Love Story_28

449 29 3
                                    

Pintu ruangan Yeonjun yang tertutup perlahan mulai terbuka dan muncul Yeji dibalik pintu itu. Yeji merasakan matanya kembali memanas melihat Yeonjun, Yeji kemudian kembali menutup pintu, menghampiri Yeonjun yang masih terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Yeji sontak memegang tangan Yeonjun yang tidak ditusuk jarum infus saat dirinya tepat ada disamping Yeonjun sembari duduk di kursi yang disediakan disamping brankar Yeonjun.

Air mata Yeji kembali jatuh. Dia tidak bisa menahannya lagi.

"Oppa, maafkan aku." Kalimat itu meluncur dari bibir Yeji. Dia mengecup tangan Yeonjun yang digenggamnya.

Yeji begitu merasa bersalah melihat keadaan Yeonjun yang dia yakin, semua darinya. Yeji perlahan menundukkan kepalanya dan kembali menangis. Dia tidak menyadari, mata Yeonjun perlahan mulai bergerak, melenceng dari ekspetasi dokter yang mengatakan dia akan sadar besok atau beberapa hari ke depan.

Yeonjun mengerutkan keningnya ketika rasa sakit di kepalanya menyerang, tatapannya yang buram perlahan mulai terfokus dan jelas. Yang pertama kali dilihatnya adalah kekasihnya yang tengah memegang tangannya dan duduk di sebelahnya. Yeonjun tahu dia menangis karena tangannya basah oleh air mata Yeji.

"Seharusnya aku yang di posisimu, bukan kau, Oppa." Yeji menggumam lirih.

Dia masih tidak menyadari kalau Yeonjun sudah sadar.

"Apa maksudmu? Kenapa kau selalu berkata tidak benar?"

Suara serak Yeonjun sontak membuat mata Yeji melebar. Dia perlahan mengangkat kepalanya, dirinya begitu bahagia melihat Yeonjun sudah tersadar dan tersenyum tipis ke arahnya. Senyuman Yeji sontak merekah.

"O-Oppa," panggil Yeji lirih.

Yeonjun tersenyum tipis, kemudian perlahan mengelus pipi Yeji dengan tangannya yang sejak tadi dipegang oleh Yeji. "Aku berhasil menyelamatkanku sepenuhnya kan? Apakah kau terluka?" tanyanya dengan raut wajah khawatir.

Walau sudah menyelamatkan Yeji, tentu saja dia masih khawatir. Mengingat Yeji tadi hampir tertabrak mobil, rasanya dia benar-benar terkejut. Untung saja dia berhasil menyelamatkan Yeji, kalau tidak, Yeji bisa tertabrak dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Dia takut, ada luka yang tertinggal di tubuh Yeji.

Melihat kekhawatiran kekasihnya, Yeji semakin merasa bersalah sekaligus takut. Yeonjun masih mengkhawatirkannya, padahal dia sendiri terluka dan seharusnya dirinya yang dikhawatirkan. Dia juga mengingat dia terus memberontak dan hendak menjauhkan Yeonjun pH
darinya, tapi itu karena dia amarahnya tengah memuncak.

"Aku baik-baik saja. Seharusnya yang dikawatirkan Oppa sekarang adalah dirimu." Yeji mengusap tangan Yeonjun yang ada di pipinya, beralih menggenggamnya. "Bahkan tadi kata dokter, Oppa harusnya sadar besok atau beberapa hari. Tapi oppa sudah sadar sekarang."

Yeonjun terkekeh kecil, membalas genggaman tangan Yeji tak kalah erat. "Aku itu kuat, tidak akan terjadi apa-apa denganku. Dokter bahkan salah prediksi."

Yeji sendiri tersenyum tipis. Perlahan dia menundukkan kepalanya. "O-Oppa," panggilnya dengan nada gemetar.

Yeonjun sontak mengerutkan keningnya. "Iya, kenapa Yeji-ah? Kau menangis?"

"Semua ini karenaku." Yeji menarik napasnya. "Andai aku tidak marah, andai aku menyebrang lebih hati-hati. Kau pasti baik-baik saja, oppa." Kepalamu pasti masih sakit. Maafkan aku."

"Kau tidak salah. Jangan menyalahkan dirimu."

Yeji perlahan mengangkat kepalanya lagi saat Yeonjun mengatakannya. Dia menatapnya sendu. Dia sebenarnya sudah menduga Yeonjun akan mengatakan ini, Yeonjun tidak akan menyalahkannya. Namun Yeji tetap saja merasa bersalah.

Love Story [TXT X ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang