Chapter 16

265K 10.5K 183
                                    

GA tau kenapa ceritanya bisa terhapus sendiri n draftnya juga ikut terhapus. Aku coba tulis lagi chapter ini dan kalau ada yang ingat ma ceritanya, boleh bantu aku ya buat nulis chap ini.

Happy reading guys

#

Aku memikirkan saran dari Darian. Mungkin aku harus mencobanya, siapa tahu akan berhasil.

Kutatap wajah tampan Tito yang sedang terlelap. Kusentuh pelan pipinya dan mengusap bibirnya yang menjadi candu bagiku, membuatku ketagihan dan ingin merasakannya lagi.

Fokus Nasha, sekarang kamu gak boleh ngagumin wajahnya Tito.

Ah... hampir aja aku lupa dengan misiku yang sebenarnya. Aku beranjak pelan mendekat kearah Tito, dan menelusupkan tanganku dibalik bantalnya tempat dia biasa menaruh ponselnya.

Belum sempat aku mendapat apa yang ku mau, Tito membuka matanya tiba tiba membuatku gugup dan langsung menarik tanganku.

"Lo mau ngapain?" tanyanya menatapku tajam.

"Ga ada, cuma bersihin bantal kamu doang."

"Lo bukan mau ngambil ponsel gue kan." tebaknya tepat sasaran. Buru buru kumenggelengkan kepalaku.

Sial, kenapa dia bisa nebak bener kaya gini sih?

"Tidur Nasha. Ini udah malam." perintahnya.

"Aku gak bisa tidur."

"Kenapa?"

"Aku pengen dipeluk sama kamu." ucapku takut tanpa menatap wajahnya.

Diluar yang aku bayangkan, Tito menarik pinggangku hingga wajahku berada tepat didepan dadanya. Ia melingkarkan tangan dan kakinya ditubuhku.

Oh my God, Tito memelukku.

Cowok gay berlabel suamiku ini memelukku.

Ya Tuhan, Tito gak lagi kesurupan kan. Kok bisa bisanya dia nurutin kemauan aku kaya gini, padahal biasanya nolak mulu pas aku sentuh.

"Kok belum tidur? kan udah aku peluk."

"Cium." gumamku pelan.

Seperti terhipnotis, Tito mendekatkan wajahnya hingga hidung kami bersentuhan dan saat bibirnya akan memagut bibirku aku merasakan pipiku ditepuk lumayan keras.

"Bangun woy, molor mulu. Udah pagi tuh, masih aja tidur kaya kebo."

Kubuka kedua mataku, menatap Tito yang telah berpakaian rapi sedang memasang kancing dilengan kemejanya.

"Lo udah ditungguin Mama sama Papa sarapan." ucapnya cuek dan berlalu dari hadapanku.

Aku langsung bangun dan duduk di tempat tidur. Bukannya tadi Tito akan menciumku, tapi mengapa...

Arghh.... sial. Ternyata semua itu hanya mimpi.

#

Aku sedang bersiap siap pergi ke cafenya Tito. Aku ingin mengajaknya makan siang bersama.

"Hai." sapaku saat memasuki ruangannya.

"Kamu ngapain disini?" tanya Tito kaget dengan kedatanganku.

"Mo ngajakin kamu makan siang," jawabku enteng sembari duduk disofa.

Tito mendengus kesal, "Aku lagi banyak kerjaan. Kamu makan sendiri sana," usirnya terang-terangan.

Ish, Tito nyebelin banget sih. Kenapa dia kayanya benci banget sih sama aku? Nyebelin tau nggak.

MARRY ME, PLEASE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang