Subekti bersaudara

912 50 3
                                    

Ps: Ada yang ngeh tiga chapter sebelumnya ada nama Theo juga? Tokoh itu sama di chapter studio itu dua orang yang berbeda ya...

Juga, baru ngeh anak bang epan yang tadinya namanya Sarah aku ganti jadi alea.

Yaudahlah,...

*
Agus Hutagalung tidak dapat meneruskan keterdiamannya lebih lama lagi, saat melihat tuan muda dan pemilik hotel tempatnya bekerja lebih dari dua puluh tahun terus
mondar-mandir di belakang pintu dapur dalam restoran dalam hotel pria itu.

"Saya rasa anda lebih baik masuk kedalam ruang kerja anda dan menandatangi beberapa berkas di sana, tuan."

Orang yang dipanggil dengan sebutan tuan itu-Sammuel Subekti-berhenti dan menoleh padanya.

Sam mengibaskan tangannya, "Jangan konyol Agus! Pria yang duduk di restoran ku adalah Clement Pudlowski. Setiap kata yang muncul dalam ulasannya sangat penting untuk restoran ku. Kau ingat qui brille di Reims?"
Agus memberikan senyum kebapakan kepada tuan mudanya itu, "tentu saja tuan muda. Bukankah dua bulan lalu porche anda rusak ditabrak di depan restoran itu?"
Sam meringis saat mengingat kejadian yang membuatnya bertemu gadis cerewet asal Korea Selatan waktu itu- Kim Soo Jin dan kemudian mengangguk dengan gaya anggun membuat beberapa staff dapur perempuannya menghentikan pekerjaan mereka demi terpesona oleh sulung Subekti itu, sebelum chef pastry mereka menegur.
"Tim nya tidak segan-segan mengurangi bintang Michelin¹ mereka untuk restoran bintang tiga itu."

"Kalau begitu anda tidak perlu khawatir, tuan. Chef kita adalah keponakan langsung dari chef kepala di istana Èlysee. Dia mendapatkan pendidikan memasak yang sama dengan pamannya. Dan Chef Hendra Kusuma adalah salah satu chef yang telah beberapa kali menjadi juri kejuaraan di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Bukankah tidak diragukan lagi keahlian mereka dalam urusan dapur." Ucap Agus menenangkan.

"Kau benar Agus. Aku tidak membayar mahal mereka hanya untuk mengecewakanku."

"Bukankah aku bos yang baik dengan mempercayai pegawainya?"

Sekali lagi Agus Hutagalung tersenyum dan mengangguk perlahan
terhadap pria tiga puluh tiga tahun itu.

Sam bertepuk tangan sekali, "Ah... Clement akan menjadi kunci ku membangun Rendezvous² di kota mode itu." Monolognya dengan menggerakan kedua tangannya membentuk persegi yang berarti hotel baginya.

"Mari kita menuju ruanganku, Agus."

"Apakah anda tidak ingin menemui Clement Pudlowski ini?"

"Kurasa kedua chef-ku  dapat mengatasinya, Agus."

Mereka keluar dari area dapur dan memasuki lift. Di dalam lift terdapat petugas pemencet tombol lift dan menekan tombol bernomor 32.

"Bagaimana kabar bocah itu? Apa dia masih berbuat onar dan menangisi pacar nya?"

"Tuan muda Richard sedang berada di
sanggar tarinya."

"Seharusnya aku menutup sanggar itu
dari dulu, bukan?"

"Kurasa anda tidak akan membuat adik anda sendiri kabur ke New York lagi, tuan." Mereka keluar dari lift menuju area kerja petinggi hotel di bawah penthouse hotel itu.

Berdecak, "Dia sangat suka bermain-main denganku, bukan?"

Kedua pria itu memasuki ruang kerja Sammuel Subekti, "Kudengar tunggal Sasongko sudah di Jakarta,"

"Benar tuan muda."

"Kupikir adikku akan kembali berulah mendengar ini."

"Kurasa tidak. Mereka adalah teman baik sejak sekolah dasar." Mendengar itu Sammuel Subekti tertawa renyah.

Amira's GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang