Di koridor seorang namja manis sedang menunggu kedatangan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Jisung yang sedang menunggu Minho hingga rapat selesai.
"Ish Kak Minho mana sih." Gerutu Jisung saat ia sudah menunggu Minho selama dua jam lamanya, namun yang ditunggu tidak juga menampakkan wujudnya dari tadi.
Langit yang cerah perlahan berubah menjadi sedikit gelap, ia melirik jam di layar ponselnya. Sudah jam setengah enam, namun tidak ada tanda-tanda Minho akan datang.
"Udahlah Icung balik sendiri aja." Ucapnya, kemudian ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah halte bus yang tak jauh dari sekolahnya.
Sudah sepuluh menit Jisung menunggu kedatangan bus, namun bus tak kunjung datang.
"Duh, kok busnya gak dateng-dateng sih? Icung takut, Mama..." Lirih Jisung sambil memeluk lututnya percis seperti seorang anak kecil yang sedang ketakutan.
Jisung melihat dari kejauhan ada dua orang pria bertubuh besar sedang menghampirinya. Oh Tuhan, Jisung sangat takut sekarang. Siapapun tolong Jisung.
"Hai manis, kok sendirian aja sih? Mau main gak sama Abang?" tanya orang itu sambil mencolek dagu Jisung, berniat menggodanya.
"Jangan sentuh Icung!" balas Jisung sambil menepis tangan preman tersebut.
"Sini main sama Abang." Ucap yang satunya lagi, Jisung semakin takut dibuatnya.
Tiba-tiba dua pria tersebut memegang lengan Jisung, membuat Jisung berteriak sambil menangis.
"Lepasin Icung! Icung mau pulang! Jangan macem-macem!" ucap Jisung sambil mengigit pria yang memegang lengang kanannya, sementara ia menginjak kaki pria yang memegang lengan kirinya.
"Berani lu ya!" saat pria yang tadi memegang lengan kanan Jisung ingin menampar Jisung, seseorang lebih dulu memegangnya kuat.
"Berani lu sentuh dia, gue jamin tangan lu gak akan berfungsi dengan baik lagi." Ucap seseorang tiba-tiba dengan suara deep nya.
Siapa lagi kalau bukan Felix.
"Siapa lu hah? Ikut campur aja!" ucap pria yang memegang lengan kiri Jisung tadi.
"Sung, kamu ngumpet cepetan!" suruh Felix saat kedua pria tersebut bersiap ingin menyerang Felix, dengan cepat Jisung mengangguk patuh.
Felix pun mulai berkelahi melawan dua orang preman yang badannya sangat besar dibandingkan dengan badannya.
Walaupun begitu, Felix adalah seorang juara taekwondo yang telah memegang sabuk hitam. Dibalik muka manisnya, Felix memiliki kekuatan beladiri yang begitu hebat.
"A..ampun Mas, ampun." Ucap salah satu preman tersebut setelah Felix berhasil mematahkan lengannya.
"Karena gue lagi baik, lu berdua bisa pergi sekarang. Dengan satu syarat, berani lewat sini lagi, nyawa lu berdua yang jadi taruhannya." Ancam Felix tidak main-main. Kedua preman tersebut mengangguk takut, kemudian berlari meninggalkan Felix.
"Lix? Kamu gapapa?" tanya Jisung saat ia telah keluar dari tempat persembunyiannya. Felix pun menatap Jisung.
"Gapapa kok Sung, kamu gak diapa-apain kan sama mereka?" tanya Felix sambil menghampiri Jisung, lalu mengecek seluruh tubuh Jisung.
Tiba-tiba saja, Jisung memeluk Felix. Felix yang mendapat pelukan mendadak, hanya bisa terdiam.
Felix merasakan bahunya basah, ia yakin Jisung pasti menangis.
"I... Icung takut Lix." Lirih Jisung yang masih tetap memeluk Felix.
Felix pun mengusap punggung Jisung, berniat ingin menenangkan Jisung.
Setelah dirasa Jisung sudah tenang, Felix melepaskan pelukannya.
"Kita pulang dulu yuk, nanti pas di rumah kamu, kamu ceritain semuanya, oke?" ucapan Felix hanya dianggukki oleh Jisung.
Kebetulan Felix membawa mobil, mereka pun mulai melaju meninggalkan halte bus.
🐹🐹🐹
"Berengs*k! Jadi cowok gak tanggung jawab banget sih!" Jisung mengelus punggung tangan Felix, berniat untuk menenangkan Felix.
Kini Felix sedang berada di kamar Jisung. Jisung menceritakan kejadian yang ia alami dari awal hingga akhir.
"Sabar Lix, mungkin Kak Minho lupa." Lirih Jisung sambil menundukkan kepalanya.
"Sung, mana mungkin sih dia yang suruh kamu tungguin dia, dia juga yang lupa buat jemput kamu? Aneh." Ucap Felix kesal, membuat Jisung menghela nafas pelan.
"Emangnya kamu gak liat Kak Minho lewat gitu?" tanya Felix yang hanya dijawab gelengan oleh Jisung.
Felix menghela nafas, lalu mengusap wajahnya kasar.
"Awas aja besok, aku hajar orang itu."
"Jangan Lix, Icung gapapa kok." Felix semakin kesal dibuatnya. Setelah disakiti, masih saja Jisung tersenyum.
Terbuat dari apa sih hati Jisung itu?
"Udah lah Sung, besok kamu berangkat bareng aku, dan aku gak terima penolakan!" Felix menekankan setiap kata-katanya, membuat Jisung mau tak mau mengangguk sambil cemberut.
"Jangan cemberut gitu, kamu jelek kalo cemberut!" ledek Felix sambil mencubit pipi Jisung.
"Ihh Felix!"
"Haha maaf."
Setelah itu, mereka berdua saling diam. Hingga Jisung membuka suaranya.
"Felix kok bisa lewat situ tadi?"
"Jadi ceritanya, tadi aku disuruh Mama beli kue yang ada di deket sekolah. Pas udah beli kue, eh aku gak sengaja liat kamu sama dua preman tadi. Perasaan aku gak enak, aku samperin dan bener deh ternyata mereka mau apa-apain kamu." Jelas Felix membuat Jisung mengedipkan matanya lucu.
"Kok Icung gak tau ya kalo selama ini Felix jago beladiri?" tanya Jisung membuat Felix tersenyum.
"Yang lain juga pada gak tau kok, aku belajar beladiri dari aku masih tk."
"Ohh pantesan Felix hebat banget tadi berantemnya, nanti ajarin Icung ya!" ucap Jisung dengan bersemangat, membuat Felix menatapnya gemas.
"Yaudah Cung, kalo gitu aku balik dulu ya. Udah sore, takut diomelin Mama, dadah Icung." Pamit Felix sambil mengacak surai Jisung dengan gemas.
"Makasih sekali lagi Felix, dadah juga Felix."
-TBC-
Duh baper sendiri akutu sama SungLix :'
Buat kapal Minsung karam sepertinya asik👀
Hope u enjoy gais~
Sampai jumpa chapter berikutnya~
![](https://img.wattpad.com/cover/182283042-288-k648637.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love (Minsung)[END]
FanfictionPLAGIAT? GOD WATCHING YOU👀 Hanya berisikan sebuah cerita cinta klasik antara pria dengan pria alias GAY. Alias BXB. So, buat yang homophobic tolong jangan lanjut baca. Thank You and Enjoy! WARNING❗❗⛔ -BXB AREA! -MPREG! -Homophobic dilarang membaca...