Raffa dan Galih berjalan memasuki rumah Ayara, rumahnya terlihat sangat sepi, bahkan mereka tidak menemukan keberadaan orang tua Ayara. Ketika mereka memasuki ruang keluarga, ternyata sudah ada Ayara, Nanda, Dina, dan juga Wina di sana.
Galih lalu berjalan mendekat, duduk di sebelah Ayara, setelah itu memeluk tubuh Ayara erat. "Udah dong, jangan nangis. Gue jadi ikut sedih, nggak tahu gimana caranya bantuin nyembuhin sakit yang lo rasain sekarang," ujarnya lembut.
Sedangkan Raffa hanya terdiam, dia menatap Ayara, hatinya terasa hancur melihat keadaan Ayara yang terlihat sangat menyedihkan itu.
"Mereka salah paham. Aku.. Aku..." Ayara tidak melanjutkan perkataannya, dia kembali terisak.
"Sstttt. Udah, udah." Galih semakin mempererat pelukannya, lalu mengusap rambut Ayara, mencoba menenangkan Ayara.
"Tante Dewi sama Om Indra lagi nggak ada di rumah, ada urusan katanya," jelas Nanda tanpa diminta.
"Kapan pulang?" tanya Galih.
"Mungkin besok pagi atau siang. Tante Dewi minta kita buat jagain Aya dulu," jawab Nanda.
Galih mengangguk paham, sedangkan Raffa terlihat bingung.
"Orang tuanya Ayara," sahut Wina karena melihat wajah bingung Raffa.
"Aku sama Wina nggak lihat kejadiannya gimana tadi. Terus aku coba nanya Kak Yogi, dan dia ceritain semuanya," jelas Dina.
"Yogi?" gumam Raffa tanpa sadar, dia baru ingat kalau tadi Yogi tiba-tiba menghilang begitu saja dari hadapannya. Mungkin Yogi pergi untuk memanggil Galih, karena tidak lama, tiba-tiba saja Galih datang.
Ayara terdiam, dia seperti baru saja mendengar suara Raffa. Apa Raffa ada di sini? dengan cepat dia melepaskan pelukannya dari Galih lalu menoleh ke arah belakang, dan matanya langsung menatap keberadaan Raffa di sana, yang sedang berdiri.
Raffa yang ditatap seperti itu oleh Ayara pun berdehem, dia lalu tersenyum canggung.
"Duduk, Kak," ajak Wina.
Raffa mengangguk, dia lalu duduk di kursi yang berada di hadapan Ayara.
"Gue benar-benar nggak nyangka sama Alden. Bukannya lindungin Aya, malah permaluin Aya di depan umum," geram Galih tiba-tiba, "udah gue bantuin juga itu si Alden! Tahu begini, gua nggak akan biarin Ayara sama Alden."
Raffa terdiam. Jadi Galih yang bantuin Alden jadian sama Ayara.
"Maafin gue, Aya," ujar Galih menatap Ayara, "harusnya gue nggak maksa lo buat sama Alden." sungguh dia sangat menyesal sudah membantu Alden.
"Kita juga nyesel udah maksa kamu sama Kak Alden," sambung Dina.
"Jadi gara-gara kalian, Ayara jadian sama Alden?" ketus Raffa tanpa sadar.
"Bukan karena kita. Tapi karena Kak Raffa," sahut Wina.
"Gue?" tanya Raffa menunjuk dirinya sendiri dengan tatapan bingung.
"Kak Raffa mau ngapain ke sini?" tanya Ayara akhirnya, dengan suara serak. Dia sengaja mengalihkan pembicaraan, dia hanya takut, bagaimana kalau mereka kelepasan, dan akhirnya malah mengatakan kalau dirinya menyukai Raffa selama ini? Kan, bisa berabe. Mau di taruh di mana mukanya.
Raffa menatap Ayara. "Gue mau lihat keadaan lo, Ay."
"Ay?" cela Galih, dia lalu menatap Raffa geli.
Raffa tidak merespon, dia hanya berdecak kesal. Respon Galih terlalu berlebihan, memangnya salah kalau dirinya memanggil Ayara dengan sebutan Ay? Tidak kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raffa & Ayara (COMPLETED)
TienerfictieRaffa dan Ayara, sebuah kisah yang dimulai dari rumitnya percintaan anak SMA. Ayara yang sangat menyukai Raffa, namun secepat kilat hatinya langsung dipatahkan oleh Raffa. Bahkan bukan hanya itu, dirinya pun harus kembali melalui kisah yang teramat...