10

320 22 0
                                    

Di saat anak-anak seumuran Putri sedang gemar-gemarnya bermain dan bersenda gurau bersama teman-teman yang lain, Putri Junjung Buih malah memilih untuk belajar untuk meramu tanaman obat di kediaman tabib istana.

“Suatu kehormatan jika Tuan Putri mau belajar ilmu tanaman obat pada hamba.” Sambutan hangat diberikan tabib setia kerajaan saat Ratu Kuripan mengatakan tujuannya.

Setelah berbincang beberapa hal, Ratu Kuripan meniggalkan Putri Junjung Buih bersama Tabib Leman. Seperti permintaan Ratu, Tabib Leman tidak membuang-buang waktu dan segera memberikan pengetahuan dasar seputar tanaman obat, mulai dari nama dan manfaat, juga cara menggunakannya. Esoknya, setelah mengulang tentang dasar tanaman obat, Putri langsung diajari bagaimana cara meramu, baik untuk ramuan yang diminum atau yang dioles ke tubuh.

Putri Junjung Buih memang memiliki kekuatan yang besar, Ratu Kuripan tahu akan hal tersebut bahkan sejak Putri bayi. Namun, Putri masih tidak mampu mengendalikan kekuatannya. Berakit ke hulu, berenang ke tepian, bersakit dahulu, berobat kemudian, ini adalah harapan Ratu Kuripan terhadap Putri Junjung Buih, tapi kekuatan berlebih yang disalurkan oleh Putri malah bekerja sebaliknya. Bukan untuk mengobati, tapi merusak.

Itulah yang terjadi pada Dayang Amba. Saat Putri berusia tiga tahun, dia dan Ratu Kuripan pergi menuju Kerajaan Kuripan untuk berlatih tenaga dalam. Di perjalanan, Putri Junjung Buih melihat sepasang kaki yang tergeletak di sela semak-semak. “Yang Mulia Ratu, bisakah aku menolongnya?

Paham dengan apa yang disampaikan Putri, Ratu Kuripan segera berucap pada para pengawal, “Tolong bawa anak itu bersama kita ke Kerajaan Kuripan.” Sampai di kediamannya, Ratu Kuripan segera meminta tabib kepercayaannya untuk merawat anak perempuan berusia tiga belas tahun tersebut.

Seolah tidak mempedulikan Amba, Putri Junjung Buih meneruskan latihan tenaga dalamnya bersama Ratu Kuripan. Tepat setelah latihan itu selesai, tanpa sepengetahuan Ratu Kuripan, Putri Junjung Buih masuk ke kamar kecil yang terbuat dari kayu, tempat perawatan di Kerajaan Kuripan.

Putri Junjung Buih dapat merasakan rasa sakit yang diderita Amba. Fisik dan mentalnya terluka. Dia bahkan melihat setiap gerakan halus yang dibuat Amba saat tubuhnya tertidur di atas kasur kapuk tipis.

Terus memerhatikan, merasakan setiap rasa sakit Amba, beberapa kilasan kehidupan Amba berputar di dalam kepala Putri. Amba dan kakaknya adalah seorang budak yang dibeli oleh saudagar kaya di Negeri Daha, bandar perdagangan Kerajaan Dipa. Mereka bukan hanya dipaksa untuk bekerja secara fisik, tapi juga harus melayani nafsu bejat keluarga saudagar tersebut—mulai dari si saudagar hingga kedua anak laki-lakinya.

Amba dan Sunu sudah bersiap untuk kabur sejak beberapa minggu sebelumnya, tapi sayang, saat waktu melarikan diri itu datang, mereka ketahuan. Sempat ditangkap kembali, Sunu malah menumbalkan diri demi kebebasan Amba. Sayang, meskipun sudah berusaha sekuat tenaga, tapi sebuah kayu runcing berhasil melukai belakang tubuh Amba.

Suara batuk yang berasal dari Amba membuat Putri Junjung Buih secara refleks membungkuk dan memberikan air minum pada perempuan itu. Hanya beberapa detik hingga Amba menyambut uluran air minum dan kulit tangan mereka bersentuhan, si Putri segera sadar dengan apa yang dia lakukan. Seketika, Putri langsung berdiri, kemudian berlalu meninggalkan Amba sendirian,

Dengan langkah cepat, Putri segera mendatangi Ratu Kuripan yang tengah beristirahat di kamarnya. “Yang Mulia Ratu … aku menyentuhnya.”

Putri Junjung BuihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang