8. Ambition (pt. 2)

2K 243 18
                                    

Sean menghilang tanpa kabar sejak 3 hari yang lalu. Jihoon yang memang terbiasa menjalani hubungan dengan intesitas pertemuan yang minim sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan. Tapi ini sama sekali berbeda. Biasanya sesibuk apapun Sean akan mengiriminya pesan selamat pagi dan selamat tidur, atau menelpon di tengah malam jika ia tidak sempat mengirim pesan, namun 3 hari ini Sean benar-benar menghilang seperti ditelan bumi.

Terakhir pesan yang Jihoon terima dari Sean, pria berotot itu bilang bahwa ia bertolak ke Afrika untuk syuting video klip lagu duetnya bersama seorang penyanyi wanita terkenal. Oh tidak, tentu saja Sean tidak berselingkuh dan mengabaikan Jihoon. Dari awal menjalin kerjasama, Sean sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan pada wanita berpayudara besar itu. Ia menyukai cutie boy yet wild on bed like Jihoon. That hottie boy said it right to Jihoon while they were cuddling after a rough sex that Jihoon is the best thing ever happend to him, Jihoon is really really the best at making him feel satisfied. And Jihoon can say nothing but gave him a french kiss and another round of rough sex.

Hari ini Jihoon libur, dan ia sangat beruntung karena Daehwi tidak cerewet menyuruhnya ke agensi dengan catatan Jihoon harus melapor padanya jika ingin melangkah keluar dari apartemennya.

Mungkin Sean akan menghubungi nanti jika tidak sibuk. Pikir Jihoon masih berusaha positif.

Bel apartemen Jihoon berbunyi membuat sang pemilik mengerang malas beranjak dari sofa tempatnya berbaring sejak beberapa jam yang lalu. Dengan langkah yang diseret Jihoon berjalan menuju pintu depan dan langsung membuka pintu tanpa menilik intercom terlebih dahulu.

"Hi baby."

"Oh my— Sean!"

Jihoon melompat menerjang tubuh tinggi itu ke dalam pelukannya yang luar biasa erat. Kakinya menggantung di udara dan beban tubuhnya dipangku Sean melalui lengan kokohnya yang melingkar memeluk pingga kekasih mungilnya. Tubuh Sean termundur beberapa langkah ke belakang kaget akan terjangan Jihoon. Pria maskulin itu tertawa gemas melihat tingkah kekasihnya yang merengek mengucapkan rindu.

"I'm sorry, I'm sorry, ponselku hilang saat di Afrika dan aku sangat sibuk. Maafkan aku, baby."

Jihoon memundurkan wajahnya untuk berhadapan dengan wajah Sean yang masih sama tampannya dengan terakhir kali ia lihat. Tangan kecilnya masih melingkar di leher prianya, namun kakinya sudah berjinjit di tanah tidak ingin kekasihnya kelelahan.

"Aku marah, aku tidak akan bisa dibujuk huft..."

Si mungil mengecup sekilas bibir kekasihnya sebelum melepaskan diri dari pelukan erat mereka dan mundur beberapa langkah, menjaga jarak dengan wajah memberengut lucu.

Sean tertawa melihat tingkah menggemaskan kekasihnya, "Benarkah? Kau marah?" Tanya Sean sambil maju selangkah mendekati Jihoon yang kini bersedekap tangan di dada.

Jihoon membuang pandangannya dan mengangguk sebagai jawaban.

"Marah sekali?"

Sean maju lagi selangkah dan Jihoon kembali mengangguk singkat.

"Sangat sangat marah padaku?"

Jihoon mulai merasa kesal pada kekasihnya yang terus menanyakan pertanyaan yang sama. Ia memalingkan wajahnya kembali menghadap Sean dan baru menyadari bahwa Sean sudah tepat berdiri di depannya. Pria tinggi itu merendahkan tubuhnya agar wajahnya dapat berhadapan dengan wajah memerah Jihoon yang menahan malu sekaligus kesal.

Kekasihnya ini kenapa tampan sekali? Membuat Jihoon merona saja.

"Kalau begitu kau boleh melakukan apapun padaku sepuasmu." Bisik Sean begitu provokatif tepat di telinga Jihoon yang langsung meremang dan menciut terpancing akan nada seduktif itu.

De Onze | NielWink [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang