Part 17

458 23 1
                                    

"Lo cuman buang-buang waktu, marah sama hal yang bahkan lo nggak lihat langsung kejadiannya!"

***



AYARA
Aku berjalan sendiri menyusuri koridor sekolah, dari pertama aku memasuki gerbang sekolah sudah banyak siswa yang memperhatikanku, bahkan beberapa ada yang berbisik ketika aku berjalan melewatinya.

Setelah kejadian kemarin, rasanya aku enggan untuk memasuki sekolah lagi. Bukan apa-apa, orang-orang seperti menatapku dengan tatapan yang seolah-olah mengintimidasi, dan membuatku merasa tidak nyaman.

"Cantik padahal, tapi kelakuannya kayak begitu."

"Iya temen sendiri lho padahal."

"Kasian gue sama Kak Alden, suka sama cewek model begitu."

"Iya bener, mending Kak Alden buat gue aja, sayang banget cowok cakep begitu disia-siain."

Saat memasuki kelas teman sekelasku sedari tadi tidak berhenti berbisik. Sebenarnya tidak bisa dikatakan berbisik juga, karena aku bisa mendengarnya dengan jelas. Lalu, aku berjalan menuju tempat dudukku, dan mulai duduk di sana.

Tidak lama aku melihat Rina memasuki kelas, dia membuang muka ketika tidak sengaja bertatapan denganku, dia berjalan kearah tempat duduk Caca, bahkan melewati meja kami begitu saja.

"Ca, aku duduk di sini ya," ujar Rina setelah sampai di sebelah Caca.

"Lho, terus entar Hani gimana?"

"Hani, duduk di tempat aku. Nanti aku bilang ke Hani."

"Oke, deh. Duduk aja sini, Rin."

Aku terdiam mendengar percakapan Rina dan Caca. Bahkan sekarang Rina sudah tidak mau duduk sebangku denganku, sebegitu bencinya dia padaku sekarang?

"Rina? Ngapain kamu duduk di tempat aku?"

Aku menoleh, dan melihat Hani yang baru saja datang, yang sekarang berjalan menghampiri Rina.

"Tukeran dong, Han. Aku malas di sana," jawab Rina.

"Nggak mau ah. Aku juga malas, entar aku ditikung lagi kayak kamu."

Aku menatap ke arah Hani tidak terima. Aku sama sekali tidak pernah menikung Rina, semua ini hanya salah paham.

"Kenapa ngelihatin aku kayak begitu? Kesindir?" sinis Hani, dia balas menatapku.

Aku tidak tahu kenapa, tapi Hani selama ini memang tidak pernah mau menegurku, sedari awal dia seperti tidak suka melihatku.

"Aku nggak salah. Kenapa aku harus kesindir sama ucapan kamu?" tanyaku tidak mau kalah.

"Berasa nggak punya dosa banget sih! Dasar cewek nggak tahu diri!" ketus Hani.

"Kamu punya masalah apa sama aku, Han?" tanyaku menatap Hani tajam.

"Punya kaca nggak dirumah? Lo itu udah nikung temen lo sendiri! Udah ngekhianatin pacar lo juga! Masih nggak ngaca? Apa perlu gue beliin lo kaca?" aku menoleh, lalu melihat Fandi yang baru saja masuk ke dalam kelas, dan yang berbicara barusan adalah Fandi. Setahuku dia memang menyukai Rina, jadi bisa saja dia sangat tidak terima ketika melihat Rina bersedih.

"Cewek cantik jaman sekarang emang nyeremin ya. Mangkanya, lain kali kalo cari temen lihat-lihat dulu, Rin. Ditikung kan," Fandi berujar lagi, lalu menatapku tajam.

Aku terdiam, percuma sekarang aku mencoba menyangkal, karena tidak akan ada yang mau mempercayaiku. Mereka hanya tidak tahu kejadian yang sebenarnya, dan malah menyimpulkan sendiri. Rasanya sesak, kenapa semuanya malah menjadi seperti ini, semua orang malah jadi membenciku.

Raffa & Ayara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang