DUA PULUH EMPAT

719 37 2
                                    

Freya's POV

Sore ini langit nampak mendung, tak biasanya ada hujan ditengah musim panas seperti sekarang ini. Setelah mengantar Maliq ke kamarnya, Freya memilih menghirup udara segar di sebuah gazebo dengan pemandangan taman bunga kecil milik Alena.

Freya masih setia pada posisi badannya yang bersender pada tiang seraya menutup matanya. Setelah mendapat kabar bahwa hari ini Deniz akan pulang, membuat hati wanita itu gusar. Bagaimana jika dia tahu identitasnya? bagaimana jika dia mengenalinya? bagaimana jika dia masih menaruh dendam padanya?.

Sederet pertanyaan itu membuat pikirannya berkelana entah kemana hingga ia tak menyadari jika rintik hujan tengah membasahi rerumputan nan hijau. Freya membuka matanya perlahan saat suara hujan masuk ke indra pendengarannya. Tangannya terulur menggapai tetesan-tetesan hujan itu.

Freya merasakan secara langsung dinginnya air yang turun dari langit. Perlahan ia menggenggam air hujan namun seerat-eratnya ia menggenggamnya, air itu tetap keluar dari ruas jemarinya. Dia mendesah dan memperhatikan tintik hujan yang kian deras.

 Dia mendesah dan memperhatikan tintik hujan yang kian deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggep aje tu si Freya yak 🤭🤭

Dia menutup matanya dan merentangkan tangannya untuk menikmai hujan yang dianggap sebagai pembawa berkah. Berharap hujan akan meluruhkan kesedihannya, ikut menyerap kedalam tanah dan menguburnya


Deniz's POV

Pukul 17.30 mobil Deniz telah memasuki halaman rumahnya yang luas. Dia merasakan hembusan angin yang menusuk kedalam setelan jas abu-abunya. Deniz mendongak untuk melihat kumpulan awan hitan yang mulai membentuk koloninya.

"Nampaknya malam ini akan ada badai." ucapnya dalam hati.

Deniz melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah dengan Harry yang setia mengikutinya dari belakang. Ia melihat sang ibu yang sedang menuruni anak tangga seraya meneriaki namanya. Sang ibu langsung memeluk putra sulungnya.

"I miss you son, how are you?" tanya Alena.

"I'm fine mom." jawab Deniz sambil memberikan kecupan di pipi sang ibu.

"Dimana dad, mom?" tanya Deniz.

"Dad sedang beristirahat, nampaknya ayah kamu kelelahan setelah sesi terapinya." jawab Alena.

"Apakah dokter itu melakukan pekerjaannya dengan baik? jika dia berulah aku akan memberinya pelajaran!" kata Deni sarkastik.

Alena hanya menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan anaknya.

"Bukan kau yang akan memberinya pelajaran, tapi dia yang akan mengajarkan sesuatu padamu nak. Ibu yakin itu!" ucap Alena dalam hati.

Setelah sedikit berbincang dengan ibunya, Deniz berniat untuk ke ruang kerjanya untuk memeriksa laporan yang diberikn oleh sekertarisnya. Langkah Deniz terhenti saat melihat sosok wanita yang kini berdiri di gazebo. Wanita itu nampak senang menyambut rintik hujan yang menyentuh tubuhnya. Walaupun mata itu tertutup, namun tak mengurangi kecantikan yang ia pancarkan.

Hold This HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang