Chapter 4

305K 14.2K 584
                                    

Sebelumnya aku mo minta maaf gak bisa bales komennya temen temen semua. Wattyku error ga bisa bales komen. Tiap ku nulis dan kukirim komenku hilang,hiks T_T

Padahal aku seneng bgt baca komen dari kalian dan puengen bgt balas komen kalian semua.

Chapter ini aku dedikasikan buat semua readers yang udah komen dan ceritaku.Thank u so much guys.

Happy reading ^_^

#

He is a gay.

Tito seorang GAY.

Demi apapun yang berada didunia ini,kenapa harus Tito?

Mengapa pria yang memenuhi syarat untuk kunikahi ini seorang Gay??

Pantas saja dia tidak suka saat aku dekati,aku sentuh. Ini menjelaskan semuanya. Mengapa Tito begitu dingin kepadaku.

Aku butuh udara segar untuk bernafas dan berfikir.Baru saja aku ingin merealisasikannya, sekelebat ide cemerlang melintas di otakku.

Oh my,bener banget. Ini adalah jalan dari tuhan untuk memuluskan rencanaku.Aku segera mengeluarkan ponselku dan mulai memfoto Tito yang masih asyik berciuman. Untung saja ponselku kameranya canggih,bisa buat foto ditempat gelap (redup/remang) dengan hasil yang jelas. Gak blur.

"Lo ngapain sih Nash?"tanya Darian yang melihatku sibuk jepret jepret.

"Sttt....diem deh. Gue lagi motoin si Tito. Kalo kaya gini kan,gue yakin dia gak bakal bisa nolak buat nikah sama gue."jawabku menunjukkan hasil jepretanku.

Darian hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Lo beneran gila. Udah tau Gay masih aja lo embat."

"Iya gue tau gue gila. Yuk pergi,gue udah dapetin apa yang gue mau."Aku menarik tangan Darian meninggalkan klub yang berisik itu.

Ah,indahnya hidup. Terimakasih tuhan,atas bantuanmu. Aku bisa tidur nyenyak malam ini.

Tito,i got you. Kita akan menikah sayang,haha.

#

Besoknya dengan semangat 45,aku kembali pergi ke cafe milik Tito yang tentunya aku dilarang masuk oleh satpam dan pelayan disana.

Akhirnya aku mengirimkan MMS foto Tito semalam ke nomernya Tito lengkap dengan pesanku yang mengancam akan membeberkan rahasianya kalau dia tidak mau menemuiku.

Tepat seperti dugaanku,setelah beberapa menit aku mengirim pesan ponselku berdering menandakan ada telepon masuk.

"Hallo."

"Apa maksud lo ngirimin gue foto gituan? Lo nguntit gue,"sembur Tito langsung begitu kumengangkat telepon.

"Lo tau apa yang gue mau?"balasku santai.

"Lo ada dimana?gue temuin lo sekarang."

"Depan cafe lo. Gue tunggu gak lebih dari tiga menit. Kalau sampe lewat,gue gak akan segan buat nyebarin foto lo loh. Kan lumayan lo jadi artis."aku memutuskan sambungan tak menunggu ucapan dari Tito. Aku sengaja memanas-manasinya.

Hihihi,jadi penasaran sama wajahnya Tito kaya gimana ya sekarang?

Tak sampai tiga menit Tito sudah berdiri dihadapanku dengan wajah frustasinya.

Demi Tuhan,aku suka banget liat ekspresi wajahnya kaya gini,daripada aku harus liat dia dengan wajah datarnya yang begitu membosankan.

"Mau lo apa? Ngapain nyuruh gue kesini kalo lo ada di depan cafe gue? lo bisa masuk kan kedalam buat nemuin gue?"rentetan pertanyaan yang keluar dari mulut Tito membuatku terpana.

MARRY ME, PLEASE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang