10. My Cuddle Buddy

2.3K 243 18
                                    

Hubungan Jihoon dengan Claudia tidak berangsur membaik. Claudia terus mencoba menghindari Jihoon karena merasa sangat bersalah. Sedang Jihoon, ia kesal sekali dengan wanita yang jauh lebih tua darinya itu. Bukan, bukan Jihoon marah kepadanya karena berpikir bahwa jika bukan karenanya dia tentu masih bisa bersama dengan Sean.

Jihoon ikhlas, sangat amat ikhlas mengenai hubungannya dengan Sean yang sudah kandas. Hanya saja Jihoon tidak suka kepada wanita cantik itu karena mencampuri urusannya. Hey, ia bahkan baru saling berkenalan dengan Claudia saat wanita itu mengajaknya berbicara di hari pertama syuting, kenapa ia bisa-bisanya bertingkah seperti itu seolah ingin mengetahui perihal hubungan asmara Jihoon? Dan lagi, sedikit banyak Jihoon berpikir, seandainya Claudia tidak ikut campur urusannya maka Sean tidak akan berbicara buruk tentangnya sehingga menggiring opini publik untuk menghakiminya. Jihoon tau itulah resiko public figure, orang-orang jadi berpikir bahwa tidak apa mengomentari setiap tarikan nafasnya yang bagaimanapun juga akan memiliki cela bagi mereka yang membencinya. Tapi sungguh, yang kali ini benar-benar keterlaluan. Jihoon tidak ingin membuat daftar kata apa saja yang mereka tinggalkan untuk Jihoon hahahahaha bodoh jika ia melakukan itu yang jelas nantinya hanya akan menyakitinya.

Ditundanya proses syuting karena sang aktor utama mengalami cedera membuat Jihoon sedikit bersyukur karena ia tidak perlu bertemu dengan Claudia untuk sementara waktu hingga sang aktor utama pulih dari cederanya. Hatinya masih begitu panas melihat wanita itu. Tapi Jihoon bukan tipe orang yang jika membenci seseorang akan mengajak orang-orang di sekitarnya untuk membenci orang tersebut. Ia tidak melakukan tindakan apapun yang menbuat orang lain dapat mengendus hubungannya dengan Claudia sama sekali tidak baik. Ingat, Jihoon hanya malas berada di sekitar wanita itu. Jihoon bukan tipikal kekanakan yang akan melemparkan tatapan tajam atau sengaja menyenggol bahu orang yang dibencinya ketika berjalan. Lucu sekali mengingat Jihoon yang sudah berumur 23 tahun masih melakukan hal tidak dewasa sepert itu.

Maka di sini lah Jihoon sekarang. Menghabiskan waktu freenya dengan membaca novel sambil tengkurap di ranjang besar Kang Daniel, ranjang yang sudah hampir satu bulan ini ditidurinya setiap malam. Kakinya bergerak-gerak ditekuk kemudian diluruskan lagi. Tangan kirinya terlipat menjadi alas kepalanya yang ditidurkan di sana, sedangkan tangan kanannya digunakan untuk membolak-balik halaman novel. Kaos mustard bergaris-garis horizontal warna putih milik Daniel terlihat begitu kebesaran di tubuhnya tapi tetap saja tidak dapat menutupi pahanya yang tersingkap, bahkan karena posisinya dan gerakan kakinya ujung kaos itu hanya dapat menutupi sebatas bawah bokongnya saja.

Pintu kamar terbuka menampilkan Daniel yang masuk dengan segelas air putih di tangannya. Perlahan pria dewasa itu mendekati sosok manis di kasurnya dan duduk di sisi kaki Jihoon yang kini diam melipat ke atas membentuk sudut siku-siku. Sebelah tangannya yang tak memegang apapun mengusap tungkai Jihoon pelan sebelum menarik turun kaki itu.

"Minum dulu, kau jarang minum sejak pagi." Ujar Daniel dengan nada yang lembut.

Jihoon berdengung pelan namun masih asyik dengan novelnya dan tak menghiraukan Daniel sedikitpun.

"Jangan membaca terlalu dekat nanti matamu sakit."

Merasa Jihoon tak akan memperhatikannya, Daniel berinisiatif menarik novel itu menjauh. Sang empu yang kesal dengan cepat mengubah posisinya duduk menghadap Daniel sambil mengerucutkan bibirnya kesal pada sosok tampan itu. Sudah Daniel bilang kan bahwa Jihoon yang sedang kesal itu terlihat lucu, jadi tanpa merasa terganggu dengan tatapan tajam —menurut Jihoon tapi imut menurut Daniel— yang Jihoon arahkan padanya, ia memajukan tubuhnya dengan kurang ajar dan mencuri satu kecupan di bibir merah itu.

"Ini minum dulu." Daniel menyerahkan segelas air putih yang dibawanya pada Jihoon, "Pelan-pelan." Lanjutannya sambil membantu Jihoon yang minum berceceran sampi ke dagu seperti anak kecil.

De Onze | NielWink [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang