnya merasa tenang dan aman. Pertemuan Jihoon dengan Guanlin dan tuan Lai memberikan dampak yang begitu besar untuknya. Perasaannya campur aduk, tetapi rasa sakit hati lebih mendominasi. Bahkan setelah lebih dari 3 tahun tuan Lai masih memandang rendah dirinya yang dianggap tidak pantas bersama dengan anak laki-laki satu-satunya. Keluarga Lai yang semuanya homophobic, dan mengetahui pangeran kebanggaan mereka yang maha sempurna ternyata seorang biseksual membuat mereka tidak dapat menerimanya dan sepenuhnya melemparkan kesalahan ke Jihoon yang dianggap seperti hama.

Jihoon membutuhkan Daniel untuk membuatnya merasa aman dan berhenti berpikir bahwa dirinya hina dan tak pantas. Kenyataan Daniel yang berperilaku sebaliknya menimbulkan rasa kecewa di hati Jihoon.

Jihoon bangun dan baru keluar dari kamar pukul 11 pagi karena malas bertemu Daniel. Ia kira Daniel sudah pergi, namun ketika kakinya melangkah ke dapur, sebuah aroma masakan yang menggugah selera menggoda indera penciumannya. Daniel meletakkan sepiring omelette di atas meja makan kemudian duduk disana sembari melemparkan tatapan seperti biasanya—yang Jihoon rindukan— kepada Jihoon. Dengan perasaan terkejut Jihoon memberanikan diri melangkah mendekati meja makan dan mengambil tempat duduk berseberangan dengan Daniel.

"Kau melewatkan waktu sarapan, itu akan mengacaukan dietmu." Ujar Daniel lembut seraya menyodorkan sebuah sendok ke arah Jihoon.

Daniel tidak pergi. Pria itu tetap disana duduk diam memperhatikan Jihoon makan. Rautnya masih belum sepenuhnya pulih seperti dulu, namun auranya sudah kembali menghangat. Jihoon makan dengan canggung meski sebenarnya makan sambil diperhatikan oleh Daniel adalah hal yang biasa. Tapi memangnya siapa yang akan merasa biasa saja jika sedang berada di situasi seperti Jihoon? Ia sedang bertengkar dengan pria berbahu lebar itu untuk pertama kalinya, dan merasa begitu canggung saat harus berbaikan.

Suara dentingan sendok yang bersinggungan dengan piring mengisi keheningan di ruang makan itu. Jihoon meneguk air putih yang sebelumnya dituangkan oleh Daniel hingga habis tak bersisa. Mengusap bibirnya menggunakan tisu dengan gerakan canggung setelahnya. Hening lagi. Kecanggungan itu masih merasuk di antara mereka tanpa bisa disembunyikan. Sampai ketika Daniel meletakkan sebelah tangannya di atas tangan kiri Jihoon yang bertengger di atas meja. Daniel memberikan elusan lembut di punggung tangan Jihoon berusaha meminta perhatian Jihoon yang masih menunduk.

De Onze | NielWink [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang