Rania

4.5K 206 3
                                    

Jadilah manusia yang baik dalam pandangan Allah. Jadilah manusia yang buruk dalam pandangan sendiri. Jadilah manusia yang biasa dalam pandangan orang lain.
-Ali bin Abi Thalib-

Tak

"Maa syaa Allah, itu bidikan yang pas, Nia." Alya tidak henti-hentinya memuji kehebatan gadis yang telah lama menjadi sahabatnya itu.

Gadis cantik yang memiliki senyum hangat disana kerap dipanggil Rania, ia merupakan seorang pemanah yang cukup handal. Tak hanya itu, Rania juga menguasai ilmu pedang.

Tapi, rasa percaya diri yang kurang, membuat bakat memanahnya tidak diketahui banyak orang.

Suatu kebahagiaan saat ia menerima gelar S1 nya di Universitas Al-Azhar, Kairo, Jurusan Syari'ah Islam. Dan sekarang, Rania adalah mahasiswa semester 2 di Universitas Islam Indonesia (UII), menyambung S2 nya dengan jurusan yang sama.

Alasan Rania memilih melanjutkan pendidikannya di Indonesia agar ia lebih dekat dengan Abi dan Ummi nya.

Mungkin bisa dkatakan sebuah keberuntung karena ia memiliki seorang teman dekat yang selalu mendukung setiap keputusannya, tidak terlalu mencampurisetiap keinginannya, selalu mengingatkannya ketika ia lalai, dan kembali membimbingnya ke jalan yang benar. Tak lain ialah Alya, putri dari teman ibunya Rania.

Abi-nya kerap dikenal sebagai Profesor Hamdi Rasyid, beliau seorang Rektor salah satu universitas Islam favorit. Sedangkan Ummi-nya bernama Azhariah Ailani Namiah. Mereka merupakan pasangan yang memiliki almamater yang sama seperti putri mereka.

"Gimana hafalanmu, sudah ada perkembangan? Sudah berapa juz" tanya Alya antusias sambil mengekori Rania membereskan barang-barangnya.

Rania menghentikan kegiatannya dan menoleh menghadap Alya. "30," jawab Rania dengan senyuman kecil, sebuah senyuman yang mampu membuat kaum adam tak henti-hentinya memuji kecantikannya, bahkan kaum hawa merasa tidak percaya diri ketika melihat kecantikan Rania.

"Maa sya Allah, kamu emang cerdas." Kagum Alya mengacungkan jempol.

Rania terkekeh kecil, "maksudku, Juz 30." Detik berikutnya ia berhasil mengusir rasa kagum Alya.

"Kamu bohong?"

Rania menggeleng cepat. "Nggak, aku cuma bilang 30, bukan 30 Juz, dan yang ku maksud 30 adalah Juz 30." Jelasnya sambil terkekeh geli.

"Jadi, berapa Juz yang udah kamu hafal?" tanya Alya mendesak Rania.

Rania tampak berpikir sambil tetap mengemasi barangnya "alhamdulilah udah 24 Juz, termasuk Juz 30. Kamu?"

"Masih stuck 13 Juz. Nia, bantu aku ya." Harap Alya sedikit memohon, tidak perlu memohon sebenarnya, karena Rania tetap mau membantunya tanpa gadis tersebut memohon.

Rania mengangguk dan duduk disamping Alya. "Bantu aku Muraja'ah hafalanku, aku masih kaku, kadang-kadang juga salah baca. Apalagi akhir-akhir ini aku ngerasa kalau aku kurang fokus."

Rania tersenyum sangat lebar. "Pasti aku mau, Ay. Nanti kamu nginap aja ya." Disambut Alya dengan anggukan semangat.

***

Bunyi ketukan pintu mengalihkan perhatian Rania yang sedang berzikir setelah sholat.

"Rania," panggil seorang wanita paruh baya dengan suara lembutnya.

"Iya, Ummi." Rania membuka pintu dan sedikit menyembulkan kepalanya.

"Ada Alya dan Raihan di ruang tamu, ayo turun, temui mereka," ajak Ailani.

RANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang