TIGA PULUH

764 38 0
                                    


Freya's POV

Pagi ini Freya datang dengan hati yang gembira. Entah mengapa semua beban di hatinya menguap begitu saja tanpa meninggalkan jejak. Freya datang pagi-pagi sekali atas permintaan Alena. Sang nyonya rumah sengaja memanggil Freya pagi-pagi untuk membantunya memasak karena hari ini adalah acara ulangtahunnya.

Freya dan Alena terlihat sedang memetik sayuran yang ditanamnya di kebun belakang rumah. Alena mempunyai hoby baru semenjak anak-anaknya mulai dewasa semuanya berubah. Alena kesepian karena suami dan anak-anaknya sibuk dengan dunianya sendiri dan meninggalkannya di rumah sebesar ini.

Ada kangkung, bayam, kacang panjang, singkong, tomat, cabai, dan beberapa buah yang memenuhi kebun samping rumahnya. Freya seperti sedang berjalan di perkebunan neneknya yang ada di Bogor. Setelah dirasa cukup, Alena dan Freya menyudahi acara petik memetik sayuran itu lalu melanjutkan kegiatan menyiangi sayuran itu di gazebo.

"Bun, emang ntar malem ada acara apa?" tanya Freya.

"Hari ini bunda ulangtahun. Setiap tahun bunda selalu bikin nasi kuning ato nasi tumpeng." jelas Alena.

"Kenapa ngga dirayain di hotel ato restoran gitu bun?" tanya Freya penasaran. Untuk ukuran orang yang kebangetan kaya seperti keluarga Dawson, makan malam sederhana bukanlah gaya mereka.

"Bunda ngga suka sesuatu yang mubazir. Beda cerita kalo Tiffany ato Zean yang ulang tahun, pasti mereka minta dirayain gede-gedean deh. Kalo bunda cukup ngumpul sama keluarga." jelas Alena.

"Berarti semua anak-anak bunda pada ngumpul dong?" tanya Freya lagi.

"Jangankan anak-anak, ayah sama ibu juga dateng dari Jakarta. Jeremy lagi jemput mereka di bandara."

Jawaban dari Alena itu membuat mulut Freya menganga.

"Huusss jangan mangap bae. Ngga baik anak perawan mangap gitu." goda Alena.

Freya hanya bisa menutup mulutnya dan menahan malu karena sikapnya yang keceplosan tadi.

"Bunda tinggal kedalam dulu ya, uda waktunya ayahnya Deniz buat bangun. Kamu lanjutin aja dulu, nanti kalo uda selesai langsung taruh didapur." pesan Alena sebelum pergi.


Saat Freya sedang menyiangi sayuran, datanglah Harry dengan senyumannya yang manis.

"Hai Fee, what are you doing?" tanya Harry berbasa-basi.

"Aku sedang membantu bunda menyiangi sayuran. Apa kau ingin membantuku?" tanya Freya.

"Terimakasih tawarannya, nampaknya aku tak coocok dengan pekerjaan itu. Aku lebih senang menyibak kertas daripada daun daun itu." kata Harry sambil terkekeh.

"Jika aku disuruh memilih, aku lebih memeilih memegang pisau bedah daripada pisau dapur ini." balas Freya.

Dan mereka berdua saling terkekeh dengan candaan yang mereka lontarkan bergantian. Kefasihan Harry dalam menggunakan bahasa Indonesia memudahkan Freya untuk bersendau gurau dengan pria itu.

Contohnya seperti sekarang, Harry sedang mencoba merayu Freya dengan rauan gombal receh ala Indonesia.

"Fee, bapak kamu pencopet ya?'

"Kok tahu?"

"Ya, karena kamu telah mencuri hatiku hahahaha"

Jika kalimat itu keluar dari bibir Harry, Freya sama sekali tidak mempermasalahkannya namun berbeda jika Deniz yang mengucapkannya. Kata-kata itu pasti akan menjadi kaku dan tidak ada kesan humorisnya sama sekali.

Hold This HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang