17

247 22 0
                                    

Bersamaan dengan keberangkatan Putri Junjung Buih menuju istana Kerajaan Kuripan, Dayang Amba juga berangkat menuju wilayah perbatasan daerah Muara Bahan untuk menjalankan tugasnya, mengantarkan ramuan obat buatan Putri Junjung Buih.

Dayang Amba tidak pernah mendapatkan penjelasan apa pun mengetai penyakit apa yang diderita orang-orang yang ditolong oleh Putri. Dia tak pernah mengatakannya. Yang Putri Junjung Buih katakan saat dia harus melakukan pengiriman adalah, "Masuklah ke gubuk berdinding bambu dan tidak berlantai di dekat danau besarnya seperti ruang pertemuan. Letakkan ramuan ini di samping kedua anak laki-laki yang sedang tidur."

Mengikuti ucapan Putri untuk datang sebelum tengah hari, saat dia tiba di gubuk tersebut, dia tidak mendapati siapa pun selain dua anak yang tengah tidur di tikar ayaman.

Dayang Amba hanya bisa menebak-nebak. Ketika dia meletakkan dua ramuan obat di sisi dua anak laki-laki, Dayang Amba bisa melihat kalau kaki mereka dibalut kain yang sebagian sudah dipenuhi oleh bekas darah.

Hal serupa juga terjadi pada seorang pria kurus yang sibuk memotong kayu di belakang rumah kecilnya. Dayang Amba masuk dan mengganti ramuan obat milik si pria tadi dengan buatan Putri.

Perempuan bisu itu tidak bisa menyimpulkan apa yang mereka derita, hanya meyakini semoga kemalangan tersebut bisa mereka lewati dengan tabah. Ibarat rumput yang sudah kering, ditimpa hujan, segar kembali. Setidaknya, dengan bantuan yang dibawakan oleh Dayang Amba, mereka akan sembuh dan melanjutkan hidup. Doa yang bisa diucapkan siapa saja dengan atau tanpa tahu apa penyakit mereka.

Putri Junjung Buih masuk ke kamar pribadi Ratu Kuripan tepat setelah seorang patih keluar dari sana. Pria yang sudah beruban dan tampak lebih tua dari Raja Dipa itu menunduk hormat pada Putri sebelum pergi.

Berbeda dengan istana Kerajaan Dipa yang keseluruhan dibangun menggunakan bata merah berasal dari Pulai Jawa, istana milik Ratu Kuripan ini dibangun dengan memakai kayu ulin dan beratapkan daun nipah. Bahan yang lebih rentan rusak daripada bata, tapi mampu bertahan selama hampir seratus tahun berkat Ratu Kuripan.

"Dayang Amba sudah mengirimkan ramuan obat?" Hal itu diucapkan oleh Ratu Kuripan tepat setelah Putri berjalan menghampiri beliau. Putri hanya diam untuk beberapa saat, merasa tidak perlu menjawab.

Ketika tiba ke istana ini beberapa hari yang lalu, Putri segera pergi ke ruangan yang telah dipersiapkan Ratu Kuripan untuk bertapa selama tiga hari, tiga malam. Saat matahari tenggelam tadi, dia baru saja keluar dari ruangan tersebut. Putri segera membersihkan diri dan langsung menghampiri Ratu Kuripan.

"Kau sudah tahu, 'kan, kalau ada tujuh orang dari Muara Bahan yang meninggal karena keracunan?" tanya Ratu Kuripan. Melihat Putri Junjung Buih tidak bereaksi, wanita tua yang rambut putihnya disanggul itu menghela napas.

Putri Junjung Buih duduk di depan pemilik istana Kerajaan Kuripan tersebut. "Mereka diracuni." Pernyataan itu dilontarkan dengan nada datar. Tidak ada sedikitpun getar khawatir yang Ratu Kuripan tangkap dari ucapan cucunya itu.

Sebuah anggukan singkat menjawab pernyataan Putri, disusul penjelasan lain, "Tanda-tanda yang terlihat, memang karena keracunan. Namun ... permasalahannya sekarang adalah kesaksian dari beberapa orang di wilayah itu. Mereka melihat seorang wanita asing yang masuk ke tempat tinggal dua bersaudara yang meninggal. Orang itu adalah Dayang Amba."

Putri Junjung BuihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang