24. Way Back Home

2K 249 29
                                    

Sebelah kaki Jihoon yang tidak tertutupi selimut mengais-ngais seperti kucing agar dapat masuk ke dalam selimut dan merasa hangat. Daniel yang duduk bersandar pada headboard ranjang tertawa gemas melihatnya, sebelah tangannya mengusap surai hitam Jihoon yang menjadikan perutnya sebagai bantal dan tangan yang melingkar di perutnya. Kening Jihoon mengernyit dan bibirnya bergerak-gerak merasa terganggu dengan rasa dingin yang menerpa kakinya dan usapan Daniel yang tiba-tiba di kepalanya. Astaga kenapa Jihoon menggemaskan sekali?

Daniel masih merasa tidak menyangka dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa ia masih bisa bernafas beberapa bulan terakhir tanpa menyaksikan pemandangan menggemaskan seperti ini di setiap paginya? Jihoon yang sedang tertidur benar-benar lucu seperti bayi, terlebih caranya yang selalu memeluk apapun di sampingnya, meringkuk seperti bayi yang baru lahir. Bagaimana ini Daniel gemas sekali, haruskah ia menggigit pipi gembil Jihoon dan membuat pujaan hatinya terbangun?

Daniel masih menatap Jihoon yang tertidur sepuasnya untuk menyalurkan rasa rindunya saat pintu kamar Jihoon dibuka secara tiba-tiba dari arah luar dan sebuah teriakan nyaring berhasil membangunkan Jihoon dari tidurnya.

"NAE SARANG HOONIE!"

Pemilik suara berhenti tepat beberapa langkah dari pintu saat melihat pemandangan tidak biasa pagi ini. Mata sipitnya melotot kaget kemudian ia memekik heboh sambil berlari mendekat.

"Astaga Park Jihoon, aku baru meninggalkanmu 3 hari dan astaga astaga..."

Jihoon yang merasa kesal karena terbangun akibat ulah sahabat absurdnya itu mendelik tajam sembari menggaruk-garuk rambutnya yang berantakan. Ini seperti deja vu ketika Daniel dengan gerakan cepat berusaha menutupi bagian tubuh Jihoon yang terekspos karena selimut yang dikenakannya melorot hingga sebatas perutnya. Daniel menarik Jihoon dari arah belakang dan melingkarkan tangannya di bahu Jihoon menahan agar selimut itu tidak merosot turun lagi. Matanya menatap waspada pada pria yang kini seenaknya duduk di sisi ranjang dan menutupi sebelah kaki Jihoon yang keluar dari selimut.

"Bisa tidak usah teriak-teriak? Ini masih pagi Park Woojin." Sinis Jihoon yang hanya ditanggapi Woojin dengan cengiran tak berdosanya.

Woojin tampak biasa saja di luar meski sebenarnya ia cukup bingung dan terkejut dengan situasi sekarang. Kenapa Daniel ada di apartemen Jihoon? Dan lagi mereka berada di ranjang yang sama dan sama-sama tidak mengenakan pakaian sehelai pun di balik selimut yang menutupi tubuh mereka. Melihat dari bagaimana pakaian mereka yang berceceran di lantai dari depan pintu masuk tadi harusnya Woojin tidak terlalu terkejut lagi jika inilah yang akan ia dapati saat memasuki kamar Jihoon. Tapi— hey, siapa yang mengira bahwa akan ada Daniel di sini? Lagipula Jihoon adalah seseorang yang paling tidak bisa bersih-bersih jadi pikirnya wajar saja jika pakaiannya berserakan kemana-mana setelah Woojin meninggalkan Jihoon selama 3 hari untuk urusan pekerjaan. Oh ayolah semua orang tau jika Jihoon tidak bisa tanpa Woojin, hidupnya pasti akan berantakan karena apartemennya yang kotor dan selalu makan mie instan.

Tawa Woojin meledak melihat ekspresi Jihoon dan Daniel yang sama-sama tengah menatapnya bergantian. Jihoon terlihat begitu kesal dengannya yang membangunkan anak itu sepagi ini. Ah Woojin tebak tadi malam Jihoon tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup karena tuan sutradara yang begitu posesif memeluknya saat ini dengan raut wajah yang berusaha ia kendalikan agar terlihat biasa saja meski kentara sekali ia begitu waspada pada kehadiran Woojin dan ada sedikit kerutan tidak suka di wajahnya saat melirik ke arah Woojin sesekali.

"Hahahaha baiklah, baiklah. Cepat bersihkan diri kalian, aku akan ke dapur untuk memasak. Uri Jihoonie pasti bosan selalu memakan mie instan selama pangeran Woojin tidak ada kan?"

Dengan jahil Woojin sengaja menjawil pipi bulat Jihoon untuk menggoda kedua pasangan yang tertangkap basah itu. Woojin tidak dapat lagi menahan tawanya yang terbahak-bahak sembari mengambil langkah seribu keluar dari kamar sebelum Jihoon melemparnya dengan bantal, atau Daniel yang lebih dulu mencekiknya karena berani menyentuh Jihoonnya.

De Onze | NielWink [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang