Chapter 27

249K 10.3K 394
                                    

Hai,maaf ya baru apdet sekarang. kesibukanku didunia nyata benar  benar menyita waktuku. ini aja curi curi waktu buat ngetik.

sebelum baca aku mo bilang maaf gak sesuai dengan ekspektasi kalian. maaf kalau alurnya berantakan, typo dsb. Aku sudah berusaha semampuku. Kalau gak suka gak usah dibaca aja

Thanks buat semua readers yang selalu nagih aku buat nerusin cerita ini, loph u all :*

Happy reading guys, hope u enjoyed my story ^_~

#

Salahkah aku, Mencintaimu

Memilikimu, Menyayangimu

Jangan paksakan kita untuk selalu bersama

Jangan paksakan kita untuk selalu mencinta

Bila kita harus berpisah, sudah

Biarkan ini semua berakhir, sudah

Cinta memang tak harus miliki

Alunan lagu dari Nidji menemani kesendirianku malam ini. Aku telah kembali pulang kerumah dan mengurung diriku di kamar.

Memikirkan semuanya, dari awal hingga akhir. Tentang keputusanku untuk mengakhiri hubunganku dan Tito. Mungkin ini memang jalan hidupku. Berpisah dari Tito.

Aku mengambil ponsel dinakas dan menghubungi Darian."Yan, gue butuh bantuan lo. Gue mau ketemu sama Om Ino besok."aku mengutarakan maksudku agar Darian mempertemukanku dengan om-nya yang berprofesi sebagai pengacara.

"Buat apa lo mau ketemuan sama Om Ino?"

"Gue mau minta bantuan dia untuk ngurus surat cerai gue dan Tito."

"Lo serius Nash mau cerai dari Tito?Apa lo gak bisa pertimbangkan semuanya? Jangan sampai lo nyesel dikemudian hari Nasha."

"Gue serius dan yakin Yan. Keputusan gue udah bulat. Ini yang terbaik untuk gue dan Tito."

"Nasha mending lo pikirin baik baik semua yang udah lo ucapkan. Gue cuma gak mau lo nyesel nantinya."

"Gue udah pikirin semuanya Yan. Plis, lo temuin gue dengan om Ino."rengekku pada Darian, kebiasaaan yang kulakuan ketika apa yang aku inginkan tak terpenuhi.

"Oke, besok gue kabarin tapi i--"

"Makasih Yan."potongku dan memutuskan sambungan. Aku tak ingin jika ucapan Darian mempengaruhi keputusanku.

Aku kembali membaringkan diriku, mataku menerawang menatap langit langit kamar. "Ini yang terbaik buat kita Tito."gumamku pada diriku sendiri kemudian aku memejamkan mata mencoba untuk tidur.

#

Keesokan harinya, tanpa mau membuang waktu aku bergegas menuju kantor Darian karena pagi tadi Darian mengabariku jika Om Ino bisa bertemu denganku dikantornya.

"Nasha, apa kamu yakin untuk cerai dari Tito?"tanya Om Ino sesampainya aku dikantor Darian. Kami menempati ruangan Darian membahas masalah perceraianku.

"Aku yakin om."jawabku menganggukkan kepala."Om mau kan bantuin Nasha?"

"Oke om bantu kamu. Tapi apa Daddy kamu sudah tau tentang hal ini?"

Pertanyaan yang tidak aku duga keluar dari mulut Om Ino. Aku tak pernah membicarakan hal ini dengan Daddy karena aku tau pasti Daddy tidak akan pernah menyetujui permintaanku untuk bercerai dari Tito.

Aku menggelengkan kepalaku."Nggak om."

"Nasha, kamu tidak bisa mengambil keputusan untuk hal penting seperti ini tanpa membicarakannya dulu dengan Daddy kamu. Karena ini berimbas dengan masa depan kamu."Om Ino berusaha membujukku.

MARRY ME, PLEASE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang