Kehadiran Putri Junjung Buih di Kerajaan Dipa adalah suatu anugerah terbesar yang pernah didapatkan oleh Lambung Mangkurat. Setiap doa yang dia panjatkan sejak awal menjadi raja, terkabul setelah Putri berada di tengah-tengah mereka. Kini, kerajaannya makmur, rakyatnya sehat, dan mereka selalu dilimpahi keberkahan oleh Sang Penguasa Alam.
Bertahun-tahun setelah Putri Junjung Buih diangkat menjadi anak, Ratu Kuripan pernah berkata, "Hukum alam tidak akan bisa dihindari. Yang datang, pasti akan pergi suatu saat nanti. Kita perlu menjadi pribadi yang bisa memetik pelajaran dari setiap fasenya."
Lambung Mangkurat membenarkan ucapan Ratu Kuripan. Dia meyakini bahwa begitulah roda kehidupan berjalan.
Akan tetapi, saat Putri Junjung Buih meminta izin untuk mengembara ke negeri asing bersama Pengeran Suryanata, membuat Lambung Mangkurat merasa kehilangan.
"Aku ingin membagi keberkahan yang dimiliki Kerajaan Dipa, pada orang lain juga."
Mendapat izin dari Lambung Mangkurat, sepasang suami-istri itu akhirnya pergi mengembara, keluar dari wilayah Kerajaan Dipa. Menuju tempat baru, bertemu dengan orang baru, dan mengenal tradisi baru.
Menggunakan kekuatan Putri Junjung Buih yang sudah sempurna, sekarang Putri hanya perlu menyalurkan tenaga dalamnya ke air sebagai pengganti ramuan obat.
Dia pernah menyalurkan tenaganya ke tajau air di sebuah rumah. Rumah milik seorang pemuda yang tinggal bersama kedua orang tuanya. Saat itu, mereka bertiga sakit karena wabah.
Setelah dia tahu kalau air di dalam tajau miliknya bisa menyembuhkan mereka sekeluarga, pemuda tadi memutuskan untuk selalu mengisi tajau tersebut sebelum airnya habis, lalu dibagi-bagikan pada penduduk lain tanpa tahu penyebab kenapa air itu bisa menyembuhkan penyakit mereka.
Hal tersebut mengingatkan Putri pada Kerajaan Dipa. Jauh sebelum memutuskan untuk pergi merantau, tepat empat puluh hari setelah mereka menikah, Putri Junjung Buih meminta Pangeran Suryanata untuk menggalikan sebuah sumur di dekat bangunan candi. Tempat di mana Pangeran Suryanata berdiri, setelah dirinya selamat dari badai buatan Putri.
Sumur itu tidak dalam, tapi cukup luas. Ketika pangeran menggali sumur, Putri menyalurkan kekuatannya pada Pangeran Suryanata, juga pada sumber air yang ada di dalam tanah. Hal tersebut membuat air yang keluar dari sumbernya memiliki berkah untuk menyembuhkan.
Selama mengembara, lambat laun, mereka mulai terbiasa untuk sedikit bersosialisasi ke wilayah pemukiman. Kadang Pangeran Suryanata memberikan pendapatnya mengenai pemerintahan pada beberapa kepala daerah yang mereka temui. Meski kadang, didengar ada, dipakai tidak.
Hal paling menyenangkan dan membuat Putri Junjung Buih tersipu adalah momen selama mereka di perjalanan.
Putri selalu mengetahui kehidupan seseorang yang dia lihat, segala kebaikan dan keburukan. Saat Putri sudah selesai dengan pikirannya, Pangeran akan bertanya melalui telepati, "Apa dia akan bahagia meski harus meninggalkan abahnya di kampung?" Dan pertanyaan lainnya.
Selama ini, teman berbagi Putri Junjung Buih hanyalah Ratu Kuripan. Memiliki seseorang yang turut andil dalam perjuangannya, membuat Putri tak mampu untuk tidak tersenyum.
Bertahun-tahun merantau untuk membantu sesama, untuk saling mengenal satu sama lain, akhirnya Putri Junjung Buih dan Pangeran Suryanata memutuskan untuk kembali ke istana.
Pengabdian memang tidak akan pernah selesai. Akan terus berlanjut hingga akhir hayat. Begitu pula setelah mereka pulang ke kampung halaman.
Bersama ketiga pangeran, buah cinta Putri Junjung Buih dan Pangeran Suryanata, mereka akan terus berjuang untuk negeri. Kesatria-kesatria kecil itulah yang akan meneruskan pengabdian kedua orang tua mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Junjung Buih
Historical FictionAkulturasi April Pseudonyme Community Putri Junjung Buih yes_yez April 2019