Happy reading😉
***
RAFFA
Gue melangkah lunglai memasuki rumah, berjalan menuju kamar gue, melempar tas sembarang, lalu merebahkan tubuh di atas kasur tanpa melepaskan sepatu terlebih dulu.Entah kenapa rasanya hari ini gue benar-benar merasa lelah. Iya, lelah! Lelah karena harus berpura-pura seolah nggak ada apa-apa. Ternyata ini nggak mengenakkan, demi apapun! Gue nggak suka keadaan ini.
Hanya tinggal lima hari lagi gue akan berangkat ke Malang, tinggal di sana, ninggalin Nyokap, Adik gue, temen-temen gue, dan... Ayara.
Sampai sekarang gue belum berani untuk menjelaskan apapun pada Kayla, gue masih memikirkan cara terbaik agar dia nggak marah ataupun sedih. Bisa tinggal bersama itu adalah impiannya, dan impian gue juga tentunya. Rasanya seperti baru kemarin kita sama-sama, sekarang harus pisah lagi. Emang udah begini apa ya takdir gue sama dia, harus tinggal kepisah terus.
Gue menarik nafas lelah, kepala gue pusing, gue bingung harus ngapain, gimana caranya gue jelasin ini, belum lagi gue jelasin semuanya sama Ayara. Gue rasa, gue sudah hampir mendekati setres. Oh bukan mendekati, tapi emang udah setres kayaknya!
"Bang."
Gue menoleh, menatap Nyokap yang sekarang berdiri di dekat pintu. Lho, sejak kapan Nyokap berdiri di sana?
"Mama panggil-panggil, udah ketuk pintu juga, tapi nggak ada jawaban, Mama kira Abang tidur," jelas Nyokap gue, sepertinya gue terlalu lelah berpikir sampai telinga gue pun mendadak nggak berfungsi.
"Masuk, Ma." Gue bangun dari rebahan gue, mempersilahkan Nyokap untuk duduk di sebelah gue.
Nyokap berjalan menghampiri, lalu duduk di sebelah gue. "Nggak lepas sepatu dulu, Bang?" tanyanya yang sekarang menatap sepatu yang masih gue pakai.
Gue hanya tersenyum, lalu membungkuk untuk melepas sepatu yang masih gue pakai.
Oh ya, bahkan sampai sekarang Nyokap belum menjelaskan apapun pada gue, soal kepindahan gue ke Malang itu. Entah Nyokap lupa, atau bingung cara menjelaskannya bagaimana. Karena jujur saja, semua ini sangat mengejutkan.
Dan soal Bokap gue, sekarang beliau sedang berada di pesawat. Hari ini Bokap sudah kembali ke Malang, gue nggak ikut mengantarkan ke bandara karena sekolah. Yang mengantarkannya adalah Om Danu dan Kayla, yang lebih memilih untuk bolos sekolah. Kenapa gue nggak ikut bolos? Karena gue nggak mau menyia-nyiakan waktu untuk melihat Ayara, yang hanya tinggal beberapa hari lagi bisa gue lihat keberadaannya.
"Maaf. Maafin Mama, Bang."
Gue yang baru saja selesai melepaskan sepatu, langsung menoleh. Menatap Nyokap gue bingung, kenapa minta maaf?
"Mama nggak pernah jujur dari awal soal kepindahan kamu ke Malang. Mama takut Abang marah sama Mama."
Gue tersenyum. "Nggak apa-apa, Ma. Abang nggak marah sama sekali." bohong! Gue tahu perkataan yang keluar dari mulut gue barusan itu bohong! Gue sedang nggak baik-baik aja! Dan gue marah sama Nyokap gue, gue kecewa, kenapa Nyokap gue selama ini nggak jujur. Tapi, gue nggak mungkin bilang itu semua ke Nyokap.
Nyokap mengangguk, lalu tangannya mengusap wajah gue. "Jaga diri Abang baik-baik di sana." Nyokap gue tiba-tiba menangis, keadaan gue semakin nggak baik ngelihat Nyokap gue nangis, dada gue semakin sesak.
"Ma." gue mengusap punggung tangan Nyokap gue lembut lalu menggenggamnya erat, menarik nafas sebentar. "Abang janji akan selalu jaga diri di sana, Mama jangan khawatir, Abang akan baik-baik aja." gue menenangkan Nyokap yang menangis.
![](https://img.wattpad.com/cover/183855405-288-k426230.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raffa & Ayara (COMPLETED)
Ficção AdolescenteRaffa dan Ayara, sebuah kisah yang dimulai dari rumitnya percintaan anak SMA. Ayara yang sangat menyukai Raffa, namun secepat kilat hatinya langsung dipatahkan oleh Raffa. Bahkan bukan hanya itu, dirinya pun harus kembali melalui kisah yang teramat...