pagi itu

1.5K 113 0
                                    

Amira teringat tentang Dewi dan mengirim pesan pada seseorang sebelum menaiki anak tangga menuju ke kamar lamanya.

***
Dengan nafas tersengal-sengal Amira mengakhiri lari paginya mengelilingi kompleks perumahan di sekitar rumahnya. Dia menaikan salah satu alisnya melihat mobil asing terparkir di depan rumahnya. Melihat bi Minah-salah satu asisten rumah tangga di rumahnya-yang sedang berada di teras rumah, membuat Amira menghampirinya.

"bude!" panggil Amira pada Bi Minah. Iya, Amira selalu memanggil sebutan bude pada setiap asisten rumah tangga di rumahnya. Ia selalu mengingat ucapan ibunya agar selalu menghargai setiap orang, jika ingin dihargai.

Bi Minah sedikit terkejut mendengar panggilan dari Ami. "Eh, iya non?"

"Itu mobil siapa ya bude?"

"Oh! i-ituuu..."

"Itu?"

Bi Minah sedikit salah tingkah dan dengan tatapan bertanya Ami

"Jemputannya non Dewi."

"Sekarang Bapak juga suruh orang buat antar jemput Dewi?"

"Bu-bukan Bapak, non."

Amira menunggu bi Minah, "den Satya. Ituuu... orang den Satya yang njemput non Dewi" Amira tertegun dengan jawaban bi Minah.

Ternyata kamu bener-bener sayang sama Dewi, kak. Batinnya

Dulu saat Satya masih berstatus tunangannya. Jangankan menyuruh orang untuk mengantar-jemputnya, berdekatan dengan Amira saja Satya enggan. Amira tidak bisa menahan hatinya untuk tidak iri terhadap Dewi.

'Kamu ngapain ikut-ikut kakak?!' bentak Satya kecil. Ami  kecil tersenyum malu-malu kemudian menunduk

'Ami ma-mau ikut main' sahut Amira kecil sambil mengulum-kulum ujung kaosnya

'Ini tuh kakak mau main sama cowok-cowok. Kamu tuh cewek jadi nggak usah ikut!' jawab Satya kecil kemudian berlari menuju teman-temannya, meninggalkan Amira yang seketika mendongak dan cemberut melihat kepergian Satya dan teman-temannya.

'Ck! Kakak mau kerja kelompok nggak usah ikut!'

'Kamu nggak bosen apa? Main kerumah kakak mulu?! Kakak lagi main ps sama temen kakak, nggak bisa nemenin kamu main, emang kamu nggak punya temen lain apa? tiap hari main ke rumah kakak?' ucap Satya remaja

'Kamu ngomong apa sama Widya?! emang kalo kamu tunangan kakak, berarti kakak suka sama kamu, hah!!' bentak Satya yang beranjak dewasa waktu itu

'Nggak usah nempel-nempel mulu, bisa?!'

Amira mengerjap-kerjapkan matanya berulang kali. Kilasan-kilasan masa lalu yang ada di benaknya sekejap menghilang dari pikirannya.

"Budeee..."

"Iyaa..."

"Nanti masak semur jengkol, ya, bude..?"

"Hah?"

"Nanti masak semur jengkol, sama dicampur tahu"

"He.. iya-iya" "biasanya non Ami nggak mau kal-"

"Ami nggak bakal berhenti suka sama jengkol  gara-gara cowok lagi bude" sahut Amira yakin. Melihat itu, bi Minah tersenyum senang dan mengangguk-anggukkan kepalanya semangat.

Amira menuju ke dapur untuk mengambil apel Malang kesukaannya.

=========

Amira sedang menguyah apel Malang keduanya pagi ini sambil melihat pemandangan tidak elit di depannya. Perempuan itu punya kebiasaan makan buah terlebih dahulu sebelum makan. Ia kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran single sofa di kamar Dewi, dan menyilangkan kedua kakinya dan menumpuknya, setelah melihat jam di pergelangan tangan kanannya.

"mungkin tiga menit lagi"

"ah, aku bahkan belum mandi setelah
lari tadi pagi"

  Ia melemparkan sisa apelnya ke tempat sampah yang berada didekat ranjang king-size milik Dewi yang berjarak tidak kurang dari tiga meter tanpa kegagalan dan kemudian beranjak pergi menuju  kamar mandi di dalam kamar itu. Beberapa saat kemudian,

Engggh

"bi! ih, nanti dulu napa! Dewi masih ngantuk nih"protes Dewi karena mengira art rumah mereka yang mengusik mimpi indahnya.

"bunda masih di Thailand ah bi, Dewi mau bangun siangan"

"bibi mau saya pecat yah!"teriak Dewi kesal yang kesadarannya telah terpaksa hadir berkat cipratan air dari Amira. Dewi berusaha mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya matahari yang masuk melalui jendela yang gordyn-nya telah dibuka. Dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah, kakak sepupunya yang sedang
memegang gelas berisi air yang ia pastikan bahwa air itulah yang digunakan untuk menciprat wajahnya.

Dewi melotot "mba Ami?" Dewi menggeleng-gelengkan kepala untuk menyadarkan dirinya berharap pemandangan di depannya adalah ilusi semata.

Amira hanya menaikkan salah satu alisnya."Kamu mau mecat, mbak?"

Sadar akan pertanyaan menyebalkan yang terlontarkan dari mulut Ami, Dewi merasa harapannya sirna begitu saja "emang bisa?" balas Dewi sewot

"enggak bisa sih." Amira menganggukkan kepalanya, "mandi, sarapan..., abis itu siap-siap kuliah" " ck! beberapa dosen bilang kamu harus mengulang matkul mereka, karena kamu banyak absen semester kemaren. Tapi kalau kamu nggak mau ya terserah, paling dapet julukan mapala, atau mahasiswa tua, mungkin?"

"Ngapain, balik?!"

"Kamu udah dijemput di bawah, nggak usah molor mulu!" Perintah Ami tanda menggubris pertanyaan sarkas Dewi sebelum meninggalkan kamar Dewi sambil masih membawa gelas di tangannya.  Dewi mendengus sebal. Dia, mau tidak mau mengikuti saran kakak sepupunya daripada terkena masalah nanti. Ia sedikit terhuyung saat bangkit karena sedikit pusing akibat efek alkohol yang di minumnya tafi malam. Dia melihat kearah nakas yang terdapat sepiring nasi dengan lauk cumi asam manis dan ayam goreng kesukaannya. Di sampingnya terdapat minuman teh lemon dan air putih hangat.

Dewi menghela nafas pelan.

****
Hohoho...

Gimana? Ada nggak yang baca ini cerita?

Bayak typo, dan penulisan masih berantakan ini cerita.

Tapi tetep...

Vote&comment ditunggu

Love you❤❤

Amira's GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang