Pertama, terima kasih banyak untuk pembaca yang udah menyempatkam waktu untuk membaca ini cerita, kasih vote dan komen.
Author merasa bahagia karena kalian.
😁😁
Warning!!
Banyak flashback nya..
Ati-ati jangan sampai pusing dan mabok...Eh, mau kasih visual, kah? Selain tokoh utama tentu saja. Karena dapat bikin distract kalian atau justru bikin kecewa.
Ada adegan yang tidak pantas buat anak di bawah umur. Jadi jika kalian salah satunya. Tolong diskip saja.
Happy reading..😊
**
Dua bulan yang lalu...
"See? Kamu naik berapa kilo, sih, De? Baju gue sampe nggak muat gini? Hadduuhhh... Nana tolong ambilin gunting! Gue benerin ukurannya dulu, baru lanjut pemotretan."
Ucap Sally selaku salah satu desaigner pakaian lokal untuk gaun yang sedang Dewi kenakan dengan wajah kesal karena tidak berhasil kesekian kalinya menutup resleting gaun rancangannya."Gue udah diet kok.." bela Dewi. Dia melihat ke arah bawah sekilas.
"Lo bilang diet?" Sally mengucapkannya dengan nada remeh, membuat Dewi merasa tidak nyaman. Dia menggerak-gerakan wajahnya beberapa kali. Dia sudah mencoba beberapa jenis diet yang belum pernah dicobanya
"Ini ukuran yang sama dengan baju gue yang dipake lo sebulan lalu, loh."
Ekspresi muka tidak enak Dewi membuat Zacq yang sedang menemai Dewi pada pemotretan temannya kali itu menjadi kesal, dia ingin memukul mulut desaigner itu dengan tangannya sendiri. "Nggak ada masalah di tubuh Dewi, yak! Baju lo aja yang kurang manusiawi!" Serunya kesal dan mendapat tatapan peringatan dari Dewi. Sally menatap kesal Zack sembari mencoba membenarkan jahitan dipinggiran baju Dewi.
"Siapa dia, sih, wi? Temen lo? Tau apa dia soal baju?" Ujar Desaigner itu ketus.
"Ngapain juga dia kesini?"
Zacq mendegus kesal, dia hendak menjawab namun gelengan Dewi beberapa kali menghentikannya.
Selang beberapa menit, akhirnya pakaian itu pun jadi dan Dewi menghembuskan nafasnya sebelum tersenyum di atas kamera yang mulai menyorotnya.
"Oke, kamu bisa duduk di kursi itu." Petunjuk dari salah satu fotografer padanya.
Beberapa jepretan sudah didapatkan dan pekerjaan Dewi akhirnya selesai siang itu. Dia masuk ke dalam mobil bersama Zack.
"Hadduuuh.. ngapain, sih, lo ikut-ikutan Zacq?"
"Lagian tu Desaigner mulutnya minta gue tampol! Orang bajunya aja yang kekecilan! Nggak ada yang salah dengan tubuh elo." Ujar Zacq kesal.
Dewi terlihat tersenyum lemah, getaran-getaran notifikasi di ponselnya membuatnya mengambil benda menyala tersebut. Senyum lemah itu terlihat menghilang setelah membaca artikel tentang membandingkannya dengan salah satu nama perempuan yang ia kenal betul, tangannya yang lain mulai meraba-raba isi tasnya. Saat mengetahui benda yang biasa dibawanya tidak ada, wajahnya terlihat gusar.
"Stop, Zacq!" Teriakan Dewi sedikit mengagetkan Zacquelin. Ia mengerem mobil yang sedang dikendarainya secara mendadak. Tubuh mereka berdua sampai maju beberapa senti.
"Paan? Elah.. bikin kaget aja."
"Obat gue."
"Hah?"
"Obat gue ketinggalan!"
"Ya elah.. vitamin yang biasa itu? Beli di apotek banyak."
"Lagian udah agak jauh ini."
Klakson terdengar dibelakang meraka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amira's Game
RandomSatya tidak menyangka, lima tahun dapat merubah sosok perempuan di depannya dengan sedemikian rupa. Tidak ada lagi gadis ingusan yang selalu mengapit lengannya, setiap dia didekati perempuain lain. Tidak bisa ia pungkiri, Satya sedikit terusik denga...