Part 9

523 21 0
                                    

"Hati itu nggak bisa dipaksa dia harus sama siapa, yang ada malah bikin semuanya jadi tersiksa, karena dilakuin secara terpaksa."


***

"Kak Bima nggak pernah mau bales chat aku, sekalinya bales pasti singkat banget, kesel deh," Rina berujar pelan, matanya masih fokus menatap ponsel di genggamannya.

"Itu tandanya Kak Bima nggak suka sama kamu, jadi nggak usah banyak berharap," sahut Jessi yang berada di sampingnya.

Sedangkan Ayara hanya terdiam, dia menatap kedua temannya yang kini berjalan berdampingan dengannya, entah kenapa, mendengar perkataan Rina barusan, dia jadi merasa tidak enak.

"Padahal aku yakin waktu itu Kak Bima bilang senyumannya manis itu aku. Iya kan, Aya?" Rina kini menoleh menatap Ayara.

"Nggak usah ge-er, siapa tahu bukan kamu," ejek Jessi.

"Terus siapa? Ayara? Nggak mungkin lah! Bisa-bisa Kak Alden marah, masa temen makan temen," seru Rina kesal, matanya lalu kembali menatap ponsel.

Ayara masih tidak merespon, pikirannya sedang melayang mengingat saat dimana dirinya mengantar Rina untuk melihat Bima di dekat koprasi tempo hari. Sekarang dia paham maksud perkataan Bima waktu itu, dan dirinya lah yang Bima maksud. Bima menyukainya karena itu? Hah, bisa-bisanya hal ini terjadi pada dirinya. Dia jadi menyesal telah mengantar Rina, andai saja bukan dirinya yang mengantar Rina, mungkin semuanya tidak akan menjadi sepelik ini.

"Aya? Kok bengong?" Rina yang mulai menyadari karena tidak mendengar suara Ayara, akhirnya kembali menoleh. Alisnya mengernyit bingung saat menatap Ayara yang terlihat sedang melamun.

Ayara ikut menoleh, lalu menggeleng pelan, "aku nggak apa," ujarnya pelan.

"Kamu kenapa, sih? Akhir-akhir ini aneh banget, keseringan melamun!"

"Aku nggak apa-apa, Jes."

Langkah mereka akhirnya terhenti, matanya lalu menatap ke arah sekeliling, terlihat ramai. Kini mereka sudah berada di dalam kantin, memang sejak jam istirahat berbunyi tadi, mereka memutuskan untuk langsung beranjak pergi ke kantin.

Ayara semakin menatap malas, mood nya sedang tidak baik, dan melihat keadaan kantin yang sangat ramai, membuat moodnya semakin buruk. Dia lalu menoleh ke sebalah kanannya, ada segerombolan cewek yang dia yakini adalah teman kelasnya Raffa, karena dia melihat ada Mila di sana, mereka sedang menatapnya, memandangnya tajam. Dia mengernyit bingung, ada apa?

"Na, Jes, itu kenapa mereka pada ngelihatin aku, sih? Ada yang salah sama penampilanku?" tanya Ayara pada Rina dan Jessi yang berada di sampingnya.

Rina dan Jessi lalu menoleh, menatap Ayara, mereka dengan kompak menggeleng.

"Udah biarin aja," ujar Jessi menenangkan.

Mereka lalu memutuskan untuk membeli siomay, karena penjual siomay tepat berada di belakang Mila dan teman-temannya, jadi mau tidak mau mereka harus melewati Mila dan teman-temannya.

"Dia yang udah bikin keadaan kelas kita jadi kacau kayak tadi?" Zahra berujar ketus ketika Ayara berjalan melewatinya.

"Cuman karena dia, Raffa sama Alden berantem? dan si Farhan sama Yogi juga malah ikut-ikutan ngamuk," sinis Ratna tidak kalah ketus dari Zahra.

"Kalian lupa? Kan gara-gara dia juga, si Fani jadi dibentak Raffa di depan banyak orang. Sampai si Fani nangis," jelas Mila terlihat sama ketusnya.

"Ck! Baru masuk aja udah bikin ribet, gimana entarnya?" tanya Zahra berdecak kesal.

"Udah, deh. Berisik banget sih kalian. Ayok ke kelas, sumpek, di sini panas," ujar Tika akhirnya, melerai semua perkataan teman-temannya.

Raffa & Ayara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang