Happy reading!😊
***
"Bang?"
Raffa yang sedang fokus menyetir menoleh, menatap Papanya yang duduk di sampingnya. Setelah mengantarkan Ayara tadi sore dia segera bergegas pulang ke rumah, dan bersiap untuk menjemput Papanya di bandara menggunakan mobil milik Mamanya.
Awalnya Kayla dan Raffa yang akan menjemput, namun Kayla malah mendadak sakit perut dan tidak bisa ikut menjemput, akhirnya hanya Raffa seorang diri yang menjemput ke bandara.
"Iya, Pa?" jawab Raffa, dia lalu kembali fokus menatap jalanan.
"Ada yang mau Papa bahas sama kamu, Bang."
Raffa terdiam, entah perasaannya saja atau memang Papanya kalau bicara selalu terlihat serius begitu.
"Sebenarnya bisa saja Papa sampaikan lewat telpon. Tapi, setelah Papa pikir-pikir lagi ini harus dibicarakan secara langsung."
Sekarang Raffa benar-benar merasa ada yang tidak beres, sejak kapan Papanya akan rela meninggalkan pekerjaannya dan datang ke Jakarta hanya untuk menyampaikan sesuatu?
"Kita berhenti dulu, cari tempat untuk mengobrol." Papanya kembali berbicara.
Raffa menarik nafas sebentar, lalu kembali menoleh sebentar ke arah Papanya. "Papa lapar nggak? Kita cari makan dulu kalau lapar."
"Papa sudah makan di pesawat. Kita cari kedai kopi saja."
Raffa hanya mengangguk, setelah itu matanya mulai mencari kedai kopi terdekat. Dia benar-benar sangat penasaran dengan apa yang akan dibicarakan Papanya nanti, karena sekarang dia sangat yakin yang akan Papanya sampaikan itu pasti sangat penting. Bahkan, Papanya sampai harus datang ke Jakarta hanya untuk menyampaikan itu.
*
RAFFA
"Makasih, Mba," ujar gue pada pelayan wanita yang baru saja mengantarkan pesanan gue, dua gelas Americanno. "Kopinya, Pa." lanjut gue pada Bokap yang sekarang duduk di hadapan gue.Bokap mengangguk. "Masih panas. Kamu mau Papa minum kopi panas?"
Gue tersenyum canggung. "Abang nawarin doang, nggak nyuruh Papa minum sekarang." entah kenapa setiap ngobrol sama Bokap bawaannya selalu canggung, padahal beliau Bokap gue sendiri, Bokap kandung gue.
"Papa nggak nyangka, Abang benar-benar mewarisi Papa sekali."
Gue hanya mengangguk, memang banyak yang bilang begitu. Bahkan Bokapnya Ayara juga bilang begitu, kan? Eh tunggu dulu, katanya Bokap gue ini temannya Bokap Ayara ya? "Oya, Pa. Kemarin Abang ketemu sama Om Indra, katanya beliau teman lama Papa," ujar gue ingin memastikan.
Bokap gue terlihat berpikir untuk sesaat, namun setelahnya. "Indra Dirgantara?" tanyanya.
Gue mengernyit, Indra Dirgantara? Iya kali, gue cuman tahunya Om Indra doang. "Mungkin, Pa."
"Iya dia memang teman Papa, dulu. Sekarang kita sudah nggak pernah berkomunikasi, lebih tepatnya Papa yang menghilang," jelas Bokap gue, "kok bisa Abang ketemu Indra?"
"Anaknya Om Indra temen Abang."
"Setahu Papa, Indra cuman punya anak satu, itupun cewek." Bokap gue sekarang malah menatap gue curiga. "Temen apa pacar?"
Gue yang baru saja mau meminum kopi gue, hampir saja tersedak ketika mendengar pertanyaan Bokap barusan. Pacar? Bukan Pa, tapi calon istri! "Temen. Katanya ada yang mau Papa bahas sama Abang?" gue mengalihkan pembicaraan, aneh juga rasanya kalau harus bahas soal Ayara sama Bokap. Udah gue bilang kan? Rasanya canggung!
KAMU SEDANG MEMBACA
Raffa & Ayara (COMPLETED)
Teen FictionRaffa dan Ayara, sebuah kisah yang dimulai dari rumitnya percintaan anak SMA. Ayara yang sangat menyukai Raffa, namun secepat kilat hatinya langsung dipatahkan oleh Raffa. Bahkan bukan hanya itu, dirinya pun harus kembali melalui kisah yang teramat...