Buk!
Sebuah tas melayang melewati dinding sekaligus pagar pembatas luar dari SMA Bakti Husada. Yudha Pamungkas. Pria pemilik tas tersebut baru saja hendak melompat guna menaiki dinding itu, sebelum sebuah suara halus yang baginya menjengkelkan menginterupsi.
"Mau kemana?"
Yudha menoleh kesumber suara, "bukan urusan lo!" Bentaknya jengkel. Gadis yang dibentak itu melipat ke dua tangan di depan dadanya.
"Jadi urusan aku karena kamu ditugasin buat menjaga aku selama di sekolah"
Yudha memutar bola matanya, ia hendak meneruskan niatannya,
"Iiih.. jangan bolos kenapa?!!!" Protes gadis itu sambil menghentakkan kakinya kesal karena ucapannya tidak digubris cowo itu."Aku bilangin papah, loh.."
"lo nggak liat tadi tas gue udah di luar?"
"Yaelah... aku tau kok, itu tas palingan isinya pulpen satu sama buku tulis satu. Itupun nggak ada isinya, kan?" Yudha memberikan lirikan tajam pada gadis itu- Dara.
"Apa? Iya, kan? Oh... apa gambar pistol-pistolan di lembaran terakhir itu harus dihitung?"
Sial!
Apa ini cewek stalker gue?!! "lo-" ucapnya kehabisan kata. Dari arah berlawanan terlihat seorang siswa sedang berlari terburu-buru menuju kearah mereka sambil sesekali menengok kebelakang.
"Heh! Yud..Yud.. kabur woy!! Bu Ana sama Pak Tono lagi sidak. Ah, sial!! Gue ketauan lagi," ucap siswa itu sebelum ikut melemparkan tas-nya melewati dinding pembatas itu. Saat hendak melompati dinding siswa it-Matheo- menoleh kearah Yudha. Ia berdecak. "Heh!! Lo mau kabur, kan? Ayo cepetan!!!"
"Kalo mau kabur, kabur aja sendiri. Jangan ajak-ajak Yudha yah!!" Seloroh Dara. Theo baru saja menyadari keberadaan Dara hendak menimpali sebelum sebuah suara menginterupsi,
"Kalian udah ngobrolnya? Atau kalo belum... kalian bisa lanjutkan di ruang ibu, kok" ucap seorang wanita berusia akhir dua puluhan sambil tersenyum bengis.
Menelan ludah, "mampus!!" Bisiik Theo rendah.
***
"Jadi-"
Yudha menoleh ke samping setelah mendengar pernyataan yang terdengar seperti pertanyaan itu. Mereka sedang mencabuti rumput di pelataran depan gedung utama SMA Bakti Husada.
"Apa?" Jawabnya pada Matheo.
"Gimana lo bisa sama Dara?" Tanyanya antusias, "harus, gue jawab?"
Matheo semakin mendekati Yudha dengan masih berjongkok "Gausah sok misterius gitu, Yud! Jawab aja! Lo ada hubungan apa sama
dia?" Tanyanya yang semakin lirih karena melihat Pak Tono mulai mendekati mereka. Matheo otomatis berpura-pura mencabuti rumput dengan semangat empat lima."Kalian sudah selesai? Kalo sudah, kalian bisa buang rumputnya dengan pengki di dekat gudang dan membuangnya di tempat sampah organik. Setelah itu, kalian lanjut bersih-bersih gedung olahraga dengan yang lainnya!" Ucap Pak Tono-guru BK mereka.
"Yaelah, pak! Gedung olahraga banget ini? Bapak nggak liat baju saya udah basah banget gini?" Protes Theo dan memperlihatkan baju nya yang basah kuyup karena karena keringat.
"Saya udah kaya mandi gini," cetusnya lagi. Pak Tono hanya mengangkat salah satu alisnya dan bersedekap dada.
"Saya rasa hukuman ini bahkan terlalu ringan buat kamu yang sudah mengintip siswi putri yang berganti baju olahraga!" terang Pak Tono keras Mendengar itu Yudha melotot dan memandang Theo dengan tidak percaya. Masalahnya terakhir kali teman slebornya dihukum karena mengintip adik kelas sedang senam lantai. Sedangkan Theo gelagapan, karena aib-nya sedang diumumkan dengan terang-terang di depan umum.
"Aduuuh....Bapak bikin reputasi saya jatuh aja."
Terdengar koor dari siswa-siswi lainnya yang sefang dihukum juga.
"Halah! Reputasi apaan? Julukan Si Bolor tukang intip lo bilang reputasi?!" Sanggah Rio-teman sekelas
Theo sambil membawa pengki menuju mereka dan Yudha memindahkan tumpukan rumput hasil cabutannya ke atas pengki itu. Theo hendak protes sebelum,"ini pak, tas Yudha dan Theo" sergah Dara dibalas senyuman semanis madu oleh Pak Tono. Theo memutar bola matanya melihat itu,
"Kamu Theo! Yang sopan sama orang tua! Saya ini guru kamu!"
"Kamu Dara, silahkan pergi ke kelas kamu sekarang"
"Sama siswi aja ngomongnya dimanisin gitu," bisik Theo sekali lagi pada Yudha setelah mendekatinya menuju selokan kecil di dekat pos satpam. Yudha merasa risih dengan kelakuan Theo yang selalu menempelinya.
"Lo bisa sanaan dikit?! Gausah nempel-nempel gitu, lah!!" Theo memberengut sebal dan memberi jarak antara dirinya dan Yudha. Ia mengalihkan atensinya sekali lagi pada gurunya itu,
"Saya di sini aja nggak papa pak! Kan saya berkeliaran pas jam pelajaran."
Theo hendak menempel dan berbisik pada Yudha, namun berhenti setelah melihat muka sangar temannya itu, "terniat emang tuh cewek! Lo gercep juga, Yud! Ck. Tangkepan besar lo kali ini." Mau tidak mau Yudha pun menegok kearah guru dan cewe rese itu. Dia menghela napas lelah dan merogoh kantung celana nya itu. Yudha sekali lagi melihat status wa seseorang dan menghentikannya dengan jari nya guna memandang lama wajah seseorang yang sudah lama tidak dilihatnya. Sesuatu menjalar hangat di dadanya melihat senyum itu lagi.
"Sepertinya, aku tidak bisa lebih cepat melihatmu, kak"
***
Hohoho....
Part ini banyakan dialog daripada narasinya keknya..
Ada yang baca cerita ini, kah?
Vote
Comment
Recomend
Thank you❤❤❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Amira's Game
RandomSatya tidak menyangka, lima tahun dapat merubah sosok perempuan di depannya dengan sedemikian rupa. Tidak ada lagi gadis ingusan yang selalu mengapit lengannya, setiap dia didekati perempuain lain. Tidak bisa ia pungkiri, Satya sedikit terusik denga...