Perempuan itu masih berdiam diri selama beberapa detik. Sesekali beberapa helai rambut berpotongan bob-nya menutupi wajahnya yang cukup tirus, karena terkena angin malam yang cukup kencang malam ini.
Perempuan berkulit kecoklatan itu menyipitkan mata melihat bangunan di depannya.
Tidak bisa ia pungkiri. Sudah lama dia tidak memasuki tempat seperti gedung gemerlap itu. Ah, lebih tepatnya lantai tiga di gedung itu yang gemerlap malam ini. Beberapa orang terlihat berlalu-lalang di hadapannya dengan keadaan yang berbeda-beda.
"gymnasium merangkap club ,eh?!"cibirnya."how smart?"ia berdecak sinis
Amira sri sasongko
Perempuan berusia dua puluh dua tahun itu akhirnya melangkahkan kakinya untuk memasuki gedung di hadapannya. Setelah sebelumnya mengetatkan jaket kulit hitamnya untuk melapisi tank-top dengan warna senada yang dikenakannya dan jeans belel berwarna biru lusuh dengan robekan di area lutut dan betis sebagai bawahan dilengkapi dengan sepatu vans putih sebagai alas kaki.
Perempuan itu memasuki gedung itu setelah sebelumnya melewati penjaga. Ia menaiki anak tangga untuk sampai di lantai tiga. Sesampainya di lantai tiga, Amira langsung berbelok ke kanan melewati selasar menuju sebuah pintu.Saat membuka pintu dari kaca itu, ia langsung disuguhkan pemandangan yang tidak layak baginya. Amira mengernyit saat indera penciumannya membaui asap rokok bercampur bau alkohol yang menyengat. Telinganya bahkan sempat berdenging mendengar dentuman musik yang keras di tempat itu. Ia melangkah masuk sambil melihat sekelilingnya. Banyak orang yang sedang berdansa mengikuti irama, ada juga yang sedang minum di meja bar sambil berbincang-bincang entah apa itu. Ada pula yang melakukan kegiatan kecil mereka masing-masing.
Sesekali Amira bahkan memisahkan pasangan yang sedang berpelukan sambil berciuman yang sedang menutupi jalannya, sontak ia mendapat pelototan dan decakan kesal dari beberapa pasangan itu.
Amira mengedarkan pandangan untuk mencari sosok yang sedari tadi dicarinya. Saat menatap sebelah kiri, ia melihat pasangan yang saling berpelukan sambil menutupi kegiatan mereka yang sebenarnya
apa itu kokain?
Batin Amira. Ia semakin mengerang dalam hati karena belum menemukan
orang 'itu'. Ia mulai merogoh kantung jaketnya untuk menelepon seseorang dan berbicara sesuatu pada seseorang yang di hubunginya . Dirasa beres, Amira meletakan mobile-phone-nya itu ke tempat semula. Ia menyeringai kecil atas 'kerja keras'-nya tadi.Sekali lagi ia mengedarkan pandangannya. Ia berhenti pada satu arah dan melotot melihat orang 'itu' yang akan mengalungkan lengannya pada pria di hadapannya sembari masih berciuman.
Amira mendekati mereka dan langsung saja menepuk bahu si pria yang bersama orang 'itu'.
Merasa kegiatannya di ganggu, si pria menoleh hendak mengumpat pada Amira, namun berhenti untuk melaksanakan niat awalnya setelah melihat sosok Amira. Pria itu menyeringai" ada apa manis?"tanyanya pada Amira
" hai! kurasa aku harus ijin dulu untuk mengganggu kalian"
" apa-"seruan si 'pria' yang berpotongan rambut side swept itu terpotong
Enggh
Orang 'itu' melenguh sambil menggaruk rambut coklatnya yang sepunggung. Amira melotot dan langsung memukul rahang si 'pria'. Pria berpotongan side swept-nya itu yang kemudian terhuyung kebelakang dan terjatuh ke lantai karena ulahnya.Pria itu terjatuh karena pukulan Amira yang cukup kuat dan juga karena keadaannya yang cukup mabuk.
" kau?!" seru si 'pria' yang terjatuh itu pada Amira setelah menyeka salah satu sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.Kejadian itu mengundang perhatian sekitar. Pria itu hendak bangkit dengan sedikit susah payah berniat untuk membalas perbuatan Amira. Terdengar beberapa orang yang berbisik-bisik di sekitar mereka. Tidak mau terlalu lama menjadi pusat perhatian, Amira langsung saja menarik gadis berambut coklat yang merupakan orang 'itu', sekaligus merupakan adik sepupu perempuan satu-satunya itu dengan tergesa-gesa. Dia adalah Dewi Ayuningrum.
Mereka berdua melewati kerumunan yang tadi melihat aksi Amira dan keluar dari ruangan itu, mengabaikan teriakan si pria. Kedua perempuan itu menelusuri selasar dan menuruni anak tangga guna mencapai lantai dasar.
Sepanjang perjalanan ke lantai dasar, Dewi terus saja memberontak dan meracau tidak jelas.
" lepas!"
" lepas mba Ami!"
" hahaha... ngapain mba Ami pulang hah?!!!"
" mau ngambil semuanya dari Dewi lagi?"
" mau ngambil perusahaan mba Ami lagi?"
" oh!" " mba Ami mau ngambil kasih sayang bunda sama ayah?"
" iyakan?"
" Dewi benerkan?"
" jawab!!!!"bentak Dewi sambil menyentak lengannya yang dicengkram oleh Amira dan akhirnya lengannya yang di cengkram itu terlepas. Tepat saat mereka sudah di luar gedung itu. Amira terpaku melihat orang yang sudah lama tidak dia lihat sedang berdiri di depannya bersama seseorang lainnya.
****
Vote and comment ditunggu😁😁😁Sebenarnya ini bukan cerita pertamaku di wattpad, cuman yah.. cerita inituh cerita pertama yang aku berani buat publish lama di sini
Bingung?
Nggak usah di pikir yang penting vote and comment buat cerita ini aja wkwk...Love you❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Amira's Game
Ngẫu nhiênSatya tidak menyangka, lima tahun dapat merubah sosok perempuan di depannya dengan sedemikian rupa. Tidak ada lagi gadis ingusan yang selalu mengapit lengannya, setiap dia didekati perempuain lain. Tidak bisa ia pungkiri, Satya sedikit terusik denga...