Chapter 26 ~ edited

256K 10.6K 470
                                    

Chapter ini sudah di edit. Ada sedikit penambahan cerita.

Hope you like it guys

Happy reading, sorry for any typo ^_^

#

Sudah dua minggu sejak pernyataanku pada Tito untuk cerai, sejak itu pula Tito semakin gencar mendekatiku. Dan menurutku itu aneh, karena bukannya mengiyakan keinginanku untuk bercerai darinya, dia malah selalu mengajakku kencan walau aku menolaknya. Aneh banget kan!

Mulai dari mengirimkan bunga ke apartemen Darian, bernyanyi didepan apartemen dengan suaranya yang hancur hingga terpaksa diusir oleh security dan Tito dilarang masuk ke gedung apartemen ini karena telah mengganggu ketentraman penghuni apartemen yang lain.

Seperti saat ini, aku kembali menerima kiriman bunga tulip beserta kartu ucapan darinya.

'Have a good day beautiful'

please forgive me

from your handsome husband,

-- TITO --

Aku melempar asal bunga kiriman darinya diranjang dan merebahkan diriku. Menatap sekeliling kamarku yang penuh dengan berbagai macam bunga, mulai dari mawar, krisan, tulip dan entah bunga apa lagi. Lengkap dengan kartu yang Tito selipkan disetiap bunga yang ia kirim. Berbagai kata maaf ia tuliskan dalam kartu tersebut.

Aku memejamkan mataku, mencoba berpikir ada apa dengan Tito, mengapa ia bisa berubah seperti ini?

Apa benar jika Tito mulai mencintaiku?

Atau ia hanya menjadikanku pelarian semata?

Argh,Tito kamu nyebelin banget tau. Bahkan disaat aku jauh dari kamu, kamu masih bisa buat aku emosi kaya gini.

"Nasha,"panggil Darian mengetuk pintu kamarku.

Ah,iya aku masih berada di apartemennya Darian. Walaupun dua hari sejak pertemuan pertamaku dengan Tito Darian memintaku agar kembali kerumah dan tentu saja aku menolaknya. Sebut saja aku tamu yang tak tahu diri, sudah diusir oleh tuan rumah tapi tetap saja ngotot untuk tinggal. Dan aku tak perduli akan hal itu. Selama hatiku belum sembuh, selama itu pula aku takkan pernah mau untuk menemuinya.

"Apaan Yan?"tanyaku berdiri menyandarkan badan kepintu sambil melipat kedua tanganku.

Darian menatapku sebal,ia mendengus kesal dan aku sudah tau apa yang akan ia bicarakan padaku.

"Kapan lo mau pulang?"

"Kalau gue cerai dari Tito."jawabku enteng, padahal jauh didalam hatiku aku tak ingin bercerai dengannya.

Karena aku telah jatuh cinta padanya. Jatuh cinta yang benar-benar cinta. Dan aku juga tidak mau menjadi janda diusiaku yang masih muda.

"Argh....shit... gak elo gak Tito sama sama nyebelin emang. Kenapa sih pada gak mau ngalah? Turunin gengsi lo pada? Heran gue. Lo tau gak kalau tiap hari Tito neror gue supaya balikin lo kerumah, padahal siapa coba yang gak mau balik. Mana lo labil juga, bentar bilang benci bentar lagi nangis nangis gak karuan karena masih cinta. Repot tau berurusan ama lo berdua,"Darian mencak-mencak didepanku. Mengeluarkan semua emosi yang sepertinya sudah ia tahan sejak aku ngungsi kesini.

Perkataan Darian kembali membuatku ragu dengan keputusanku meminta cerai pada Tito.

"Sorry Yan,"aku menundukkan wajah bersalah.

Darian menghela nafas lelah. Ia menarik tanganku dan mengajakku duduk disofa di ruang tamu.

"Jujur deh Nash, sebenarnya apa sih yang lo rasain sama Tito?"

MARRY ME, PLEASE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang