Aih,chapter kemarin banyak yang komen kurang romantis,hiks. Harap dimaklumi ya guys,soalnya rada bingung mau buat gay romantis ama cewek normal. Moga chapter kali ini Tito-nya lebih sweet lagi sama nasha.Happy reading guys ^_^
#
"Tito,mau ya."
"Nggak Nasha,sekali aku bilang tidak ya tidak."tolak Tito.
Aku mencebikkan bibirku kesal. Ih,Tito susah banget sih naklukin kamu. Apa aku harus pergi ke dukun dulu buat melet kamu biar kamu luluh sama aku?
Aku mengekori Tito kemanapun dia pergi. Entah itu ke dapur,ke kamar,ke halaman belakang, yang pasti aku akan gangguin Tito terus sampai dia menuhi keinginanku.
"Nasha,kamu bisa berenti ngikutin aku gak."Tito membalikkan badannya tiba-tiba hingga hidungku menabrak dadanya yang keras.
Aku meringis sakit memegangi hidungku, untung aja gak patah. Itu dada apa beton sih,keras banget.
Karena aku diam saja tak menjawab pertanyaannya,Tito pergi meninggalkanku yang kembali aku ikuti. Untung saja kali ini aku lebih sigap dan menghentikan langkah kakiku sebelum hidung mancungku kembali menabrak Tito lagi.
"Lo kenapa sih,salah minum obat ya!"
Aih,pake lo-gue lagi. Fix, yakin aku kalau Tito beneran kesel dengan tingkahku yang kekanakan ini.
"Makanya bilang iya,jadinya aku gak ngikutin kamu mulu,"balasku menyilangkan tanganku,Tito malah memelototiku dengan tatapan lasernya.
"Sekali aku bilang nggak ya nggak."
"Tito,jangan pelit gitu dong. Sekali doang,ya boleh kan,"rengekku menarik lengan bajunya.
"Pelit sama kamu dapat pahala Nasha."
"Tito jahat banget sih."kataku kesal. aku menghentakkan kakiku kelantai tak terima dengan sikap es batunya ini.
Kemana Tito yang kemarin perhatian dan berlaku lembut padaku, kenapa ia kembali lagi berubah jadi gunung es kaya gini.
Tuhan,tolong kembalikan suamiku yang so sweet seperti di cafe kemarin.
Aku menoleh kekiri dan kekanan saat aku menyadari Tito meninggalkanku sendirian diruang tamu.
Argh,sialan Tito. Awas kamu ya ntar,aku gak akan lepasin kamu.
Setelah mencari disekeliling rumah dan bertanya pada mbok Nah,baru ku tau jika Tito pergi ke cafenya.
Hua,daddy Tito nyebelin banget. Mentang-mentang sekarang dia udah nemu karyawan baru dan aku gak dibutuhin lagi,aku dibuang gitu aja.
Hiks,habis manis sepah dibuang. Tega kamu Tito tega.
#
Aku duduk sendirian dibangku di halaman belakang,menatap kosong ke arah taman bunga yang indah milik mama Mirna.
Daddy bilang aku harus bisa ngertiin suamiku,tapi kalau dianya gak bisa ngertiin aku gimana? Aku kan juga bosan,jenuh. Aku pengen refreshing.
Lagi asyik-asyiknya ngelamun,ada tangan yang nyodorin sebuket mawar merah kearahku. Aku meliriknya sebentar, kemudian mengambil buket mawar itu dari tangannya dan kembali mengacuhkan orang yang telah memberikan mawar tersebut.
"Hei,jangan ngambek gitu dong. Jelek tau,"ucapnya membuatku memanyunkan bibirku.
Niat ngehibur apa ngejek sih nih orang?
"Bilang makasih dong kan udah dikasih bunga."ucapnya menjawil daguku.
"Ish,apaan sih. Nih bunganya gue balikin,gak butuh."aku menepis tangannya dan mengembalikan buket mawar yang kupegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY ME, PLEASE!
Humor[Story Completed] Ini gila,beneran gila. Aku gak tau harus menganggap ini apa? sebuah bencana atau keberuntungan yang Tuhan limpahkan kepadaku? Karena ulah Daddy yang seenaknya saja ingin menjodohkanku yang aku tolak mentah-mentah,hingga aku menyang...