TIGA

873 47 1
                                    

Flash Back On

London

"Big no mom, aku tidak akan meninggalkan London. Aku harus menemukannya mom" bantah Deniz.

"Come on, kau harus bisa move on sayang. Sudah 1 tahun ini kau mencarinya, apa kau kira Kate akan kembali padamu dengan keadaan yang seperti ini? Lelaki yang bahkan tidak bisa mengurus dirinya sendiri?" pertanyaan yang Alena lontarkan berhasil membungkam bibirnya.

"Turuti permintaan mommy, dad sangat yakin jika keputusan mommy tidak akan pernah salah" bela Maliq.

Flash Back Off



Jakarta, Bandara Halim Perdanakusuma.

Sinar mentari begitu menyengat kulit siang itu. Langit di atas sana terlihat cerah tanpa awan. Udara panas menyambut kedatangan Deniz saat pintu jet pribadinya terbuka. Cahaya matahari nan menyengat kala siang itu membuat Deniz memakai kacamatanya untuk melindungi matanya.

Deniz turun dari pesawatnya dipapah oleh Zean dan Tiffany. Ketiga bersaudra itu khusus menemani Deniz karena ibunya harus menemani ayahnya untuk menghadiri peresmian cabang hotel terbaru mereka.

Agus Kusumoatjo yang tak lain adalah kakek Deniz berdiri dengan tegak di hadapannya. Di usianya yang menginjak 64 tahun, sang kakek masih berdiri dengan gagahnya di samping sang nenek yang memancarkan senyum hangatnya.

Ketiga bersaudara itu menghampiri kedua pasangan senja seraya menyapa mereka.

"I miss you opa" kata Tifanny seraya mencium punggung tangan sang kakek seperti yang sering Alena ajarkan.

"I miss you oma" kata Tiffany sambil memeluk sang nenek.

Zean dan Deniz pun memberikan salam seperti yang telah Tiffany contohkan.

"How was your flight" tanya Agus.

"I'm little tired opa" jawab Tiffany.

"Not bad opa" jawab Zean.

"Let's go" jawab Deniz dingin seraya mengipasi wajahnya dengan tangan untuk meredakan hawa panas yang menerpa wajahnya.

"Anak itu memang tidak pernah berubah. Bagaimana kalo dia aku pukul dengan tongkatku" ucap Agus pada istrinya.

Sang istri hanya bisa menepuk bahu suaminya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Setelah menempuh 45 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di sebuah rumah dengan gaya minimalis. Rumah kakeknya tak sebesar rumah mereka di London namun suasana tenang yang di tawarkan membawa atmosfir baru bagi Deniz.

Mereka betiga bersaudara itu masuk ke dalam kamarnya masing-masing sesampainya di rumah itu. Tiffany menempati kamar tamu yang terletak di lantai 2 sedangkan Zean dan Deniz menempati kamar di lantai 1.

Deniz's POV

Deniz masih dalam posisi terduduk di kursi rodanya sambil memandang langit dari jendela kamarnya. Langit di sini terlihat berbeda dengan langit yang biasa ia lihat di London. Aroma di sekitarnya semakin membuatnya nampak asing. Ia hanya bisa mendesah sambil memejamkan matanya untuk menenangkan diri.

Deniz sudah mengobrak-abrik isi Britania namun Kate tak kunjung di temukan. Bahkan ia sudah mengerahkan semua anak buah ayahnya untuk menemukan Kate namun mereka tak pernah berhasil melacak keberadaannya. Kate seolah-olah hilang di telan bumi, mungkin ada orang yang memiliki kekuasaan besar yang menyembunyikannya agar tak bisa di lacak oleh siapapun.

Hold This HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang