Kepada kamu disela-sela dunia yang selalu membuat kita beradu pandang
Aku tidak tahu bernama apa rasa ini? Aku tidak tahu betulkah rangkaian rasa ini berdefinisi cinta? Aku tidak tahu benarkah kamu objek istimewanya? Yang aku tahu, kamu tidak sepenting itu dulu. Kehadiranmu sangat menyamankanku untuk selalu berada di dekatmu. Mana mungkin segalanya tertuju padamu, jika ada orang lain yang memalingkan pandanganku waktu itu? Meski dulu kami memang tidak resmi, tapi dia seperti bisa mengisi. Tadinya memang begitu kukira. Tadinya memang begitu kurasa. Tapi ternyata tidak. Aku salah jatuh, aku salah sangka, kukira dia ternyata kamu.
Aku tak pernah sadar sepenting itu kehadiranmu bisa membuat hatiku bergetar. Tepatnya mungkin saat ada lelaki lain yang coba mendekatimu, yang pelan-pelan memalingkan wajahmu dari aku, yang memberikan sekat pembatas agar kita tak lagi memiliki hubungan erat. Meski aku belum tahu bernama apa rangkaian rasa itu, tapi aku sudah mulai merasa kehilangan kamu. Betulkah tawa itu sudah ada yang mensponsori? Betulkah hari-harimu sudah tidak lagi sepi? Betulkah tidak ada lagi harapan untukku mengisi? Betulkah sebentar lagi kau sudah ada yang memiliki?
Aku takut. Aku takut kehadiran lelaki itu bisa menghilangkan peristiwa-peristiwa sederhana yang bisa membahagiakan kita. Aku takut ada jarak kecil yang lalu perlahan-lahan membesar, hingga kita kehilangan ritual-ritual manis tanpa sadar. Tapi jikalau bahagiamu itu bersama dia, aku bisa apa? Mungkin mulai dari sekarang, aku harus berancang-ancang. Mungkin aku harus membiasakan diri untuk terlepas dari ekspektasi untuk bisa kau kumiliki.
Bisakah kusebut ini cinta ketika aku melepaskan dia dan ternyata kamu tidak memilihku, aku tidak akan menganggap semuanya sia-sia?
Aku yang masih belum mau mengaku
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah perjalanan
Teen Fiction[KUMPULAN PUISI] Inilah perjalanan. Kaki bertugas melintasi dan Hati mempelajari apapun yang semesta beri. Sejuta tempat singgah, berkelana hingga berdiam di titik lelah, masing-masing dari kita pasti akan menemukan seseorang yang bisa disebut rumah.