17

745 45 1
                                    

  "love at the first sight. Aku rasa ucapanku drama atau pun creepy banget. But, D. Kamu adalah wanita pertama yang membuat aku berpikir untuk memperjuangkannya. Wanita pertama yang nolak aku dengan ngomong 'aku nggak suka pria bodoh.' yang nyadarin aku akan perasaan tersembunyi aku pada sahabat dan istri aku dulu, Theresa Liu. Kamu juga jadi wanita pertama yang nampar aku dan nyadarin akan kebrengsekan aku setelah meninggalnya Theresa," ucap Brian Yunus Cahyadi di balik mikropon di genggaman tangannya.

"Tolong jangan cemburu karena aku menyebut nama wanita lain. Kamu tau aku cinta kamu, kan?" Diana terlihat memutar bola matanya kesal dan terdengar suara menggoda dari banyak pihak.

"Tapi, D. Aku bersyukur akan bertemu dengan kamu. Penolakan kamu, tamparan kamu, pelukan kamu di bawah Eiffèl waktu itu. Aku juga bersyukur akan keluarga kecil kita. Aku tau kamu bukan yang pertama. Tapi, aku berharap kamu yang terakhir menemani hidup aku dan anak kita. Terima kasih buat memilih berada di sisi aku." Kali ini Diana terlihat menyeka air mata bahagianya setelah mendengar kalimat manis itu dan memeluk suaminya diiringi tepuk tangan para tamu undangan di salah satu hotel bintang lima itu.

"Kamu gombal banget." Ucap Diana sambil memukul pelan bahu suaminya.

"I love you too ibu dari anakku."

"Aku bingung sebenarnya Dad sedang menggoda Mommy atau mengajaknya bertengkar, you know, Bi?"
Amira mengangkat salah satu alisnya setelah terkekeh oleh pertanyaan yang terlontar dari mulut kecil di depannya.
"Aku sebenarnya tidak boleh makan banyak makanan manis oleh Mommy. Tapi, uncle Adit says that menjadi anak nakal sesekali adalah hal yang wajar."

"Dan kamu percaya itu."

"Nope. I just believe in the family, God and Ratna of course. Dan beberapa employee aku."

"Aku rasa kamu berbicara tidak sesuai dengan umur kamu. Siapa mengajari kamu kata employee itu?"

"Tidak ada. Aku hanya meniru ucapan ayahku."

"Tentu saja."

"Dan bukankah Adit adalah pamanmu juga?"

"Darimana bibi tau? Apa bibi teman Uncle Ad?"

"Iya."

"Bisakah kau ambilkan cupcake strawberry-nya satu. Tanganku tidak sampai."

"Kamu harus tumbuh lebih besar lagi baru boleh menyebut kata karyawanmu sekali lagi." Ucap Amira setelah memberikan kue mangkuk berwarna merah jambu pada Sadewo.

"Baiklah, Bi. Terima kasih untuk bantuannya. Ngomong-ngomong nama bibi siapa tadi?"

"Dewo?"

"Ratna! You find me!" Girang Dewo sambil memeluk kaki Ratna erat sebelum mengerucutkan bibirnya lucu saat Ratna menasehatinya untuk tidak bermain-main lagi saat terdapat banyak orang asing di sekitarnya.

"Terima kasih, Mba, untuk menjaga Dewo" ucap Ratna pada Amira yang dibalas anggukan pelan Amira padanya

Amira memandang Ratna yang terlihat membawa Dewo menuju orang tuanya.

"Ami? Kamu Amira Sri Sasongko, kan?" Suara panggilan itu membuat Amira memutar tubuhnya perlahan.

Ah, ia ingat perempuan itu. Riana Pamulih. Anak dari bapak Sigit Pamulih. Pemilik perusahaan batu bara terbesar ke dua di Indonesia sekaligus salah satu penguasa sektor kelapa sawit negeri ini. Juga merupakan salah satu perempuan yang menjadi finalis Asian Next Top Model yang 'sayangnya' merupakan tunangan resmi Liam Wong-sepupu se-ayah Brian Yunus Cahyadi. Dan parahnya lagi ia sedang bersama mantan tunangan anggota DPR yang juga salah satu model dalam peragaan
busana rancangan Diana-Paramitha Noer Rasjid. Meskipun Amira tidak mempermasalahkan beberapa anggota geng okb lainnya yangtidak terlihat lebih menonjol dari perempuan yang terlihat lebih muda darinya itu.

"Oh? Benar, aku kira salah orang..., kupikir kamu nggak bakal dateng. I mean aku denger Philipine lagi hectic, kendala perizinan, kan, yak?"     
Pertanyaan bernada ringan dan senyum hangat dengan tujuan terselubung perempuan di depannya mengingatkan Amira akan sebutan Michelle Landon pada perempuan ini.

'Medusa okb'

Gestur perempuan di depannya yang mengangsurkan gelas dengan minuman berwarna bening dengan tangan kanannya dimana jari manisnya yang tersematkan cincin berlian edisi khusus dari merek perhiasan yang sama yang tengah ia gunakan di lehernya di jari manis perempuan itu, membuat Amira ingin memutar bola matanya jengah.

Dan meskipun begitu, ia harus tetap menjalankan mannered point yang diajarkan padanya semenjak masih duduk di bangku taman kanak-kanak dengan menerima se-gelas kecil memanjang sparkling wine yang diangsurkan di depannya.

Seketika rasa yang meledak-ledak dari minuman dengan istilah 'red goes with red and white goes with white' menyambangi lidahnya setelah sesapan pertama yang Amira lakukan.

"Aku ada temen di sana, mbak. Mau aku kasih contactnya?" Tawar Larisa Warsono yang merupakan putri bungsu pemilik salah satu startup dalam negeri yang digadang-gadang bakal jadi salah satu 'unicorn' itu menimpali.

"Leah Rivera, Sa?" Pertanyaan bernada pernyataan kembali terlontar dari mulut Renita Lawrence yang merupakan anak dari pemilik salah satu gerai makanan fastfood dalam negeri yang sedang booming yang juga mewakili ayahnya menghadiri acara tersebut sebagai investor terbesar ke tiga dalam anak  perusahaan Brian yang berjalan di Indonesia- mewakili cerita terpendam pertemanan Larisa dengan anak tunggal menteri perdagangannegara tetangga itu.

"Siapa lagi, ya, kan?" Tambah Paramitha mencoba memantik sumbu pertengakaran yang menurut Amira sangat tidak penting itu.

"Sepertinya, kalian terdengar lebih mengenal perusahaanku." Ucap perempuan berambut bob itu dengan senyuman miring khasnya saat merasa mulai jengah berada di tengah-tengah manusia pecinta pencitraan itu.

"Hi, sweety!"

Sebuah panggilan singkat nyatanya dapat memutus semua aura mencekam di salah satu tempat dekat dessert table-itu.

****

  Syukur banget, tiba-tiba dapet pencerahaan buat ide cerita, ye, kan?

Aku seneng, deh, pembacanya tambah.

Sorry for typo.

Vote?

Comment?

Recommend?

Love you❤❤❤

Amira's GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang