Sasetya dwi sudjatmiko. Pria tinggi tegap berbalut setelan jas licin itu menggeram dengan rahang yang mengeras, sehingga semakin memperjelas rahang tegasnya, setelah mendapatkan informasi dan melihat beberapa foto yang ia dapatkan dari salah satu informannya. Buku jarinya sampai memutih karena tangannya terlalu erat mencengkram ponsel di tangannya. Segera setelah ia menutup ponsel serta menaruhnya kembali di kantung jas berwanya biru navy-nya, Satya segera mengendurkan dasinya yang serasa mencekik lehernya itu dan melepaskan dua kancing kemeja teratasnya yang sudah tidak serapi tadi pagi.
Ia terlihat terburu-buru membereskan meja wakil dirut-nya yang berantakan itu dan kemudian berjalan tergesa-gesa untuk meninggalkan kantor.
Saat ia melewati meja sekretarisnya, Adam yudistira -sahabat sekaligus sekretarisnya- yang kebetulan juga belum pulang dari kantor mengangkat salah satu alisnya, karena melihat kelakuan bosnya itu. Merasa ada yang aneh, Adam mengikuti langkah bosnya itu sambil terus mencoba mengambil atensi atasannya itu.
" bos?" " kemana?"
" eh, bos?!"
" woy! Sat?!!"
Adam berdecak kesal sembari masih mengikuti langkah bosnya yang lebih mirip dengan lari kecil itu. Dia menggerutu karena panggilannya sama sekali tidak digubris oleh Satya.
Mereka turun melalui lift menuju ke lantai dasar. Selama perjalanan menurun di lift, Satya masih terdiam selama beberapa detik. Tapi, wajahnya yang menegang sudah memberi informasi yang cukup untuk
Adam." apa lagi yang dilakuin bocah ingusan itu?"tanya Adam malas
" apa maksudmu?"balas Satya setelah beberapa detik terjadi keheningan di antara keduanya
Adam mencibir kesal" lo cukup cerdas untuk mengetahui
maksud dari pertanyaan implisit-ku, Sat."" bukan urusanmu!"
" jadi urusanku karena bocah itu, lo nyakitin adik kecilku, lo tau?!"
Satya menghela nafasnya pelan.
Mengerti siapa yang dibicarakan, Satya merubah ekspresinya menjadi malas, sebelum sesaat kemudian menyeringai," sejak kapan lo punya adik perempuan, Dam?"" nyoba mengalihkan perhatian,eh?"lalu sesaat kemudian
"bukan urusanmu!"
Satya mendengus lalu menggelengkan kepalanya pelan, kemudian ia mencoba memejamkan kedua bola matanya, berusaha untuk meredam kekesalannya.
ting!
Pintu lift terbuka di lantai dasar. Segera mereka keluar dari gedung itu untuk memasuki area parkir pegawai. Satya membuka pintu kemudi mobil bmw i8 miliknya dan segera masuk menuju mesin beroda empat tersebut.
Saat ia telah menutup pintu kemudi, Satya berdecak sebal mengetahui ada penghuni lain di kursi penumpang di sebelahnya.
" ngapain ikut naik?"
" motormu kemana emang?"
Sementara si 'penghuni lain' yang tidak lain dan tidak bukan adalah Adam hanya menampilkan cengiran lebarnya.
" numpang ya, Sat?"
" si Gita seminggu ini tiap malem malak minta dinikahin mulu... kan horor!!!"
Satya sontak menyemburkan tawanya
setelah mendengarkan sesi curhatan dadakan dari sahabat sekaligus bawahannya itu. Ia kemudian menyalakan mesinnya dan mulai melajukan mobilnya itu. Mendengar reaksi temannya itu, Adam memberengut kesal.Masih dengan kekehan Satya menjawab" tinggal nikahin aja tuh anak!"
" nggak tau aja lo ibunya cem garong gitu, serem Sat!!!"
" lah kan, yang lo nikahin anaknya bukan ibunya"sahut Satya sambil memutar stir mobilnya ke arah kiri
" nikah nggak sesederhana itu Sat, aku maunya ini pertama dan terakhir di hidupku. Perlu kesiapan mental dan fisik. Nikah nggak cuman tentang komitmen untuk bersama dan..."ucap Adam sengaja menggantung
" lah?, nunggu apa lagi?, lo
mapan, usia sudah matang, tampan...yah walaupun lebih tampanan gue kemana-mana"ujar Satya yang sambil memutar setirnya ke arah kiri lagiAdam mendengus mendengar kalimat terakhir sahabatnya itu. Ia sudah tau ini! Meskipun Satya memujinya sekalipun, pada akhirnya Satya tetap menomor satukan memuji dirinya sendiri.
Ah, Satya dan tingkat kepercayaan dirinya yang melebihi burj khalifa sekalipun!
" kecuali lo masih sanksi apa Gita ini benar-benar yang jadi pemenang dihati lo atau cuman jadi bayang-bayang Miranda"lanjut Satya dengan serius, ia bahkan sampai menoleh ke arah temannya itu untuk menyampaikan apa yang dipikirkannya. Mobil mereka sedang berhenti sejenak di lampu merah. Adam tertegun beberapa saat mendengar ucapan Satya
" Gita perempuan baik-baik Dam"" yah.. meski kadang-kadang pas lagi pms galaknya lebih nyeremin dari beruang kutub"lanjut Satya sambil menghela nafas
" gue tau, tapi nggak kadang-kadang pas galaknya sih"
" lebih sering galaknya yah?"
Adam merasakan wajahnya menghangat saat memikirkan pelototan dan wajah cemberut kekasihnya itu," jangan lupa sifatnya yang pemaksa"sambung Adam dengan kekehannya sebelum ia akhirnya ia menghela napas pelan.
" i don't know... hanya saja.... gue masih ngerasa belum siap"
Terjadi keheningan cukup lama hingga akhirnya mobil bmw i8 milik Satya itu berhenti di depan sebuah bangunan dengan empat lantai di sebelahnya. Satya terlebih dahulu memarkirkan mobilnya itu di tempat parkir gendung yang tersedia. Satya dan Adam keluar bersamaan dari mesin beroda empat itu.
Saat akhirnya mereka sampai beberapa meter di depan gedung berlantai empat itu. Satya tertegun melihat perempuan berpotongan rambut bob di depannya yang sedang keluar dari gedung itu, sembari sambil mencengkram lengan perempuan lain berambut coklat sepunggung di belakangnya yang menjadi biang kemarahannya beberapa saat yang lalu.
Terlihat perempuan berambut coklat itu berusaha melepaskan cengkraman di lengannya oleh si perempuan berambut bob di sebelahnya.
" lepas!"
" lepas mba Ami!"
" hahaha... ngapain mba Ami pulang hah?!!!"
" mau ngambil semuanya dari Dewi lagi?"
" mau ngambil perusahaan mba Ami lagi?"
" oh!" " mba Ami mau ngambil kasih sayang bunda sama ayah?"
" iyakan?"
" Dewi benerkan?"
" jawab!!!!"bentak perempuan berambut coklat yang tidak lain merupakan Dewi - si pelaku yang membuat Satya marah beberapa saat lalu- sambil menyentak lengannya yang dicengkram oleh Amira - si rabut bob- dan akhirnya lengan Dewi yang di cengkram oleh Amira itu terlepas. Tepat saat setelah itu bola mata Amira menatap kedua bola mata Satya.
Mereka berpandangan cukup lama. Sejak saat itu, Satya merasa semesta sedang mempermainkannya.***
Hohoho....Gimana? Udah mulai bisa menebak jalan ceritanya?
Awas! typo bertebaran!!!!
Vote and comment masih di tunggu
Love you❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Amira's Game
RandomSatya tidak menyangka, lima tahun dapat merubah sosok perempuan di depannya dengan sedemikian rupa. Tidak ada lagi gadis ingusan yang selalu mengapit lengannya, setiap dia didekati perempuain lain. Tidak bisa ia pungkiri, Satya sedikit terusik denga...