Dan entah sejak kapan aku memperhatikanmu.
Bila semua ini ditarik menjadi satu garis lurus, meruntunkan suatu kronologi dan merujuk pada titik awal dimana aku pertama kali jatuh cinta padamu. Ah, sudahlah. Aku lebih memilih untuk tidak mengingatnya. Aku lebih memilih untuk menikmati perasaan ini, perasaan yang sudah mengakar kuranglebih 4tahun lamanya (Aku yakin perasaan ini akan terus bertambah tua)Kau tahu? Jatuh cinta diam-diam itu layaknya seperti kopi. Pahit namun menjadi candu. Jatuh cinta diam-diam juga layaknya seperti bermain judi, memaksaku untuk terus menebak-nebak; Menebak-nebak dalam ketidaktahuan, menebak-nebak dalam selimut keraguan.
Aku jatuh cinta pada pikiranmu, sudut pandangmu, pada duniamu yang tidak kuketahui seluas apa, pada setiap katamu yang selalu menimbulkan tanya, pada sikapmu yang menuntunku untuk memperlakukan diriku menjadi lebih baik, pada cerita yang tak ada habisnya, hingga akhirnya aku jatuh cinta pada ketidaktahuanku sendiri.
Entah,
Memang entah sejak kapan aku memperhatikanmu dari sini. Mengamatimu dari jarak yang kuciptakan sendiri hingga membuatku mengetahui beberapa kebiasaanmu., Disaat kau bertentangan dengan pikiranmu, kau selalu saja makan, tidur bahkan sampai merenung hingga larut malam.
Bukankah begitu? Atau aku yang salah?Entah,
Memang entah siapa yang salah?Mungkin keadaan. Mungkin juga waktu yang berjalan terlalu jauh hingga sukar tuk kembali dan berdamai dengan logika.
Dan entah,
Memang entah siapa yang benar? Kau sebagai dinamika yang membuatku terbiasa. Atau kau adalah hal biasa yang membuatku terbiasa berdinamika.Entah,
Memang entah setan mana yang membuatku memberanikan diri berterus terang padamu. Hanya saja aku tak ingin setelah kehilangan menghajarku sedemikian rupa, penyesalan datang menyapa. Bukannya menawarkan tawa, malah menggenapkan luka."Orang gila mana yang ingin menerima kedua hal itu?"
Maaf,
Maaf untuk perasaan yang dengan lancangnya telah ada. Sialnya, aku membiarkannya untuk tetap ada. Dan maaf, telah menjadikanmu tokoh utama untuk setiap tulisan yang kubuat. Aku hanya berpikir; bahwa kau hanya sementara. Maka aku mengabadikanmu kedalam tulisan, dalam setiap gerakan pena.Terimakasih,
Terimakasih untuk pembicaraan yang entah berpangkal darimana dan akan berakhir entah kemana. Terimakasih atas tindakanmu yang selalu berhasil meng-aku kan diriku. Terimakasih atas setiap kata-katamu yang selalu membuatku bertanya-tanya. Terimakasih atas kesempatan untuk bicara padamu, walau aku tahu bahwa diluar sana masih banyak pribadi yang lebih baik dan lebih pantas untuk bertukar cerita denganmu.Dan sekarang,
Tulisan ini tak lagi menunggu Puannya tuk berpulang. Tulisan ini menjemput Puannya yang entah sedang mencari apa.
Tulisan ini seharusnya bepulang. Terserah Puan menanggapi tulisan ini sebagai apa. Entah sebagai pertanyaan, pernyataan atau sebagai pesan.Terserah, Kau yang membaca.Dengan matamu,
Dengan hatimu.
![](https://img.wattpad.com/cover/183385435-288-k493855.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah perjalanan
Novela Juvenil[KUMPULAN PUISI] Inilah perjalanan. Kaki bertugas melintasi dan Hati mempelajari apapun yang semesta beri. Sejuta tempat singgah, berkelana hingga berdiam di titik lelah, masing-masing dari kita pasti akan menemukan seseorang yang bisa disebut rumah.