27. Marry Me (END)

2K 228 54
                                    

Sudah setengah jam lamanya Daniel hanya diam memandangi wajah terlelap Jihoon yang tepat berada di depan mukanya. Bibir pria itu sedikit terbuka dan terdengar dengkuran halus dari sana. Mata cantik kesukaan Daniel itu terbuka setengah, malu-malu menutupi binar cantik yang selalu dipuja oleh Daniel. Sesekali Jihoon akan bergumam pelan dalam tidurnya yang disambut oleh kekehan gemas dari Daniel. Astaga, bisa kah seseorang memberitahu Jihoon untuk berhenti bertingkah menggemaskan? Ini jelas tidak baik untuk kesehatan jantung Daniel.

Daniel bisa saja menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengamati wajah terlelap Jihoon yang... jangan paksa Daniel untuk menjelaskannya lagi, karena jawabannya akan tetap sama, bagaimana pun Jihoon, dia akan tetap menggemaskan di mata Daniel. Namun rencananya hari ini tidak boleh gagal. Ia sudah mengatur rencana sedetail mungkin dengan memboyong Jihoon ke New Zealand. Dan setelah 2 minggu sibuk dengan pekerjaannya, ketika ada waktu libur sehari saja tentunya Daniel ingin menghabiskannya bersama Jihoon. Lagipula ia sudah berjanjikan untuk mengajak Jihoon jalan-jalan ketika di New Zealand.

"Jihoon, wake up."

Sentuhan lembut di pipi gembilnya membuat tidur Jihoon terusik. Jihoon ingin mengabaikan begitu saja elusan Daniel di pipinya, tapi prianya itu malah ikut menghujani pipinya dengan kecupan yang bertubi-tubi. Mau tidak mau Jihoon mengerang sambil mendorong Daniel menjauh.

"Tuan Kang, hentikan."

"Tidak, sampai kau bangun. Ayo cepat, kau bilang ingin ke taman regional Kaitoke."

Mendengar destinasi favoritnya disebutkan, mata Jihoon langsung menyala, terbuka lebar dan rasa kantuknya menguap begitu saja.

"Aku sudah bangun. Ayo kita pergi!"

Melihat Jihoon yang tiba-tiba bangkit duduk di kasur dengan senyum cerah di wajahnya dan mata yang berbinar memancarkan kebahagiaan membuat Daniel tertawa lepas. Ia ikut duduk di kasur, merapikan rambut Jihoon yang mencuat kesan kemari akibat posisi tidurnya yang begitu nyenyak seperti bayi tadi malam.

"Mandi dulu. Kita mandi bersama."

Daniel memutuskannya sebelah pihak. Ia tanpa menunggu respon Jihoon sudah lebih dulu bangkit berdiri. Menoleh ke arah Jihoon yang merengut menatapnya.

"Tidak! Sana kau dulu yang mandi."

Jihoon sudah hendak kembali berbaring di kasur ketika Daniel mengangkat tubuhnya seperti karung beras di bahu. Kaki pendeknya bergerak-gerak dan kedua tangannya memukul punggung Daniel yang berhadapan dengan wajahnya, berusaha berontak agar diturunkan.

"Yak! Hentikan! Turunkan aku sekarang, tuan Kang! Aku tidak mau mandi bersama huhuuu Bunda....."

Pintu kamar mandi di kamar hotel yang ditempati Daniel dan Jihoon tertutup meredam suara tawa Daniel yang sama sekali tidak merasa kesulitan menggendong tubuh Jihoon yang bergerak-gerak. Pria tampan itu mengabaikan protesan kekasih manisnya karena otaknya sudah tumpul oleh perasaan gemas, sehingga tidak merasa keberatan sedikitpun jika Jihoon memarahinya. Mau dimarahi dan disuruh-suruh juga Daniel akan tetap merasa Jihoon adalah makhluk paling menggemaskan dan manis di muka bumi ini.

***

"Jihoon, hati-hati."

Jika terakhir kali mereka kemari Jihoon masih bertingkah malu-malu karena mereka baru mengenal saat itu, kali ini Jihoon benar-benar tidak dapat ditegur. Anak itu berjalan lebih dulu. Memekik senang tiap matanya menemukan hal indah apapun —yang itu berarti adalah setiap tempat.

Si manis bahkan melepas sepatunya saat mereka tiba di sungai tempat Daniel mengambil foto Jihoon dulu. Bermain air di antara bebatuan. Tangannya bergerak-gerak menggambar pola acak di atas air, lalu setelahnya ia akan tertawa kekanakan. Merasa senang hanya karena melihat aliran air jernih tersebut.

De Onze | NielWink [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang