studio

1.4K 104 2
                                    

Seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan kaos putih oblong dan bawahan berupa celana jeans selutut terlihat mendumal berulang kali sambil membawa clutch berwarna pink di tangan kanannya menuju sebuah kafe. Ia semakin kesal karena melihat para pengunjung kafe mengalihkan atensi padanya.

Pria dengan clutch pink di dalam kafe di siang hari?
Perpaduan yang sungguh menarik!

Pria itu tampak menghampiri barista pria berating salib terbalik di telinga kirinya yang sedang mengelap gelas minuman di tangannya.

"Ah! Bapak polisi viral kita.." sapa si bartender yang lebih kepada ejekan pada pria dengan clutch pink itu. Pria yang ternyata polisi itu mendengus sebal.

"Dia sudah datang, Theo?"

Si bartender yang bernama Theo itu menyeringai lebar, "lantai dua sayap Barat. Studio foto."

"Ck! Dia jadi tambah seksi setelah pulang, bang." Lanjut Theo dengan mata berbinar,

"Apa dia menjadi malaikat maut sekarang?"

"Gue harap Yudha tidak kabur dari sekolah, karena mendengar kabar dia sudah pulang."

"Bang Evan tau sendiri bocah itu seperti apa, kan?" Jawab Theo sebal karena merasa Yudha adalah sainganya dalam hal merebut cinta perempuan itu. Meskipun, ia merasa sedikit ragu apakah ia benar-benar mencintai wanita itu atau hanya sekedar rasa kagum semata. Tapi, namanya juga ego lelaki. Di singgung dikit bakal berabe.

"Lo masih saingan ama dia?"

"A terlalu berharga buat jadi pasangan bocah ingusan itu."

Evan mengabaikannya dengan masih menggenggam clutch dan hendak menaiki anak tangga, namun berhenti
pada anak tangga pertama,

"Lo selingkuh, bang?" Evan berbalik dan melotot

"Lo mau gue pukul, hah?!!!" Theo semakin tertawa geli sambil melihat  clutch itu. Evan mengikuti arah pandang Theo.

"Sialan A!, awas aja nanti!!"

Evan mengikuti petunjuk Theo dengan menuju lantai dua sayap barat grdung itu yang merupakan sebuah restoran merangkap studio pribadi itu.

Evan memutar kenop pintu berbentuk coklat dan membukanya. Ia memasuki ruang studio ukuran sedang itu yang bernuansa etnik dan menemukan berbagai gambar-gambar foto yang diperbesar dan dipajang di beberapa tempat dengan berbagai ukuran frame foto. Beberapa bagian dinding ditempel wallpaper bermotif batik dan terdapat beberapa keramik berwarna coklat kayu di beberapa sudut, terdapat pula hiasan dinding seperti patung kepala kerbau yang diawetkan di sebelah salah satu muka dinding kaca dengan ukiran di salah satu sudut berupa gambar bunda maria yang sedang menggendong yesus. Ia masih menelusuri ruangan itu, sampai masuk ke dalam ruangan yang terdapat dua komputer dan sebuah printer di meja, kamera berbagai ukuran yang digantung di beberapa dahan dari pajangan pohon yang diplistur, ada pula yang diletakkan di laci kecil, lampu kamera di rak sebelahnya dan beberapa alat lainnya yang disimpan di kabinet-kabinet yang menempel di dinding.

Kosong?. Batinnya. Lalu, ia melihat piring kecil yang di atasnya terdapat sepotong cheese cake yang baru dimakan separuh, dan segelas milkshake pisang yang masih utuh. Ia menyeringai penuh arti.

========

Seorang perempuan baru saja keluar dari toilet dan berjalan memasuki ruangan dimana dia tadi menunggu seseorang. Ia duduk di salah satu sofa dan merogoh saku celananya guna mengecek email yang masuk di dalam ponselnya kemudian menumpukan dua kakinya.
Terlihat bayangan yang bergerak dengan cepat dan tanpa suara

Tanpa mendongak,

"Gue nggak tau gaji polisi se miris itu ampe mau nyergap orang cuman modal sendok, bang Evan" gumam Ami. Wanita yang sedari tadi memegang ponsel itu, sedetik sebelum pundaknya diapit oleh tangan kekar dan sebuah sendok menempel di lehernya

Amira's GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang