Chapter 25

249K 10.9K 255
                                    

Sambil baca cerita ini,coba dengerin lagunya Ribas -- Sebelah hati. semoga cocok

Happy reading guys ^_~

#

Perasaanku hancur. Hancur berkeping-keping. Bagaimana tidak, jika aku melihat orang yang ku sayang malah berciuman. Dan aku lebih hancur lagi ketika melihat Tito keluar dari vila yang Bima tempati. Apa yang mereka lakukan disana? Mungkinkah jika mereka sedang, ah aku bahkan tak sanggup membayangkannya.

Hatiku benar benar sakit, tercabik-cabik hingga tak berbentuk lagi. Mengapa semuanya berlomba lomba untuk menyakitiku? Mengapa?

Tok... Tok... Tok...

Terdengar suara pintu diketuk. Aku bangun dari kasur membuka pintu. Nampak Darian berdiri dihadapanku dengan pakaian yang rapi.

Aku mengerutkan dahiku bingung. Kulirik jam yang tergantung di dinding, pukul 7 malam. Darian mau kemana?

"Gue mau dinner. Buruan lo ganti baju lo,ikut gue."ujarnya sebelum aku bertanya seolah mengetahui isi pikiranku.

Aku menggeleng lemah.

"Nasha,lo udah lima hari ngedekem dikamar gak bosen apa. Mana wajah lo lecek kaya cucian gini. Buruan deh,gue tungguin. Gak pake acara nolak."

Darian mendorongku masuk kekamar.

Ya,aku memang sudah lima hari ini mengungsi di apartemen Darian. Aku gak mau pulang kerumah, karena itu sama saja aku akan bertemu dengan Tito. Dan aku sedang tidak ingin bertemu dengannya, walau dalam hati aku merindukannya. Sangat.

#

Dan pada akhirnya disinilah aku sekarang,berdua dengan Darian di restoran pinggir jalan,alias warteg.

Aku menatap Darian yang asyik menyantap nasi goreng seafoodnya.

"Maksud lo apa?"

Darian menyatukan alisnya tak mengerti dengan ucapanku. "Maksud gue?"tanyanya menunjuk dirinya sendiri.

"Iya,ngapain lo ngajak gue kesini pake gaun ini Yan? Lo gila,"

"Ck,elah gue kirain apa Nash. Emang kenapa kalau lo pake gaun kaya gitu?"

Ih,Darian bego. Pake nanya lagi. Gak liat apa daritadi orang yang ada disini ngeliatin kita berdua gara gara pakaian kita yang beda daripada yang lain.

"Udah,gak usah mikirin pendapat orang. Santai aja kali,"sahutnya seakan mengetahui apa yang aku pikirkan.

Akupun menuruti permintaannya, mencoba untuk cuek dan mengacuhkan keadaan sekitar. Nampaknya cukup berhasil. Aku bisa menikmati makan malam pertamaku setelah kejadian di puncak.

"Gue senang liat lo makan banyak kaya gini,"ucap Darian yang kutanggapi dengan senyuman tipis.

"Jadi."

"Jadi?"tanyaku mengulang perkataannya.

"Gimana hubungan lo sama Tito,"mendengar nama Tito disebut reflek kuhentikan tanganku diudara yang hendak menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutku.

Kutaruh kembali sendok dan garpu. Mendadak nafsu makanku menghilang. Aku menghela nafas lelah.

"Gue nyerah Yan,gue udah capek."ucapku menundukkan wajah.

Tangan Darian terulur mengangkat daguku, hingga mataku bertatapan dengannya tepat dimanik mata.

"Why? Lo bilang lo cinta sama dia Nasha,lo bilang lo sayang sama dia. Lo bilang lo akan ngebuat Tito jadi normal lagi Nash,tapi mana buktinya. Cuma sampai disini doang kemampuan lo?"

MARRY ME, PLEASE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang