Part 11

456 22 2
                                    

"Gue sadar, seratus persen sadar. Gue sayang lo Ayara. Jadi pacar gue?"


***


Raffa memasuki rumahnya dengan lemas, dia masih memikirkan perkataan Ayara tadi. Terlebih dia memikirkan bagaimana keadaan Ayara sekarang. Ayara menangis di hadapannya, karena perkataannya, dan dia hanya terdiam. Bodoh.

"Pihak sekolah ngehubungin Mama, bilang kalau Abang berantem dan akhirnya di skors dari sekolah selama tiga hari," ujar Mama Raffa, dia menatap putranya dengan prihatin. Wajah Raffa benar-benar memar, lebih parah dari sebelumnya.

Raffa menoleh, sejak kapan Mamanya berdiri di hadapannya? Dia benar-benar tidak memperhatikan sekitar.

"Abang, ada apa sih sama kamu?" tanya Mamanya.

Raffa tidak menjawab, dia hanya menunduk.

"Lihat, Mama. Abang kenapa? Akhir-akhir ini berantem terus, sekarang malah sampai di skors begini. Jangan bikin Mama khawatir terus dong, Bang."

Raffa menatap Mamanya, "Maafin Abang, Ma," ujarnya merasa bersalah.

"Kasih Mama alasan yang bagus, kenapa Abang berantem sampai segitunya." Mama Raffa masih menatap Raffa tajam.

Lagi-lagi Raffa tidak menjawab.

"Abang?" panggil Mama Raffa lagi.

"Masalah kecil, Ma."

"Masalah kecil tapi sampai berantem kayak orang kesetanan, begitu?" Mama Raffa tidak habis pikir, apa masalah sebenarnya sampai putranya lagi-lagi bertengkar, dan akhirnya mendapati wajah memar, "kalau Abang berantem terus, Mama bakalan bilang ke Papa, biar Abang di sana aja, tinggal di Malang. Dan Adek yang tinggal sama Mama di sini. Abang tahu nggak, apa yang Mama rasain ketika ngelihat Abang kayak begini? Mama ngerasa sudah gagal mendidik Abang," lanjut Mamanya lagi, tanpa sadar air matanya sudah menetes.

Raffa yang melihat Mamanya menangis pun dengan cepat memeluk tubuh Mamanya. "Maafin Abang, Ma. Abang yang salah. Abang pengin sama Mama, jangan nyuruh Abang buat tinggal sama Papa," ujarnya sangat menyesal, dadanya semakin sesak melihat Mamanya menangis.

"Abang mau bikin Mama kecewa?" tanya Mamanya dipelukkan Raffa.

Raffa menggeleng, "Abang nggak mau Mama kecewa," ujarnya pelan.

Mama Raffa melepaskan pelukannya, menatap Raffa. Tangannya terulur untuk mengusap wajah Raffa, "Janji sama Mama, ini yang terakhir Mama lihat memar di wajah Abang. Nggak akan berantem-berantem lagi, dan bikin Mama khawatir?"

Raffa mengangguk, "Maafin Abang. Mama jangan nangis, Abang sedih lihat Mama nangis," ujarnya lembut.

Mama Raffa mengangguk, "Kalau nggak mau lihat Mama nangis, jangan bikin Mama khawatir."

Raffa mengangguk, dia lalu mengecup kening Mamanya.

"Sini, Mama obatin dulu luka memar kamu. Takutnya infeksi nanti."

Raffa menurut, dia lalu berjalan mengikuti langkah Mamanya. Sebenarnya hatinya sangat hancur, dalam sehari dia sudah membuat dua perempuan menangis, perempuan yang menurutnya sangat berharga di hidupnya, apalagi Mamanya. Dan Ayara, yang mungkin sekarang sangat membencinya.

*

"Jadi Kak Raffa sama Kak Galih di skors selama tiga hari?" tanya Dina setelah Ayara menceritakan semuanya pada sahabatnya.

Ayara mengangguk.

"Kak Galih itu sayang banget sama kamu ya, Aya?" tanya Nanda.

Ayara mengangguk lagi.

Raffa & Ayara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang