Musim semi datang, pohon-pohon mulai tumbuh, bunga-bunga mulai bermekaran. Siang itu suasana tampak sangat cerah dan mendukung untuk menghabiskan waktu di luar. Hyungseob yang baru tiba di New York menjajaki bandara internasional, keluar dari pintu kedatangan dengan wajah yang tertutup masker dan kacamata baca berbingkai bulat. Ia sedang membenarkan letak tali tas ranselnya saat tubuhnya tiba-tiba diterjang hingga hampir terjatuh.
"Yak! Kau kira tubuhmu itu seringan bulu?!"
"I miss you too, seobie hyung."
Daehwi mengedipkan matanya dengan senyum kekanakan di wajahnya mengabaikan tatapan membunuh yang Hyungseob layangkan padanya. Tidak peduli dengan aegyo yang dikeluarkan Daehwi, Hyungseob melepaskan pelukan pria yang lebih pendek darinya itu kemudian kembali membenarkan letak ranselnya yang miring karena terjangan maha mautnya Daehwi.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Hyungseob masih dengan nada tidak bersahabatnya.
"Menjemputmu, tentu saja. Ck bersyukurlah aku sudah meluangkan waktuku untuk menjemputmu."
Tanpa tau malu mereka terus saja beradu argumen di tengah-tengah kerumunan orang yang ada di sana.
"Hey, apa kalian anak kecil? Sudah hentikan."
Jihoon datang, mengambil tempat di tengah-tengah Hyungseob dan Daehwi yang sepertinya sudah hampir saling mencakar. Pria manis itu mengambil koper Hyungseob yang terabaikan karena pemiliknya sibuk 'melepas rindu' dengan Daehwi.
"Jihoonie......."
Kali ini giliran Jihoon yang oleng hampir terjatuh karena Hyungseob tiba-tiba memeluknya erat sekali. Raut wajah Jihoon berubah horror saat Hyungseob memajukan wajahnya hendak memberikan kecupan manis di wajahnya. Langsung saja Jihoon mendorong wajah Hyungseob sampai tubuhnya limbung hampir terjatuh dan sedikit membentur tubuh Daehwi yang memekik nyaring tidak sesuai dengan beban yang didapatkannya. Sekarang mereka semua impas dan benar-benar sukses menarik perhatian pengunjung lain.
"Kenapa mendorongku?!"
"Tidak usah cium-cium kau pasti belum sikat gigi karena penerbangan jauh!"
"Kenapa hanya Jihoon yang dicium?!" Daehwi merengek sambil menghentakkan kedua kakinya kesal.
"Aku ini hyungmu!"
Mereka bertengkar lagi. Untungnya kali ini sambil berjalan berlalu dari sana menuju tempat parkir. Daehwi yang bertugas untuk menyetir karena cuma ia yang memiliki lisensi mengemudi, sementara Jihoon duduk di kursi penumpang di sebelah pengemudi dan Hyungseob di belakang bersender nyaman untuk merilekskan otot-otot tubuhnya setelah lelah di perjalanan. Setidaknya dengan memutar lagu di pemutar musik argumen mereka terhenti karena saling bersahut-sahutan menyenandungkan lirik lagu.
Mobil yang mereka kendarai berhenti di sebuah cafe yang ramai pengunjung. Inilah tujuan Jihoon dan Daehwi menjemput Hyungseob di bandara, untuk menghabiskan waktu bersantai dan berkumpul yang sangat jarang sekali mereka dapatkan karena kesibukan masing-masing. Mereka mengambil tempat duduk tidak jauh dari tempat pengambilan minuman agar tidak jauh bolak-balik mengambil pesanan mereka. Berbincang dan saling bercanda seolah tidak terjadi pertikaian apapun di antara mereka sejak di bandara tadi. Well, sebenarnya bukan pertikaian. Hanya saja memang begitu lah mereka. Selalu beradu mulut jika bertemu, tapi dalam hati saling menyayangi, karena sudah bersahabat sejak 6 tahun yang lalu ketika mereka sama-sama dipertemukan di dunia entertain sebagai seorang pendatang baru di bidangnya masing-masing —kecuali Daehwi yang menggiring kakaknya oleh karena itu dia bisa bersahabat dengan Jihoon dan Hyungseob.
"Ji, Woojin mana?" Tanya Hyungseob sebelum menghisap ice caramel macchiatonya sambil menatap Jihoon.
"Masih di Seoul, ibunya sakit jadi ia harus tinggal sedikit lebih lama untuk merawat ibunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
De Onze | NielWink [END]
FanfictionPark Jihoon seorang super model androgini yang sedang naik daun bertemu dengan Kang Daniel seorang sutradara film terkenal di dunia entertain yang penuh kepalsuan. Awalnya hubungan mereka hanya sebatas ketertarikan fisik semata. Dan memang hal itu y...