Prolog

1K 34 0
                                    

"Nyari keringet ayok, mumpung lagi free class," ajak Yogi sembari tangannya merangkul pundak Raffa yang hanya terdiam.

"Ogah ah, panas," jawab Raffa, tangannya lalu menyingkirkan tangan Yogi yang berada di pundaknya.

"Idih, lemah. Takut kok ama panas, ayok gerak." Yogi kembali memaksa, bahkan sekarang tangannya sudah menarik tangan Raffa.

"Gi, elah. Kebiasaan suka narik-narik! Ribet lo, ah!"

"Weiish, Mabro Raffa! Sini-sini kita basah-basahan," teriak Ari saat melihat Raffa yang berdiri tidak jauh darinya.

Raffa menatap malas, sekarang dirinya sudah berada di lapangan sekolah, matanya menatap Ari yang kini berteriak heboh, memalukan.

"Kelamaan. Ayok jalan!" Yogi kembali menarik tangan Raffa, membawanya ke tengah lapangan, menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu.

"Raff, nih!" teriak Daniel, tangannya lalu melemparkan bola basket ke arah Raffa, namun bukannya di tangkap, Raffa malah menghindarinya.

"Idih, kenapa lo? Letoy amat," ledek Ari saat melihat Raffa yang hanya terdiam.

"Udah gue bilang, gue lagi nggak mood. Puyeng pala gue."

"Nggak mood sama puyeng beda ya, tulul."

"Berisik lo, Gi." Enggak tahu apa, gue lagi nggak ada semangat.

"Raff.. Raff.. Lihat noh, usaha terus ya si Alden," ujar Daniel dengan tangannya menunjuk ke arah Alden yang kini sedang mencoba mendekati Ayara.

Raffa menoleh, tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang, dia bisa melihat Alden yang sedang mengikuti Ayara, mencoba mengajak Ayara berbicara, namun di balas dengan tatapan risih oleh Ayara. Sudah beberapa hari ini, dia melihat Alden yang sepertinya semakin jadi untuk mendekati Ayara, dan itu sangat menyebalkan baginya.

"Ya, terus? Apa hubungannya sama gue?"

"Ayara!" panggil Ari dengan kencang, sehingga membuat Ayara menoleh.

Raffa menoleh, menatap Ari tidak percaya, "Ngapain lo?" tanyanya sinis, sekaligus panik.

"Gue cuman penasaran, kenapa temen gue ini selalu menghindar dari Ayara," ujar Ari tersenyum, lalu dengan cepat berlari ke arah Ayara, menghampirinya.

"Eh, lo macem-macem gue bunuh, Ri!" desis Raffa saat menatap Ari yang mulai beranjak, "satu langkah lagi lo jalan, lo mati!" bentaknya lagi, "WOI DENGAR GUE NGGAK?!"

Terlambat, Ari sudah terlanjur berlari dan hampir sampai di hadapan Ayara.

"Tolol, otaknya dimana sih?" desis Raffa tanpa sadar, matanya kini menatap Ari yang sedang berbincang dengan Ayara.

"Kenapa sih lo? Berlebihan banget," tanya Fathur di sampingnya.

Raffa mendelik sewot, Berlebihan? Pala lo berlebihan! Gue mati-matian ngehindar, temen gue malah ngacau. Setan emang!

"Katanya nggak ada rasa. Santai kali," ledek Yogi.

"Berisik," ketus Raffa.

"Eh ke sini noh," Daniel kembali berbicara.

Raffa hanya terdiam, matanya menatap Ayara yang kini berjalan bersama Ari, mendekat ke arahnya.

"Ka Raffa mau ngomong sama aku?" Ayara bertanya saat sudah sampai di hadapan Raffa, tidak lupa senyumannya terpampang di wajahnya.

Raffa tidak merespon, matanya kini melirik Ari yang hanya tersenyum tanpa dosa, menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Kak?" panggil Ayara lagi, karena tidak mendapat respon.

"Ngomong dong, Raff. Gue udah berusaha kerasa menyingkirkan Alden dan membawa Ayara ke hadapan lo, katanya mau ngomong hal penting," jelas Ari yang malah semakin membuat Raffa terlihat jengkel.

"Nggak lucu," desis Raffa tajam, kakinya lalu melangkah berjalan melewati Ayara begitu saja.

"Kak Raffa!"

Raffa tidak menghiraukan panggilan Ayara, dia masih berjalan dengan cuek.

"Tunggu!"

Raffa merasa kini tangannya ditarik kencang, sehingga membuatnya harus berhenti melangkah.

"Aku punya salah apa sama Kak Raffa? Udah beberapa hari ini Kak Raffa ngehindarin aku? Padahal sebelumnya Kak Raffa kayak kasih aku... harapan?" tanya Ayara terlihat ragu.

Raffa berbalik, matanya lalu menatap Ayara tajam, "Ngasih harapan? Jangan terlalu percaya diri, gue nggak pernah ngelakuin hal itu," ketusnya.

"Apa?"

"Mungkin lo yang terlalu kebawa perasaan. Kejadian di rooftop tempo hari, gue cuman ngerasa bersalah, bukan karena gue ada rasa sama lo, Ayara."

"Kenapa Kak Raffa jadi kayak begini? Aku punya salah apa?"

"Gue dari dulu memang begini, lo aja yang belum mengenal gue," ujar Raffa, dia lalu menarik nafas sejenak, "gue sama lo itu, mustahil. Kenapa harus mengharapkan sesuatu yang nggak mungkin terjadi? Sedangkan di dekat lo, ada seseorang yang benar-benar menginginkan lo," jelasnya lagi, yang bahkan bukan hanya Ayara saja yang merasa sesak mendengarnya, dirinya pun kini mulai merasakan dadanya berdenyut menyakitkan.

"Kalau Kak Raffa memang nggak suka sama kehadiran aku, Kak Raffa nggak perlu bersikap kayak begini. Tahu nggak? Bahkan ini lebih menyakitkan dari apa yang aku dengar sebelumnya," Ayara menatap Raffa tajam, dengan mata yang kini mulai berkaca-kaca, manahan tangis.

Raffa hanya terdiam, apakah benar keputusannya sekarang ini? Lalu, kenapa rasanya begitu sakit. Kenapa lo jadi lemah begini, Raff? Sial!

"Aku duluan," pamit Ayara, dia lalu berjalan dengan cepat melewati Raffa, mencoba menelan semua kekesalan pada dirinya. Sekarang dia tahu, Raffa terlalu jauh untuk dia jangkau, setidaknya dia akan berusaha untuk melupakan Raffa.

Raffa menatap punggung Ayara yang mulai menjauh. Mencoba menahan perasaan yang tiba-tiba datang menghampirinya, perasaan ingin berlari menyusul Ayara, dan meminta maaf. Namun, dia menahannya. Ini keputusannya, dia tidak akan terlibat lagi pada apapun yang bersangkutan dengan Ayara. Dan satu hal yang paling penting, dia yakin, dia tidak akan... Menyesal..


***

Selamat datang di dunia Raffa & Ayara❤

Jangan lupa, vote dan komennya yaa:)))

Raffa & Ayara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang