Pagi harinya Jihoon terbangun di sebuah ranjang king size dengan sprey abu-abu dan selimut hitam bermotif kotak-kotak membelenggu tubuh telanjangnya. Sinar matahari menyelinap masuk melalui celah gorden berwarna senada dengan sprey hingga mengusik tidurnya yang terasa begitu nyaman sebelumnya. Tangan Jihoon meraba sekitar berusaha mencari remote control untuk merapatkan tirai gorden, tapi bukan itu yang ia temukan melainkan segundukan lain di balik selimut. Ah Jihoon lupa ini bukan kamar apartemennya.
Perlahan Jihoon membuka kelopak matanya kemudian menoleh ke samping kirinya, mendapati seorang pria lain yang tidur meringkuk seperti bayi. Wajah Jihoon seketika memerah mengingat kejadian kenapa ia bisa sampai disini.
Last night was so amazing yet crazy as hell!
Jihoon tertawa pelan sambil menutupi wajah merahnya dengan kedua tangan. Ini gila, dan ia menikmati kegilaan itu, that's why he's crazier than he ever think. How can he let that so fucking hot young producer touched every inch of his body with his provocator tongue and sinking in his enchanting charisma. But, who doesn't? Jihoon can't deny his charm just like everyone.
Pria itu bergerak dalam tidurnya, terusik akan sinar matahari dan barangkali suara tawa Jihoon. Ia mengerang pelan sembari menarik pinggang Jihoon untuk mendekat dan mengungkung tubuh kecil Jihoon dalam pelukannya.
"Good morning." Suaranya serak khas orang bangun tidur.
"Morning, sir." Balas Jihoon setengah berbisik dan menyamankan posisinya di dalam rengkuhan pria yang sama telanjang seperti dirinya.
Mereka diam dalam posisi itu, antara berusaha mengumpulkan nyawa atau menyerah dan kembali tidur. Lagipula tidak ada yang memiliki jadwal kerjaan satu pun di antara mereka hari ini.
Nafas Jihoon terasa begitu teratur menghembus mengenai permukaan kulit dada bidang Daniel. Si manis kembali tertidur rupanya. Gantian, Daniel yang tertawa pelan seraya mengelus surai yang telah berubah warna menjadi coklat gelap itu. Ia masih belum menyangka bahwa tadi malam itu merupakan sebuah kenyataan. Jihoon berada di kamarnya, di ranjangnya, di bawahnya, mendesah dan meneriakkan namanya dengan tubuh bergetar memohon untuk dipuaskan. That model can always easily amazed him. Rasanya setiap hal di diri Jihoon merupakan sebuah teka-teki dan pengalaman baru bagi Daniel yang minta untuk diselesaikan, dan Daniel baru bisa merasakan kepuasan setelahnya.
Tepat jam 10 si manis akhirnya membuka matanya kembali, mengucek mata indah itu sembari menguap tanpa berusaha menahannya agar tetap terlihat anggun di depan Daniel yang kini duduk bersandar di sandaran kasur.
"Good morning, again." Daniel terkekeh melihat Jihoon yang duduk di kasur seperti seekor puppy, selimutnya merosot hingga ke pinggang dan Jihoon tidak merasa harus repot-repot menutupi bagian tubuhnya yang terbuka.
Daniel bersiul menggoda melihat tubuh mulus itu.
"Aku lapar."
Okay, itu adalah sebuah kalimat mengejutkan dari seseorang yang terbangun di atas ranjang pria lain setelah malam panas mereka. Lihat, Jihoon benar-benar bertingkah seperti anak kecil. Daniel rasa si mungil itu bisa berubah-ubah kapan pun hingga tak bisa di tebak. Dan itu yang membuat Daniel merasa tertantang.
"Aku akan memasakanmu sesuatu, bangunlah."
Jihoon mengedarkan pandangannya ke lantai di sisi kasur berusaha mencari pakaiannya. Ia meraih sebuah kemeja putih yang dikenakan Daniel tadi malam —karena tidak menemukan pakaiannya— dan memakainya asal.
"Oh Gosh! Dasar pria sinting!" Pekik Jihoon heboh sambil menutupi kedua matanya saat tiba-tiba Daniel dengan santainya beranjak dari kasur masih dalam keadaan telanjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
De Onze | NielWink [END]
FanfictionPark Jihoon seorang super model androgini yang sedang naik daun bertemu dengan Kang Daniel seorang sutradara film terkenal di dunia entertain yang penuh kepalsuan. Awalnya hubungan mereka hanya sebatas ketertarikan fisik semata. Dan memang hal itu y...