KOSONG

3 0 0
                                        

Sorot mata kita bertemu pada 28.800 detik lalu. Rontoklah sekumpulan rindu yang beradu melahirkan pilu saat jeda menyangga temu. Sesederhana bertemu, singkatlah bahagiaku keluar dari setiap penjuru. Tapi pikiranku terus menerawang, seperti ada yang kurang. Ada yang hilang. Saat tanganmu menyapa tanganku, aku berharap lebih pada sesuatu. Aku berharap, dari bibirmu ada sapa yang juga ikut berderap. Aku berharap ada bujukkan dari matamu untuk yakinkanku tak usah pertahankan ragu dan malu untuk memulai percakapan terlebih dahulu. Aku berharap keberanian sedang ada dalam arena pertahanan. Aku berharap tak sekosong ini setelah kakimu melangkah pergi tanpa ada percakapan pagi yang bisa dibagi.

Aku suka cara kepala, sorot mata kita, bahkan saat hati bekerja. Tapi tetap saja tanpa ada yang dibagi, perasaan yang kita miliki hanyalah milik sendiri-sendiri. Dan terkuburlah kita dengan segala yang masih belum pasti. Tanpamu kosong, sungguh kali ini aku tak bisa bohong. Namamu bahkan ada dalam setiap lorong, gemanya puluhan kali melolong. Berkali-kali aku terjebak tapi tiada satupun yang bisa menolong. Bisakah kamu membantuku? Mengisi kembali hati, mengosongkan kecewa yang sepenuhnya meronta-ronta. Aku ingin Tuhan memberi pertanda jika kita memiliki perasaan yang sama. Aku berjanji tak merasakan segalanya sendiri lagi. Berbagi denganmu adalah suatu hal yang kutunggu-tunggu. Bukalah suaramu dan yakinkan aku bahwa di pertemuan berikutnya akan selalu ada kita yang bersuara soal rasa.

Sebuah perjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang